Rabu, 04 Januari 2012

Agitek

03.01.2012
Kuawali pagi ini dengan beberapa rencana yang sudah kususun di hari kemarin. Yaitu belajar menyetir mobil dan mencari Ketua Solidaritas untuk meminta tanda tanganya. Jam 10 pagi kiranya, Om Muksin (trainerku) memberiku kabar melalui pesan singkat kalau latihan di mulai pukul setengah 11, oleh karena itu aku di minta untuk bersiap-siap.

Sesuai kesepakatan, akhirnya kami bertemu di Jalan Pegajahan, tepatnya di depan gang yang diisi papan pemberitahuan PC Fatayat NU dan Madrasah Darul Fikr.

"Maaf mas lama, tdi kuncinya di oper-oper" tuturnya, menjelaskan kenapa dia terlambat hingga setengah jam lebih.

"Oo, siap" jawabku.

"Kemana nih, selain di bima?" tambahnya

"Di bima aja dululah yang sepi" kataku menjawab pertanyaanya.

Setelah disepaki tempatnya dengan segera Om Muksin melaju mobil diesel berwarna merah dan berkekuatan 2500cc itu menuju Stadion Bima Cirebon. Dengan beberapa manuver dan gaya menyalip yang cantik Om Muksin membawaku menuju stadion Bima.

Dari lurusan Unswagati, Om Muksin mengambil belokan ke kiri dan tampaklah kemegahan stadion yang menjadi kebanggaan masyarakat Cirebon itu. Dengan memelankan laju mobilnya Om Muksin membelokan mobilnya ke kanan atau ke arah yang sepi.

Dan "Sreeet" suara rem mobil yang di hentikan olehnya lalu "jedugg" dia terlihat keluar dari mobil menuju tempat duduku. Owwwh bertukar tempat duduk, okelah.

"Ayo a di coba" ajaknya, sambil membuka pintu sebelah kiri dan memintaku bertukar posisi dan menyuruhku menjadi pengemudi.

"Atur lah" sahutku

Perlu di ketahui, Om Muksin sangat berani memberikan kemudinya kepadaku secara langsung bukan karena alasan. Sebelumnya aku pernah mengikuti kursus atau pelatihan mengemudi di Eka Jaya Berindo. Eka Jaya adalah sebuah lembaga bimbingan belajar mengemudi mobil yang di isi pengajar-pengajar bersertifikat A.

Dengan penuh kehati-hatian aku coba memacu mobil merah itu. Aku tidak pernah menambah kecepatan dan terus berada di posisi gigi satu. Belokan pertama menuju patung bima akhirnya kulewati, terus lurus dan kemudian memutar stadion melawati jalan di depan Bima Estate.

"Coba masuk gigi dua" tantang Om Muksin

"Cetak, ngrek" dengan sigap ku injak kopling sambil melepas gas lalu memasukan gigi dua. Dengan pelan ku lepas kopling bersamaan memasukan gas, kecepatan dan insting seperti ini perlu di lakukan agar mobil tidak mati nantinya. Sambil melihat ke kanan dan ke kiri aku terus asik bersama mobil yang interiornya sedikit kurang baik itu.

Ternyata Stadion Bima tidak terlalu mengalami perubahan. Seluruh kondisinya masih sama seperti ketika aku kelas 2 SMP. Bila bisa dikata,paling perubahan yang menonjol adalah semakin menjamurnya Pedagang Kaki Lima (PKL) di area yang katanya ingin naik kelas bertaraf Internasional itu.

Dulu, PKL di area Bima hanya berupa gerobak dengan dua kursi di sekitarnya. Tetapi saat ini, PKL di area itu menambah kursi duduknya layaknya rumah makan lesehan di pinggiran kota. Suasana itu bisa di lihat di sekitar Patung Bima atau di area dekat Stadion Utama. Karena jumlahnya yang banyak, keadaan itu menjadi mudah di temui.

Setelah puas memutari area Stadion Bima, tepat pukul dua belas siang aku mengakhiri latihan mengemudiku. Aku dan Om Muksin kembali bertukar posisi ke tempat semula.

"Udah bagus a tinggal banyak latihan ajah" komentarnya, melihat latihanku.

"Tapi masih gemetar pak" sanggahku.

Rasa lelah, gemetar dan puas mengiringi perjalanan pulangku menuju rumah. Di iringi suara musik dangdut aku dan Om Muksin tidak jarang bersandung di dalam mobil. Meskipun interiornya sudah terlihat parah tetapi mobil yang di bawa Om Muksin masih memiliki mesin yang halus dan suara tape yang kencang dengan bass yang terasa menggetarkan dada.

"Makasih pak" ujarku sembari menutup pintu.

"Ya sama-sama a" sahutnya sambil berlalu pergi.

Hari itu cukuplah sangat melahkan dan menguras tenaga yang menuntuku harus banyak istirahat. Malam harinya aku memesan baso untuk menyantapnya bersama keluarga di rumah. Pukul sembilan malam tepat, akhirnya Benny (Ketua Solidaritas) mengunjungi rumahku. Ngobrol kesana-kemari lalu sebelum akhirnya pergi untuk bermain PS3.

Pukul setengah dua malam aku kembali ke rumah. Lemas membuatku tidak begitu lama untuk segera memejamkan mata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar