Kamis, 12 Januari 2012

Si Lebar, Akang Plato

Oleh : Bakhrul Amal MS

Dahulu kala, di sebuah kota yang gersang di dataran Yunani hiduplah sekumpulan manusia. Sekumpulan manusia itu lambat laun berkembang biak, bergerak dan saling mengisi. Berpolitik dan berwirausahapun tidak mereka lupakan apalagi sebagai manusia yang hidup sosial. Sekumpulan itu pada masa modern ini kita sebut sebagai masyarakat.

Kota gersang itu memiliki suhu tujuh drajat celcius di kala dingin dan duapuluh empat drajat celcius apabila musim panas. Keadaan cuacanya yang begitu timpang membuat sebagian warganya hidup bertani. Entah untuk dasar pemicu semangat atau kepercayaan di daerah itu. Bertani bahkan di sebut sebagai pekerjaan yang sangat mulia.

Sekalipun bertani adalah pekerjaan yang sangat mulia bagi kota itu, tetapi ternyata bukan bertani yang membuat kota itu makmur. Yang membuat kota itu makmur justru pertambangan peraknya yang berlimpah. Pertambangan itu konon telah di usahakan sejak awal abad ke-5 SM.

Kota itu adalah kota yang saat ini kita kenal dengan sebutan Athena. Athena yang dengan segala kekayaanya mampu melahirkan pemikir-pemikir hebat. Salah satu pemikir termashyur yang pernah dimilikinya adalah Plato.

Plato yang memiliki nama asli Aristokles lahir pada tahun 428 SM dalam keluarga aristokrat. Ayahnya bernama Ariston, bangsawan keturuan Kodrus. Dan ibunya bernama Periktione keturunan Solon, tokoh legendaris dan negarawan agung Athena.

Plato adalah nama panggilan karena dahi dan bahunya yg amat lebar. Julukan Plato di berikan oleh seorang guru senamnya. Plato dalam bahasa Yunani berasal dari kata benda "platos" ("lebarnya") yang di bentuk dari kata sifat "platus" ("lebar"). Dengan demikian jika di lihat secara bahasa, Plato memiliki arti si lebar.

Plato di tinggal ayahnya ketika ia masih kecil. Kemudian ibunya menikah kembali dengan pamanya yang bernama Pyrilampes. Pylampres adalah tokoh yang di sebagani karena kedekatanya dengan Pricles, pemimpin Athena yang baru saja meninggal (427M). Pyrilampes inilah yang akhirnya membesarkan dan mendidik Plato.

Plato memiliki guru yang sangat ia cintai dan kagumi sepanjang hidupnya yaitu Socrates. Bahkan dalam satu kesempatan dia menyebut gurunya itu "The nobelest and the wisest ans most just". Umpakan yang tentu menunjukan bahwa Socrates memiliki tempat istimewa di hatinya.

Kecintaanya terhadap Socrates telah mendarah dalam hatinya dan hal itu sangat terlihat dari karya-karyanya. Bisa dikatakan seluruh karya filsafatnya menggunakan metode "sokratik" yang dikenal juga dengan "dialektis" atau yang sering di sebut "elenkhus". Sebuah metode tanya jawab untuk menemukan kebenaran dan pengetahuan.

Plato adalah seorang pemikir yang pembelajar, dia begitu banyak mengenal ilmu. Dari Heraklitos, Parmenides, Orphisme atau Mysteri Orphik hingga Pythagoreasisme. Itulah yang menyebabkan idealismenya berbeda dengan idealisme modern.

Idealisme Plato di kenal dengan Idealisme realistis. Dimana menurutnya dunia ide merupakan suatu realitas yang objektif. Sedangkan idealisme modern bersifat subjektif oleh sebab itu di sebut idealisme subjektif.

Karena kecerdasanya, Plato mendasarkan etika pada pengetahuan, yang mana pengetahuan itu hanya mungkin diraih dan dimiliki oleh akal budi. Sehingga munculah julukan etika rasional, etika Plato.

Lewat idealisme dan etikanya, Plato kemudia berbicara negara. Menurutnya, negara yang ideal adalah negara yang mampu mendudukan hak dan kewajiban pada tempat yang tepat serta menjaga keduanya tetap selaras dan pas. Karena negara seperti itulah yang di idamkan oleh seluruh umat manusia di dunia.

Plato mengungkapkan tak perlu besar so long as they are of one mind, sekalipun mereka golongan kecil, it is imposible to disturb them. Kesehatian adalah makna dari filosofi. Yang mana filosofi dibagi menjadi dua kata, filos berarti cinta dan sofis itu memiliki damai.

Di ahir buku keduanya serta awal buku ketiganya "Republic". Plato bercerita tentang apa itu Tuhan. Plato menolak anggapan bahwa Tuhan adalah penyebab kejahatan. Pandangan ini berbeda dengan Hesidos dan Aeschylus yang terkesan justru merendahkan Tuhan.

Sesuatu yang disebut Allah itu pasti adalah baik menurutnya (Plato). Karena itu dia mendefinisikan bahwa Allah adalah penyebab segala kebaikan. Plato menjelaskan,

"God is simple and true in word and deed, and neither changes himself nor deceives others"

Plato mengganggap Allah itu adalah ide-ide yang berada di dunia ide. Sehingga wajar jika plato menempatkan ide kebaikan itu sebagai ide yang tertinggi. Karena kebaikan itu adalah Allah.

Saya kira hanya itu yang bisa saya jelaskan mengenai Plato. Pada tulisan lanjutnya saya ingin meneruskan cerita Athena dan Plato dengan Cirebon dan tokohnya (yang entah itu siapa). Tetapi basicly pemikiran Plato layak menjadi bahan pembahasan. Seluruh karya Plato amatlah menarik, terutama karyanya Republic dan The Sophist and Statesman.

Akhirul kalam, apabila ada yang salah atau kurang lengkap sewajarnya saja "Al Insanu Mahalul Khata wa nisyan" (Manusia tempatnya salah dan lupa). Tetap bangkit dan berjuang untuk indonesia. Pikirkan yang terbaik mungkin tentang dirimu karena We are what we think we are.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar