Minggu, 17 April 2011

Aku Belum Kibarkan Bendera Putih

Oleh : Bakhrul Amal Maksum

Saya terus mencoba untuk meninggalkan segala kehidupan yang menuntutku bermateri. Dunia kebahagian yang sesaat sekarang ini laksana saya tinggalkan, karena dunia yang seperti ikatan setan ini tidak memberikan sesuatu hiburan dan kepuasan kepada saya, karena saya tidak memiliki banyak uang untuk itu.

Saya berusaha meninggalkan dunia yang material ini, dan saya masuk di dalam "dunia yang penuh dengan pemikiran". Dunianya alam kehidupan, dunia khayalan, dunia pikiran. Dan saya katakan, bahwa di dalam "world of mind" itu, di situ saya berjumpa dengan begitu banyaknya orang-orang besar dari segala suku, bangsa dan negara. Di dalam "dunia berpikir" itu saya berjumpa dengan nabi-nabi besar﹑ di dalam "world of mind" itu saya berjumpa dengan sufi-sufi dan ahli falsafah, ahli falsafah besar. Di dalam "world of mind" itu saya berjumpa dengan pemimpin-pemimpin bangsa yang besar, dan di dalam "world of mind" itu saya bertemu pejuang-pejuang kemerdekaan yang berkaliber besar.

Abah Maksumlah pahlawanku selama ini, Abah Maksum adalah tokoh favoritku selama ini. Aku sesungguhnya adalah muridnya. Entah secara sadar ataupun tidak dia telah menggemblengku. Aku duduk di pangkuanya lalu dia berikan semua buku-bukunya kepadaku. Dia memberikan segala sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya kepadaku. Jujur memang dia tidak pernah bisa memberikan secara langsung kehangatan cintanya dari pribadinya ke pribadiku. Karena sepertinya tak seorangpun yang mampu mencintaiku seperti apa yang aku idamkan, tetapi caranya sungguh telah berpengaruh besar dan merubahku. Membuatku pergi dari segala apa yang orang eropa bilang "dunia pemikiran". Buku-buku menjadi temanku saat ini. Didunia yang penuh kerohanian dan kekal ini aku mencoba mencari kesenanganku. Kupergunakan waktuku untuk membaca, aku mencari ilmu pengetahuan di samping pelajaran di sekolahku.

Aku

Oleh : Bakhrul Amal Maksum

Aku adalah aku dengan segala kelemahanku.
Aku adalah aku dengan segala kekuranganku.
Aku adalah aku yang selalu merasa hebat akan diriku.
Aku bukan sesuatu yang sempurna.
Aku bukan sesuatu yang hina.
Aku hanya mencoba mencari jati diriku dengan caraku.
Tetapi mengapa aku terkadang mengeluh dengan penilaian mereka terhadapku ???
Bukankah aku memang begitu.
Tetapi mengapa aku tidak terima ketika aku dipojokan ?
Bukankah aku yang membuat mereka begitu.
Sekalipun itu semua hanya sepenggal kisah masa laluku.
Aku harus ikhlas atas apa yang mereka juluki terhadapku.
Karena aku laki-laki yang berani untuk mengakui.
Aku salah dan tidak sempurna.
Lalu apa ???
Aku tidak bisa diam dan larut dalam julukanku.
Aku harus bangkit dan melakukan yang terbaik.
Semua yang menjatuhkanku sudah kulalui.
Dan saat ini tuhan.
Aku hanya ingin hidup seperti cahaya.
Aku hanya ingin hidup seperti bunga.
Aku hanya ingin kembali seperti aku.
Biarlah penilaian itu sebagai bahan intropeksiku ketika aku lari dari jalurku.

Diantara Perjuangan Yang Masih Tersisa

Oleh: Bakhrul Amal Maksum

Dini hari itu aku tidur dari tidur dan mencari apa yang hilang dari jiwaku, aku berdiri dan bangkit laksana seorang petarung yang siap menghadapi apapun yang ada di hadapanya. Aku berjalan melangkah tertatih membuka pintu yang terasa berat untuk mecari setetes kesegaran yang mungkin bisa membasahi tenggorokanku ini. Apa yang aku rasakan mungkin juga di lakukan beberapa manusia lain di luar sana. Sikapku ini sepertinya mengundang tanya apa yang sebenarnya hendak aku cari dengan melakukan hal seperti seekor tikus yang bangun lalu mencari sesuatu di saat semua lelap.

Kemudian aku berjalan perlahan menuju tempat dimana aku menemukan air untuk membasuh wajah hingga kakiku. Sebelum akhirnya kembali menuju ruangan yang cukup untuk membca, menaruh beberapa buku dan pakaian serta tentunya merebahkan badanku ketika aku lelah. Mungkin tempat ini telalu indah bagi mereka yang sama sekali tidak memiliki tempat ber istirahat dan harus tidur dengan kebisingan. Lalu di dalam tempat itu aku bentangkan permadani kecil untuk melakukan gerakan yang berulang dan terjaga menunggu pagi yang enggan kembali.

Aku terus begitu hingga entah kapan malam akan berhenti tetapi aku akan terus memahami walau harus berdarah agar dzat itu mengerti aku bernafas untuknya. Lalu aku duduk sembari mengangkat sembari mengangkat kepalaku ke atas langit lalu menudukanya lagi. Ada setes air mengalir dari bulatan yang indah ketika aku menundukan kembali wajahku. Apa yang sebenarnya aku pikirkan ketika aku mengangkat bagian bagian tertinggi tubuhku hingga air itu bisa mengaliri separuh rupaku ketika aku menundukan kembali pusat pikiranku.



Disaat ku angkat wajahku aku berpikir bahwa apa yang aku lakukan selama ini tidak lebih dari apa yang di lakukan seekor keledai yang bertindak tanpa berpikir. Seperti serigala yang kejam yang tidak mau memikirkan apa yang terjadi di sekitarnya. Seperti se ekor kura-kura yang berada di antara kuda-kuda yang terus berpacu. Aku teramat lemah, aku terlalu bodoh dan sombong, aku terlalu memikirkan diriku dan akhirnya justru akulah yang tertinggal. Aku lebarkan tanganku, ku ucap beribu sumpah serapahku yang tidak hanya saat ini aku ucapkan. Aku memujinya, memberikan penghormatan tertinggku kepadanya, meneteskan air mata di hadapanya ketika aku sadar ia masih sanggup tersenyum dan memberiku nyawa di saat aku merasa hidupku tinggal badan tanpa jiwa yang membuatku seharusnya tak lagi pantas meminta padanya.

Tidak ada harapan yang lebih aku inginkan selain semangat darinya yang mampu membangkitkan raga yang telah hampir mati ini. Karena hanya itu yang terasa sanggup menyempurnakan lukisan keledai yang bersikap seperti serigala dan kura-kura tidak bisa berlari seperti kuda. Hatiku akan terus selalu meninggikanmu agar engkau mampu mengeluarkan keindahan buatku menyempurnakan semua yang terbaik dan terlewati dan semua yang hendak terhenti tanpa ku akhiri. Agar selesai sudah dan semua pun dapat berlalu indah dengan akhirnya aku tau kau memaafkanku dan menempatkanku di singgasana terindah.

Menurut Pandangan Saya


Oleh : Bakhrul Amal Maksum



Dalam masa modern saat ini kita sedikit di bingungkan oleh sekelompok manusia yang mengaku khalifah Tuhan dengan segala argumentasi pembenarnya. Yang membuat kita kadang-kadang ragu untuk melakukan sesuatu bahkan kebaikan sekalipun. Disini saya tidak akan menyebut golongan, organisasi atau perkumulan apapun. Saya tidak sedang berada di pihak manapun, saya tidak membenarkan golongan manapun, disini saya hanyalah ingin menjelaskan bahwa inilah islam menurut pendapat saya. Islam yang progresif dan memisahkan diri dari pandangan yang terkesan konservatif.



Jika kita perhatikan akhir-akhir ini ada dua kata yang memang sudah tidak asing lagi di sekitar kita semenjak kehadiran manusia-manusia islam konservatif ini yaitu Haram dan Kafir. Mereka selalu memandang bahwa sesuatu yang baru itu di anggap sebagai ancaman yang nantinya akan melunturkan islam, lalu kita seakan di ajak untuk kembali merasakan zaman dimana islam belum menjadi agama yang besar, islam masih menjadi minoritas dan di ancam dimana-mana. Kita seakan di haruskan memegang senjata dan berperang ketika sedikit saja sorban terinjak, kita di wajibkan membunuh ketika speaker pengeras mati. Lalu kita seakan dipagari dengan segala dalih kebenaran, kita dicecoki dengan cara kunonya, mereka memaksa kita untuk hidup seperti jaman dulu.



Apakah mereka lupa atau tidak ingat bahwa di dalam masalah dunia, di dalam urusan statesmanship, kita di perbolehkan berqiyas, boleh membuang cara-cara terdahulu, boleh menggunakan cara-cara baru. Boleh menaiki pesawat terbang, boleh menonton tv dan mendengarkan acara-acara di radio, asal tidak nyata semua itu di hukum haram atau makruh oleh Allah S.W.T. Tetapi itulah mereka, mereka selalu mencari cari agar argument mereka dapat di terima dan terlihat lebih benar bahkan terkadang mereka berani memalsukan hadist-hadist agar kita mempercayai dan akhirnya mengikuti pemikiran konservatif mereka.



Selain itu mereka mempunyai misi menjadikan sebuah negara yang didasari atas BHineka tunggal ika ini menjadi negara Islam, dimana mereka berkeyakinan bahwa Hukum islam itu adalah yang terbaik. Memang dari sudut akidah, hak orang Islam memang lebih tinggi dari penganut agama lain. Tapi, Indonesia bukan negara Islam. Indonesia ini negara yang berazaskan Demokrasi. Lagi-lagi mereka lupa bahwa nabi sendiri telah menjaizkan urusan dunia menyerahkan kepada kita sendiri perihal urusan dunia, membenarkan segala urusan dunia tentang yang baik dan tidak haram atau makruh. Mengapa kita menjadi royal sekali dengan perkataan “kafir”, kita gemar sekali mencap segala barang yang baru dengan cap “kafir”. Segala pengetahuan yang baru kita langsung katakan kafir, ilmu-ilmu, music-musik yang baru segera di serang dengan kata “kafir”, ya bekerjasama dengan bangsa yang bukan islam pun “kafir”.



Demokrasi itu bukan hanya tak haram, tapi wajib dalam Islam. Menegakkan demokrasi itu salah satu prinsip Islam, yakni syuro dan Demokrasi harus berlandaskan kedaulatan hukum dan persamaan setiap warga negara tenpa mebedakan latar belakang ras, suku agama dan asal muasal, di muka-undang-undang. dalam hal ini saya tidak merasa khawatir dengan dominasi minoritas. Itu lahir karena kita yang sering merasa minder. Umat Islam mungkin karena faktor masa lalu sering dihantui rasa kekalahan dan kelemahan.



Terlepas dari masalah dasar dan ideologi negara, jika kita perhatikan mereka lebih senang mencari hadist atau ayat yang cenderung membuat permusuhan dan perpecahan dengan akhir dimana mereka yang paling benar. Mereka lebih senang mencari ayat permusuhan daripada ayat-ayat yang menjelaskan tentang ilmu pengetahuan alam. Mereka yang mengaku islamnya hebat itu perlu di pertanyakan mengapa mereka berlaku seperti itu. Mereka seakan sulit menerima pengetahuan alam karena mereka berpikir ilmu itu merusak, ilmu alam itu ajaran barat, ilmu alam itu “haram” karena berasal dari orang “kafir”.



Dari situ munculah pertanyaan dalam benak saya Bagaimana orang bisa betul-betul mengerti firman Tuhan bahwa di jelaskan proses terjadinya bumi, proses kelahiran, bahwa manusia yang lahir berpasang-pasangan, tentang kesehatan, kalau tak mengetahui biologi, tak mengetahui electron, tak mengetahui tentang positif - negative, tak mengetahui aksi dan reaksi dan astronomy. Bagaimana mereka bisa tahu tentang kisah bangsa-bangsa terdahulu jika tidak sedikit mengenal history dan archeology ?



Semoga mereka segera dibukakan hatinya dan dapat memahami islam yang sesungguhnya dengan keyakinan hati dan pikiran. Karena jika hati mereka yakin bahwa mereka benar-benar mencintai tuhanya mereke tidak mungkin menyakiti ciptaan tuhanya dan jika pikiran mereka terbuka maka pengetahuan alam dan kehidupan itu jelaslah penting. Islam itu agama damai dan progresif dapat di terima dimana saja dalam kondisi apapun. Dan yang harus mengerti adalah Islam itu bukan hanya sekedar rahmatan lill muslimin tetapi islam itu Islam rahmattan lill alamin.