Selasa, 03 Januari 2012

Audek Irah




Di Hari kedua Januari, hujan menjadi menu pembuka di pagi hari. Mataku terbuka di antara suara guyuran yang terdengar begitu deras.

"Wah enaknya tidur lagi nih" pikirku dalam hati

Seperti sudah kewajibanku(seorang muslim), aku melaksanakan sholat shubuh. Setelah selesai sholat dan membereskan kamarku yang terlihat berantakan, aku melakukan olahraga ringan(lari pagi di dalam kmar, push up dan sit up).

Selang beberapa menit ternyata mataku tak kuasa menahan sejuknya udara yang di tawarkan pagi itu. Aku pun kembali terlelap dalam tidurku sebelum sempat makan. Pukul sembilan tepatnya, aku bangun dari lanjutan tidurku.

Tanpa berpikir panjang lagi, aku bergegas menuju kamar mandi untuk bertempur gayung. "Jebar jebur" mandi pagi di jam siang akhirnya selesai. Tetapi ternyata mandi bukanlah hal utama pagi itu, "Kruyuk kruyuk" suara perutkupun berbunyi menuntut jatah karena sejak pagi belum kuisi sebiji nasipun.

Selesai makan, aku yang sedikit mengantuk berinisiatif melaju motorku menuju warung "abah Ato" untuk meminum kopi. Perlu di ketahui, Warung "Abah Ato" adalah tempat favoritku ketika pulang sekolah menengah dulu. Tetapi sampai aku lulus aku masih sering berkunjung di pagi hari untuk "ngopi, ngopi". Warung "abah Ato" terletak tepat di depan Masjid Agung Sang Cipta Rasa Kasepuhan, Cirebon.

Suasana di sekitar warung pada saat itu terlihat ramai. Ada beberapa pria berbadan tegap dan bapak-bapak yang memakai seragam seperti Polisi dan Tentara. Pria berbadan tegap yang tak berseragam terlihat sibuk melakukan pengecetan jalan. Sementara bapak-bapak berseragam terlihat santai memperhatikan sambil meminum kopi dan bercanda tawa.

Pria berbadan tegap yang berjumlah sekitar duapuluh orang itu memberi garis di jalan. Memberi nomor dan mengotak-ngotak jalan. Di antaranya ada yang sibuk membawa kabel dan memasang lampu.

"Ada apa bah?" Tanyaku pada abah Ato

"Biasa, delat maning Muludan" jawabnya dengan nada tinggi yang sudah menjadi ciri khasnya.

Wow, Muludan. Bagi yang belum terlalu mengenal Muludan, akan sedikit aku ceritakan mengenai kebiasaan tahunan masyrakat Cirebon khusunya Kasepuhan ini. Muludan adalah tradisi menyambut hari lahir Nabi Muhammad. Biasanya menjelang puncak kelahiran Nabi Muhammad, Lapangan Kasepuhan dan sekitarnya berubah menjadi Pasar Malam. Pasar malam ini berlangsung satu bulan penuh sebelum diakhiri pada tanggal kelahiran Nabi Muhammad 12 robiulawal.

Berbagai macam pakaian, alat dapur, mainanan anak-anak, oleh-oleh Khas Cirebon bahkan tenda-tenda ramalan ada di acara Muludan itu. Di bagian tengah lapangan sendiri di penuhi beberapa permainan seperti ombak banyu, karnival, rumah hantu, tong edan, kuda-kuda hingga mandi bola. Muludan tidak jarang di jadikan ajang adu kekuatan, dimana biasanya ada kubu saling bertikai demi berebut jatah harian dari pedagang.

Acara Pasar Malam ini semakin ramai di kunjungi di tiga hari terakhir menjelang penutupan (tepat 12 rabiul awal). Di akhir atau tepatnya malam 12 rabiulawal, masyrakat Cirebon selalu menyebut malam itu sebagai malam pelal atau ngalap berkah. "Ayo bengi kien pelal" biasanya kata-kata ajakan seperti itu selalu hadir di malam 12 robiulawal, karena pada malam pelal biasanya pedagang menurunkan harga secara besar-besaran.

Mungkin itulah gambaran singkat tradisi Muludan versi rakyat sekitar. Karena Muludan tidak hanya malam "pelal" tetapi di dalam kraton sana ada tradisi panjang jimat dll. Tradisi dalam kraton itu tidak bisa saya jelaskan secara penuh karena keterbatasan jangkauanku mengenai hal-hal itu.

Langit kembali mendung dan rasanya hari itu akan di guyur hujan kembali. Akhirnya akupun selesai lalu membayar kopi yang tadi kuminum.

"Bah pulang" teriaku sambil berlari menutup kepala

"oy iya, ati-ati" balasnya

Kiranya hari itu kulalui tanpa berbeda dengan hari-hari lainya. Dan malam harinya aku bersajak di twitterku, yang mungkin bisa kalihan liat di @bakhrulamal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar