Jumat, 24 Februari 2012

Makna Hidup

Duhai mahkota surya
Ajarilah daku makna kehidupan
Rahasia fajar terharu
Dari isyiq kerinduan lama
Agar kusenandungkan cita....


Sebuah kutipan sajak dari seorang bernama Nurhayat Alhadar dalam bukunya Cita dan Impian Penyair. Makna kehidupan memang sulit dijelaskan karena hanya dapat dirasakan, tetapi khaidahnya sedikit-sedikit mulai bisa di pelajari.

Cerita ini mengenai Goerge W Burns yang saat itu sedang mengadakan konfrensi di kota tempat tinggalnya. Dia di selimuti ketegangan karena keinginan untuk memastikan semua berjalan dengan benar. Tentulah kegiatan seperti itu membuatnya merasa memikul beban yang berat dan melelahkan.

Sebelum saya melanjutkan kisah metafora karya Goerge W. Burns. Saya ingin kenalkan kalau Goerge W. Burns adalah seorang Psikolog klinis dan dikenal sebagai Direktur Milton H. Erickson Institute, Australia Barat. Dia juga seorang pelatih para ahli terapi dan penulis buku Nature-Guided Therapy: Brief, Intergrative Strategies for Health and Well-Being.

Sebagian temanya menganggap dia adalah petualang. Dia membaca buku tentang kota-kota yang menjadi rencana kedatanganya. Menyusuri jalan-jalan pedesaan dengan menggendong ransel, melewati bukit dan bahkan berenangpun dia kerjakan. Tetapi satu hal, dia selalu menjadwal dan mempersiapkan perjalananya dengan matang.

Begitupun dengan rencana konfrensinya, dia terlihat sibuk mempersiapkan idenya selama dua tahun. Dia mendekati dan memastikan pembicara untuk hadir. Bahkan berbulan-bulan sebelumnya dia telah di pusingkan untuk mempersiapkan lokasi selama berbulan-bulan.Mungkin acara itu adalah acara yang paling medongkolkan baginya.

Seminggu sebelum konfrensi dia diminta untuk menyiapkan proyektor audio visual. Derita itu di tambah dengan pemberitahuan dari pembicara utama yang tidak dapat hadir, sementara pembicara lainya memaksa Burns untuk mengganti kursi kaku dengan Sofa karena alasan kenyamanan.Dia merasa semua itu seharusnya tidak terjadi, karena selama satu tahun lalu dia telah berusaha untuk memastikan semuanya dengan rapi.

Burns hampir saja larut dalam kekacauan pikiranya. Dia hampir menyerah dan tidak habis pikir dengan apa yang di alaminya. Segala sesuatu yang sudah di persiapkanya dengan matang ternyata hancur oleh hal-hal kecil di luar kapasitasnya. Burns tidak mungkin lari dari kenyataan karena sesuatu yang di luar kehendaknya tetapi krikil-krikil itu telah menggoyahkan mentalnya.

Hingga akhirnya dia harus berjalan dari lokasi konfrensi untuk kembali ke ruanganya. Di salah satu ujung jalan dia melewati begitu banyak perkantoran dan pertokoan dengan tema dagangnya masing-masing. Ada salah satu toko alat kantor yang selalu memajang sebuah papan tulis di depan toko. Dan pada saat itu, tulisan itu berbunyi "Hidup bukanlah' seharusnya..... Hidup adalah kenyataan yang ada".

Persis seperti iklan sebuah produk makanan coklat di televisi. Dimana coklat yang terkenal mahal itu di ambil sedikit demi sedikit oleh seorang wanita dari seorang pria di kasir. Hingga akhirnya wanita itu pergi meninggalkan toko dengan hanya menyisakan satu potongan kecil coklat. Kehidupan itu "gede sih, tapi rela di bagi-bagi"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar