Alunan gitarnya menyisir malam, mendayu bersama angin dan menawarkan
kerinduan. Sebut saja Yanto, pengamen jalanan yang tak pernah ku kenal
baik namanya. Yanto tau betul bagaimana menghangatkan malam, dia petik
gitarnya perlahan dan semakin keras 'slow but sure'. Tak menghiraukan
tubuhnya yang tak terbungkus dia bahkan terus bernyanyi lepas membakar
malam.
Hari itu aku menemuinya di warung bubur dekat stasiun. Dia begitu
lusuh dan lelah kala itu tapi semangatnya ternyata lebih besar dari
keringatnya.
"Luar biasa" sapanya, yang mungkin menjadi ciri khasnya bila menatap
wajah-wajah yang tak asing. "Lanjutkan" kataku sembari meninggalkanya
masuk menuju warung. Kedatanganku disambutnya dengan sebuah lagu rindu
ciptaan Ebiet G Ade, "kupu-kupu kertas". Aku pun terhanyut, menikmati
alunan sambil memesan Indomie goreng telur dan telur setengah matang.
Khayalanku muncul, mengkinkah Yanto tetapi menyapa "Luar biasa" bila
dia jadi bintang?. Bagi sebagian pihak, belajar, bekerja, berusaha dan
berdoa adalah pola hidup demi satu tujuan, yaitu kesenangan. Yanto
ternyata berbeda, bukan sekedar menghibur atau mendapat sawer tetapi
dengan diam dan mendengarnya bernyanyi itu sudah suatu kebahagiaan yang
tak ternilai baginya.
Kebahagiaan menurutnya adalah merubah nada menjadi indah dan di
dengar. Di dengar baginya suatu penghargaan yang sangat istimewa. "Saat
ini kita memiliki orang-orang yang pandai bicara, tapi sayang mereka
'ga' mau denger" nadanya marah ketika ku tanya alasan 'di dengar'. Masuk
akal dan sangat wajar mengingat dia adalah termasuk manusia yang kepala
di injak dan kakinya pun terasa di ikat.
Alah, itu kan hanya khayalan dan kisah obrolanan lalu. Aku berhenti
berkhayal lalu tegas menyantap pesananku dengan lahap. "Berapa mas"
tanyaku, "delapan ribu" jawab pedagang sembari bernyayi mendengar alunan
gitar Yanto. "Luar biasa" ya memang luar biasa si Yanto, malam ini dia
jadi bintang karena beberapa pengunjung tak sungkan memesan lagu-lagu
klasik untuk bernostalgia bersama.
Setelah selesai urusan perutku dan uangpun telah ku bayarkan aku pun
keluar dari dalam tempat makan. "Mantap sekali bung" sahutku menatap
wajahnya yang mengayun. "Hahah Luar biasa" lagi-lagi dia berkata luar
biasa. Dalam hati ketika menuju rumah aku berbisik, aku bukan "Luar
biasa" tapi "biasa di luar toh" hehe. Good job Yanto, be ready to stand
up and reach the succes Mr Guitar......
Yanto (Nama samaran) bubur Moh Toha...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar