Duhai mahkota surya
Ajarilah daku makna kehidupan
Rahasia fajar terharu
Dari isyiq kerinduan lama
Agar kusenandungkan cita....
Sebuah kutipan sajak dari seorang bernama Nurhayat Alhadar dalam
bukunya Cita dan Impian Penyair. Makna kehidupan memang sulit dijelaskan
karena hanya dapat dirasakan, tetapi khaidahnya sedikit-sedikit mulai
bisa di pelajari.
Cerita ini mengenai Goerge W Burns yang saat itu sedang mengadakan
konfrensi di kota tempat tinggalnya. Dia di selimuti ketegangan karena
keinginan untuk memastikan semua berjalan dengan benar. Tentulah
kegiatan seperti itu membuatnya merasa memikul beban yang berat dan
melelahkan.
Sebelum saya melanjutkan kisah metafora karya Goerge W. Burns. Saya
ingin kenalkan kalau Goerge W. Burns adalah seorang Psikolog klinis dan
dikenal sebagai Direktur Milton H. Erickson Institute, Australia Barat.
Dia juga seorang pelatih para ahli terapi dan penulis buku Nature-Guided
Therapy: Brief, Intergrative Strategies for Health and Well-Being.
Sebagian temanya menganggap dia adalah petualang. Dia membaca buku
tentang kota-kota yang menjadi rencana kedatanganya. Menyusuri
jalan-jalan pedesaan dengan menggendong ransel, melewati bukit dan
bahkan berenangpun dia kerjakan. Tetapi satu hal, dia selalu menjadwal
dan mempersiapkan perjalananya dengan matang.
Begitupun dengan rencana konfrensinya, dia terlihat sibuk
mempersiapkan idenya selama dua tahun. Dia mendekati dan memastikan
pembicara untuk hadir. Bahkan berbulan-bulan sebelumnya dia telah di
pusingkan untuk mempersiapkan lokasi selama berbulan-bulan.Mungkin acara
itu adalah acara yang paling medongkolkan baginya.
Seminggu sebelum konfrensi dia diminta untuk menyiapkan proyektor
audio visual. Derita itu di tambah dengan pemberitahuan dari pembicara
utama yang tidak dapat hadir, sementara pembicara lainya memaksa Burns
untuk mengganti kursi kaku dengan Sofa karena alasan kenyamanan.Dia
merasa semua itu seharusnya tidak terjadi, karena selama satu tahun lalu
dia telah berusaha untuk memastikan semuanya dengan rapi.
Burns hampir saja larut dalam kekacauan pikiranya. Dia hampir
menyerah dan tidak habis pikir dengan apa yang di alaminya. Segala
sesuatu yang sudah di persiapkanya dengan matang ternyata hancur oleh
hal-hal kecil di luar kapasitasnya. Burns tidak mungkin lari dari
kenyataan karena sesuatu yang di luar kehendaknya tetapi krikil-krikil
itu telah menggoyahkan mentalnya.
Hingga akhirnya dia harus berjalan dari lokasi konfrensi untuk
kembali ke ruanganya. Di salah satu ujung jalan dia melewati begitu
banyak perkantoran dan pertokoan dengan tema dagangnya masing-masing.
Ada salah satu toko alat kantor yang selalu memajang sebuah papan tulis
di depan toko. Dan pada saat itu, tulisan itu berbunyi "Hidup bukanlah'
seharusnya..... Hidup adalah kenyataan yang ada".
Persis seperti iklan sebuah produk makanan coklat di televisi.
Dimana coklat yang terkenal mahal itu di ambil sedikit demi sedikit oleh
seorang wanita dari seorang pria di kasir. Hingga akhirnya wanita itu
pergi meninggalkan toko dengan hanya menyisakan satu potongan kecil
coklat. Kehidupan itu "gede sih, tapi rela di bagi-bagi"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar