Rabu, 29 Februari 2012

Yanto dan Gitarnya

Alunan gitarnya menyisir malam, mendayu bersama angin dan menawarkan kerinduan. Sebut saja Yanto, pengamen jalanan yang tak pernah ku kenal baik namanya. Yanto tau betul bagaimana menghangatkan malam, dia petik gitarnya perlahan dan semakin keras 'slow but sure'. Tak menghiraukan tubuhnya yang tak terbungkus dia bahkan terus bernyanyi lepas membakar malam.

Hari itu aku menemuinya di warung bubur dekat stasiun. Dia begitu lusuh dan lelah kala itu tapi semangatnya ternyata lebih besar dari keringatnya.

"Luar biasa" sapanya, yang mungkin menjadi ciri khasnya bila menatap wajah-wajah yang tak asing. "Lanjutkan" kataku sembari meninggalkanya masuk menuju warung. Kedatanganku disambutnya dengan sebuah lagu rindu ciptaan Ebiet G Ade, "kupu-kupu kertas". Aku pun terhanyut, menikmati alunan sambil memesan Indomie goreng telur dan telur setengah matang.

Khayalanku muncul, mengkinkah Yanto tetapi menyapa "Luar biasa" bila dia jadi bintang?. Bagi sebagian pihak, belajar, bekerja, berusaha dan berdoa adalah pola hidup demi satu tujuan, yaitu kesenangan. Yanto ternyata berbeda, bukan sekedar menghibur atau mendapat sawer tetapi dengan diam dan mendengarnya bernyanyi itu sudah suatu kebahagiaan yang tak ternilai baginya.

Kebahagiaan menurutnya adalah merubah nada menjadi indah dan di dengar. Di dengar baginya suatu penghargaan yang sangat istimewa. "Saat ini kita memiliki orang-orang yang pandai bicara, tapi sayang mereka 'ga' mau denger" nadanya marah ketika ku tanya alasan 'di dengar'. Masuk akal dan sangat wajar mengingat dia adalah termasuk manusia yang kepala di injak dan kakinya pun terasa di ikat.

Alah, itu kan hanya khayalan dan kisah obrolanan lalu. Aku berhenti berkhayal lalu tegas menyantap pesananku dengan lahap. "Berapa mas" tanyaku, "delapan ribu" jawab pedagang sembari bernyayi mendengar alunan gitar Yanto. "Luar biasa" ya memang luar biasa si Yanto, malam ini dia jadi bintang karena beberapa pengunjung tak sungkan memesan lagu-lagu klasik untuk bernostalgia bersama.

Setelah selesai urusan perutku dan uangpun telah ku bayarkan aku pun keluar dari dalam tempat makan. "Mantap sekali bung" sahutku menatap wajahnya yang mengayun. "Hahah Luar biasa" lagi-lagi dia berkata luar biasa. Dalam hati ketika menuju rumah aku berbisik, aku bukan "Luar biasa" tapi "biasa di luar toh" hehe. Good job Yanto, be ready to stand up and reach the succes Mr Guitar......

Yanto (Nama samaran) bubur Moh Toha...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar