"Tettttttttt" bel ujian pun berbunyi
Murid-murid kelas agraria berlari berbondong-bondong memasuki kelas.
"Pak, bisa lihat absen tempat duduk" kata pemuda bertubung tanggung itu
"Silahkan lihat sendiri" jawab pengawas kelas
Pemuda itu kelihangan kartu tes nya karena kemarin malam tercuci. Dengan perasaan gembira duduklah dia di kursi nomor empat puluh. Di sebelah kananya wanita berjilbab, di sebelah kirinya wanita bertubuh besar, di depanya perempuan non muslim yang kecil dan di belakangnya pria dengan muka seram.
Suasana saat itu terlihat tegang, beberapa siswa masih sibuk menggerakan mulutnya mengingat hafalan. Sementara lainya terlihat memegang kertas sembari membuka dan menutup matanya mencocokan hafalan dengan jawaban. Seperti pada umumnya, ada pula sebagian kecil siswa yang menyelipkan kertas di saku baju, celana bahkan tempat bolpoinya.
Perlu di ketahuai, materi Hukum Agraria terkesan menjadi sulit di karenakan dosen Hukum Agraria kelas tersebut tidak masuk empat kali dari total tujuh kali pertemuan di semester dua. Sementara materi yang harus di hafalkan sebanyak dua puluh halaman powerpoint (Hak Tanggungan, hak atas tanah, Agriaria Lama dan Baru) serta UUPA. Hanya belajar kelompok lah yang menjadi solusi siswa kelas tersebut.
Kelas itu di awasi oleh dua pria dan satu dosen pengajar yang biasa mengajar agraria kelas itu. Sepuluh menit berlalu, kedua pengawas pria itu masih sibuk merapikan lembar jawaban dan soal. Sementara Ibu dosen belum juga hadir dan tidak ada penjelasan sebelumnya. Keteganganpun semakin terasa, terbukti di tengah dinginya ruang kelas, beberapa siswa terlihat menucurkan kringatnya.
"Tuk, tuk, tuk" satu pengawaspun maju membagikan lembar jawaban. Siswa dengan nomor duduk terdepan terlihat memejamkan matanya dan mengangkat kedua tanganya sambil mulutnya komat-kamit membaca matra, eeekh doa. Lembar-lembar itupun sampai ke tangan Karno, pria dengan nomor tempat duduk empat puluh itu. Karno dengan segera mengisi nama serta nomor ujian di lembar jawaban itu.
Pengawas pertama telah selesai melaksanakan tugasnya. Pria kedua hendak maju, namun ia sedikit berbasa-basi. Entah untuk menambah ketegangan atau menakut-nakuti tetapi para siswa justru terlihat kesal.
"Ini total tujuh soal, tidak open book, tidak boleh mencontek, waktu 45 menit dan tidak boleh kebelakang(maksudnya ke wc!!!" Teriak pria pengawas kedua sembari berjalan membagikan soal.
"Aduuuhhh!" Ucap pria di bangku ke dua puluh lima
"Yaaaaaah" perempuan di barisan terbelakangpun tak kalah hebohnya
"Yes, yes" wanita kecil di bangku nomer enam terlihat kegirangan
Pengawas pertama tetap berada di belakang, sementara pengawas kedua kembali menuju bangku depan di bawah papan tulis. Sambil melihat jam di tanganya pengawas pria kedua itu mengatakan "mulaaaai!!!". Ujianpun dimulai, susasana kelas berangsur sepi dan kesibukan di antaranya pun semakin terlihat.
Sepuluh bahkan dua puluh menit pertama belum terjadi hal-hal aneh. Hingga memasuki menit ke dua puluh limapun aman. Tetapi di menit dua puluh enam, wanita berjilbab di sebelah Karno terlihat menjatuhkan lembar soal yang penuh coretan itu ke lantai, kondisi yang sama di ikuti oleh pria di sebelahnya. Yang menjadi aneh adalah pria itu justru mengambil soal wanita berjilbab sementara wanita berjilbab itu mengambil soal pria disebelahnya. (Hahaha taktik pertama)
"Itu nomer satu dan empat" bisik wanita tersebut
"Sssstt, sendiri-sendiri" teriak pengawas di bangku belakang yang tadi sibuk memainkan handphone, rupanya bisikan itu terdengar hingga belakang. Kondisipun kondusif kembali hingga menit ke duapuluh sembilan. Kondisi itu persis seperti film anak-anak asal Spanyol, Amigos X Siempre. Dimana ada satu sesi, di sekolah yang di isi anak punk itu melakukan hal yang sama dengan pria dan wanita berjilbab tersebut. Tetapi ditengah pertukaran itu mereka tertangkap basah oleh guru yang terkenal jahat dan jago dalam melihat muridnya mencontek Neftali.
Tangan itu terlihat memasuki saku celana bagian belakang, kertas kecilpun muncul bersama tanganya. Ya, wanita di depan karno sekarang sibuk menyembunyikan catatan kecilnya di bagian belakang soal. Sambil berpura-pura "ngulet" dia melihat kondisi pengawas belakang. "Huuuuh" hela nafasnya yang hendak menyembunyikan ketegangan. Ternyata kondisi di belakang aman.
Dengan sigap wanita itu hampir menghabiskan tinta bolpinya karena jawaban yang begitu panjang. Kertas contekan kecil tadi terlihat masih manja di bawah lembar soal. Sementara diatasnya soal penuh terjawab berkat bantuanya. Wanita di sebelah Karno berbisik "sus, sut", wanita di depan Karno pun menoleh sembari melempar kertas kecil yang telah di lipat ke arahnya. Sungguh insting yang luar biasa dari wanita di depan Karno itu.
Ternyata suasana di bagian terdepan tidak kalah serunya, berkali-kali diskusi dalam bisikan dilakukan. Bahkan wanita kecil yang tadi kegiranganpun terlihat membuka handphone yang di selipkan di paha kirinya. Siswa yang duduk terdepan dan terbelakang terlihat tegang dan terpaksa percaya diri dengan jawabanya. Sementara Karno yang santai justru hampir menyelesaikanya sendiri.
Waktupun memasuki menit ke tiga puluh lima. Siswa-siwa yang di total enam puluh orang terlihat semakin gelisah. "Delapan menit lagi !!!" Teriak pria di belakang sembari melangkah menuju kedepan. "Ckreeeeeeeek" pintupun terbuka, dosen agraria itu datang terlmbat dan masuk tergesa-gesa. "Silahkan dilanjutkkan" katanya sambil memohon maaf terlambat.
Diskusi dalam bisikan menjadi semakin terdengar menjadi diskusi kelompok di lima menit terakhir. Dari nomor satu hingga enam puluh semua mencuri untuk berbisik berusaha bersama mencocokan jawaban tek terkecuali Karno. Sementara pengawas dan dosen sibuk berbincang-bincang.
"Selesai ya" teria pengawas pria kedua.
"Sebentar paaaak" serempak murid membalasnya
Di sisa-sisa waktu ujian suasana semakin tampak seperti ruang rapat DPR, gaduh, ricuh bahkan teriiakan-teriakan kepasrahanpun terdengar. Dan akhirnya "teeeeeeeeeet" bel waktu selesai ujianpun berbunyi. Siswa-siswa dengan lapang dada meninggalkan jawaban yang ragu-ragu.
"Aduh, aduh gimana nih" teriak wanita berwajah arab di depan teman-temanya
"Iya-iya susah banget" jawab sahabatnya
"HOREEEEEEEEEEE !!!" Lelaki bertubuh sebesar Mike Idol berteriak lantang
Kelaspun akhirnya kosong, tersisa pengawas dan dosen yang sibuk mengambil lembajar jawaban. Ujian hari itupun selesai dengan rasa penasaran. Siswa-siswa tampak lelah dan menghibur diri dengan mendengarkan MP3 maupun bercanda tawa. Aku berdoa semoga tidak ada yang mati, karena bisa-bisa mati penasaran.
Murid-murid kelas agraria berlari berbondong-bondong memasuki kelas.
"Pak, bisa lihat absen tempat duduk" kata pemuda bertubung tanggung itu
"Silahkan lihat sendiri" jawab pengawas kelas
Pemuda itu kelihangan kartu tes nya karena kemarin malam tercuci. Dengan perasaan gembira duduklah dia di kursi nomor empat puluh. Di sebelah kananya wanita berjilbab, di sebelah kirinya wanita bertubuh besar, di depanya perempuan non muslim yang kecil dan di belakangnya pria dengan muka seram.
Suasana saat itu terlihat tegang, beberapa siswa masih sibuk menggerakan mulutnya mengingat hafalan. Sementara lainya terlihat memegang kertas sembari membuka dan menutup matanya mencocokan hafalan dengan jawaban. Seperti pada umumnya, ada pula sebagian kecil siswa yang menyelipkan kertas di saku baju, celana bahkan tempat bolpoinya.
Perlu di ketahuai, materi Hukum Agraria terkesan menjadi sulit di karenakan dosen Hukum Agraria kelas tersebut tidak masuk empat kali dari total tujuh kali pertemuan di semester dua. Sementara materi yang harus di hafalkan sebanyak dua puluh halaman powerpoint (Hak Tanggungan, hak atas tanah, Agriaria Lama dan Baru) serta UUPA. Hanya belajar kelompok lah yang menjadi solusi siswa kelas tersebut.
Kelas itu di awasi oleh dua pria dan satu dosen pengajar yang biasa mengajar agraria kelas itu. Sepuluh menit berlalu, kedua pengawas pria itu masih sibuk merapikan lembar jawaban dan soal. Sementara Ibu dosen belum juga hadir dan tidak ada penjelasan sebelumnya. Keteganganpun semakin terasa, terbukti di tengah dinginya ruang kelas, beberapa siswa terlihat menucurkan kringatnya.
"Tuk, tuk, tuk" satu pengawaspun maju membagikan lembar jawaban. Siswa dengan nomor duduk terdepan terlihat memejamkan matanya dan mengangkat kedua tanganya sambil mulutnya komat-kamit membaca matra, eeekh doa. Lembar-lembar itupun sampai ke tangan Karno, pria dengan nomor tempat duduk empat puluh itu. Karno dengan segera mengisi nama serta nomor ujian di lembar jawaban itu.
Pengawas pertama telah selesai melaksanakan tugasnya. Pria kedua hendak maju, namun ia sedikit berbasa-basi. Entah untuk menambah ketegangan atau menakut-nakuti tetapi para siswa justru terlihat kesal.
"Ini total tujuh soal, tidak open book, tidak boleh mencontek, waktu 45 menit dan tidak boleh kebelakang(maksudnya ke wc!!!" Teriak pria pengawas kedua sembari berjalan membagikan soal.
"Aduuuhhh!" Ucap pria di bangku ke dua puluh lima
"Yaaaaaah" perempuan di barisan terbelakangpun tak kalah hebohnya
"Yes, yes" wanita kecil di bangku nomer enam terlihat kegirangan
Pengawas pertama tetap berada di belakang, sementara pengawas kedua kembali menuju bangku depan di bawah papan tulis. Sambil melihat jam di tanganya pengawas pria kedua itu mengatakan "mulaaaai!!!". Ujianpun dimulai, susasana kelas berangsur sepi dan kesibukan di antaranya pun semakin terlihat.
Sepuluh bahkan dua puluh menit pertama belum terjadi hal-hal aneh. Hingga memasuki menit ke dua puluh limapun aman. Tetapi di menit dua puluh enam, wanita berjilbab di sebelah Karno terlihat menjatuhkan lembar soal yang penuh coretan itu ke lantai, kondisi yang sama di ikuti oleh pria di sebelahnya. Yang menjadi aneh adalah pria itu justru mengambil soal wanita berjilbab sementara wanita berjilbab itu mengambil soal pria disebelahnya. (Hahaha taktik pertama)
"Itu nomer satu dan empat" bisik wanita tersebut
"Sssstt, sendiri-sendiri" teriak pengawas di bangku belakang yang tadi sibuk memainkan handphone, rupanya bisikan itu terdengar hingga belakang. Kondisipun kondusif kembali hingga menit ke duapuluh sembilan. Kondisi itu persis seperti film anak-anak asal Spanyol, Amigos X Siempre. Dimana ada satu sesi, di sekolah yang di isi anak punk itu melakukan hal yang sama dengan pria dan wanita berjilbab tersebut. Tetapi ditengah pertukaran itu mereka tertangkap basah oleh guru yang terkenal jahat dan jago dalam melihat muridnya mencontek Neftali.
Tangan itu terlihat memasuki saku celana bagian belakang, kertas kecilpun muncul bersama tanganya. Ya, wanita di depan karno sekarang sibuk menyembunyikan catatan kecilnya di bagian belakang soal. Sambil berpura-pura "ngulet" dia melihat kondisi pengawas belakang. "Huuuuh" hela nafasnya yang hendak menyembunyikan ketegangan. Ternyata kondisi di belakang aman.
Dengan sigap wanita itu hampir menghabiskan tinta bolpinya karena jawaban yang begitu panjang. Kertas contekan kecil tadi terlihat masih manja di bawah lembar soal. Sementara diatasnya soal penuh terjawab berkat bantuanya. Wanita di sebelah Karno berbisik "sus, sut", wanita di depan Karno pun menoleh sembari melempar kertas kecil yang telah di lipat ke arahnya. Sungguh insting yang luar biasa dari wanita di depan Karno itu.
Ternyata suasana di bagian terdepan tidak kalah serunya, berkali-kali diskusi dalam bisikan dilakukan. Bahkan wanita kecil yang tadi kegiranganpun terlihat membuka handphone yang di selipkan di paha kirinya. Siswa yang duduk terdepan dan terbelakang terlihat tegang dan terpaksa percaya diri dengan jawabanya. Sementara Karno yang santai justru hampir menyelesaikanya sendiri.
Waktupun memasuki menit ke tiga puluh lima. Siswa-siwa yang di total enam puluh orang terlihat semakin gelisah. "Delapan menit lagi !!!" Teriak pria di belakang sembari melangkah menuju kedepan. "Ckreeeeeeeek" pintupun terbuka, dosen agraria itu datang terlmbat dan masuk tergesa-gesa. "Silahkan dilanjutkkan" katanya sambil memohon maaf terlambat.
Diskusi dalam bisikan menjadi semakin terdengar menjadi diskusi kelompok di lima menit terakhir. Dari nomor satu hingga enam puluh semua mencuri untuk berbisik berusaha bersama mencocokan jawaban tek terkecuali Karno. Sementara pengawas dan dosen sibuk berbincang-bincang.
"Selesai ya" teria pengawas pria kedua.
"Sebentar paaaak" serempak murid membalasnya
Di sisa-sisa waktu ujian suasana semakin tampak seperti ruang rapat DPR, gaduh, ricuh bahkan teriiakan-teriakan kepasrahanpun terdengar. Dan akhirnya "teeeeeeeeeet" bel waktu selesai ujianpun berbunyi. Siswa-siswa dengan lapang dada meninggalkan jawaban yang ragu-ragu.
"Aduh, aduh gimana nih" teriak wanita berwajah arab di depan teman-temanya
"Iya-iya susah banget" jawab sahabatnya
"HOREEEEEEEEEEE !!!" Lelaki bertubuh sebesar Mike Idol berteriak lantang
Kelaspun akhirnya kosong, tersisa pengawas dan dosen yang sibuk mengambil lembajar jawaban. Ujian hari itupun selesai dengan rasa penasaran. Siswa-siswa tampak lelah dan menghibur diri dengan mendengarkan MP3 maupun bercanda tawa. Aku berdoa semoga tidak ada yang mati, karena bisa-bisa mati penasaran.