Rabu, 15 April 2015

HIKAYAT LINCOLN


 http://randomcelebs.com/wp-content/uploads/2015/04/Abraham-Lincoln-3.jpg



“dooor”.. Abraham Lincoln mati terkapar tak bernyawa. Satu keping peluru yang pecah menghunus tepat di kepalanya yang cemerlang. Selang beberapa saat kemudian, tubuh yang penuh inspirasi itu terbungkus kaffan. Innalillah....

Lincoln mati bukan tanpa firasat, bukan pula tanpa isyarat, tapi Lincoln meninggal dengan tanda-tanda. Konon, dua minggu sebelum kejadian tragis tersebut, Lincoln bermimpi. Dia –dalam hanyut nada-nada malam –berjalan sendiri tidak berkawan. Tiba-tiba saja, seorang wanita menangis pertanda layat tengah datang. Dia kemudian menatap mendapati tubuhnya menjadi seonggak jenazah.

Tersebutlah, 15 April 1865, tanggal dimana sehari sebelumnya Lincoln dihujani peluru di Teater Ford, Lincoln meninggal. Dan, John Wilkes Booth dianggap sebagai orang yang bertanggung jawab atas kematian itu.

Namun mati, ya mati, tidak bisa menghentikan laju sejarah yang bergerak cepat menampakan kebenaran. Seperti kata Lincoln sendiri “..anda tidak bisa lepas dari tanggung jawab besok dengan menghindari hari ini..”. Oleh karenanya, sopan rasanya apabila mari kita ulas kembali spirit maupun gagasan apik presiden berkulit hitam pertama Amerika ini.

PANTANG MENYERAH
Jelas, kata inspiratif adalah kata yang melekat di tubuh sang pemilik nama bapak segala agama, Abraham (Ibrahim). Pantang menyerah adalah sikap yang menjadi teladan dari seorang Lincoln.

Dari tahun ke tahun, sebelum tahun 1860, Lincoln selalu lekat dengan julukan ‘gagal’. Dimulai dari 1831, usahanya bangkrut. Istrinya meninggal pun pernah dirasakan. Soal pemilihan, jangan ditanya, dari pemilihan lokal, senat sampai wakil presiden, Lincoln gagal secara beruntun. Barulah, di tahun 1860, Lincoln berhasil mencapai posisi tertinggi di negara Adidaya.

John Speed, kawan Lincoln, bercerita bahwa awalnya Lincoln adalah seorang yang skeptis. Skep-tis sendiri secara etimologi berarti ragu-ragu, orang yang ragu-ragu. Mungkin, seperti yang diceritakan dalam buku kecil A Legacy of Freedom, Lincoln hanya tegas pada satu hal yaitu wanita !. Selebihnya, entahlah.

Seperti sebuah narasi motivasi, kesuksesan Lincoln tidak bisa lepas dari mantra. Meskipun sempat disangksi skeptis dan keras pada diri sendiri terhadap wanita, Lincoln nyatanya, toh sukses juga. Seperti memoar NLP (Neuro Linguistic Program), kesuksesan itu kadang tumbuh hanya dari hal remeh berupa kata-kata, dan kata-kata itu, ucap Lincoln “..siapapun anda jadilah yang terbaik, yang paling baik dari yang lain..”.

Setalah bibir mengecap dan mengunci rapat dengan tindakan, Lincoln melesat jauh terbang ke puncak kesuksesan.

MENCINTAI KEBERAGAMAN
Chautauqua (/ʃəˈtɔːkwə/ shə-TAW-kwə), sebuah gerakan pendidikan rakyat di Amerika Serikat yang amat populer di abad kesembilan belas. Di sela-sela bincang-berbincang, sempat pula institusi ini menyentil perihal Abraham Lincoln. Sederhananya, dikatakan, Lincoln adalah subyek yang mengingatkan kita apa yang perlu kita tahu yang mungkin kita lupa. Hal itu, tentu merujuk pada satu keteguhan mental Lincoln yang selalu tak lupa mengingatkan “..kebersatuan itu tidaklah cukup pada kehidupan bersama saja, lebih jauh kebersatuan (Uni) harus merujuk pada proposisi; bahwa kita diciptakan sama..” (Abraham Lincoln:A Legacy of Freedom, hlm 3).

Kata yang baik adalah, menurut Sabda Nabi Muhammad, kata yang keluar bersamaan dengan kesesuaian tindakan. Lincoln, sebagai pengagum Nabi terakhir menurut Umat Islam, mengamini serta taklid pada ucapan sakral itu.

Catatan langkah Lincoln, bisalah kita ringkas dalam satu ungkapan berupa pembebasan. Seperti yang Paulo Freire nilai, bahwa kesadaran kritis adalah keterarahan bersama (co-intensiona-litas). Agaknya, seperti itu pula, Lincoln menghayati lika dan liku perjuangannya.

Lincoln bertakdir sebagai seorang, sebut saja, negro. Waktu itu ras nya adalah yang terbelakang. Dijadikan budak, dimanfaatkan barang tenaganya kemudian dilecehkan. Darisitulah, Lincoln kemudian berujar bilamana “pembebasan budak kulit hitam” adalah harus. Politik emansipasi menjadi senjatanya yang menjulang tinggi menembus langit feodalisme. Lincoln, pun menginisiatifkan pengembalian tujuan konstitusi “..milik rakyat, diatur rakyat dan dinikmati oleh rakyat...”.

Kejahatan, bagi Lincoln akan segera tampak dan digantikan oleh kebaikan. Lincoln percaya “..Anda bisa menipu semua orang beberapa waktu, dan beberapa orang sepanjang waktu, tetapi Anda tidak bisa menipu semua orang sepanjang waktu...”.

PENUTUP
Dua sub judul di atas adalah rantai yang satu dengan lainnya harus ‘kreeek’ atau menyatu. Pantang menyerah yang minus cinta keberagaman hanya akan menimbulkan mental ingin menang sendiri. 
Cinta keberagaman yang tidak dibarengi pantang menyerah, output nya hanyalah mimpi yang tak kunjung terealisasi. Oleh sebab itu, satu dan dua itu adalah manunggal.

Sebenarnya, berbicara Lincoln, tidak akan habis hanya membaca perkara satu kolom tulisan ini. Lincoln teramat panjang dan sukar dideskripsikan secara singkat. Namun, jikalau hendak dikorelasikan dengan kondisi kekinian, yang paling tepat diteladani adalah kedua hal ini.

Haul mengenang kematian Lincoln tuntas dalam celotehan irit ini. Patungnya di Washington pun duduk tersenyum meski sudah ratusan tahun jazad badaninya terkubur. Jadilah, inti daripada ini semua sebagai social capital (modal sosial) menapaki roda politik ke depan.

Dari atas kuburnya, Lincoln bersua “...hal terbaik dari masa depan adalah ia datang suatu hari pada satu waktu..”. Terima Kasih, Abraham Lincoln.

*http://randomcelebs.com/wp-content/uploads/2015/04/Abraham-Lincoln-3.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar