Desaku
yang kucinta, pujaan hatiku.....
Tempat
Ayah dan Bunda, dan handaitaulanku.....
Ini bukan tentang Aku, bukan pula
tentang Kamu, tetapi ini mengenai tempat dimana Aku dan Kamu kemudian merasa
nyaman dan ingin tinggal di situ selamanya. Tempat itu memang tidak terlalu
indah, tidak pula sempurna, tetapi cukup. Ya, cukup untuk menampung
kenangan-kenangan, dan cukup membuat resah ketika Aku dan Kamu harus pergi jauh
darinya. Aku harap Kamu setuju, tempat yang ku maksud adalah sebuah kota kecil
yang kata orang “memiliki sejuta cerita di dalamnya”, tempat itu adalah Kota
Cirebon.
Kalian tentu tahu, mengapa Aku begitu
menghindari kata ‘kita’ dalam paragraf pertama. Aku menghindari kata ‘kita’
karena ‘kita’ dalam bahasa Cirebon bukan berarti kita menyoal Aku dan Kamu,
tapi ‘kita’ yang berarti hanya Aku, ya Aku. Oleh sebab itu, kurasa tidak etis
apabila Aku harus menggunakan kata ‘kita’, dan akan lebih baik serta kedengaran
sedikit lebih romantis apabila Aku langsung menyebutkan ‘Aku dan Kamu’.

Keraton Kasepuhan
Ya kawan, Cirebon memang kecil. Luasnya
bahkan bisa diputari hanya dengan waktu tempuh sekitar satu jam saja, tidak
lebih. Tetapi, Tuhan memang begitu baik pada Cirebon. Dia sengaja mengatur ini
semua agar Aku dan Kamu lebih sering bertemu. Letaknya yang begitu kecil
membuat persahabatan Aku dan Kamu tidak membentang terlalu jauh. Dan karena
itu, cukup mudah bagi Aku dan Kamu untuk mengatakan “KANGEN CIREBON”.
Ya kawan, benar kata orang bilang,
Cirebon “memiliki sejuta cerita di dalamnya”. Di Cirebon, Aku membangun
mimpi-mimpiku. Aku memupuk setapak demi setapak, menimbun dari sedikit hingga
menjadi banyak dan menyusun rencana liar perihal masa depanku di Kota Cirebon.
Meskipun waktu kemudian membuat Aku dan juga Kamu harus pergi jauh meninggalkan
Cirebon, tetapi Cirebon, selalu saja menyajikan alasan untuk memaksa Aku dan Kamu
pulang.
Apakah Kamu masih merekam bentuk
daripada Lapangan Kasepuhan? Ya benar, lapangan yang ketika tiba waktu Maulid
Nabi berubah secara cepat menjadi pasar malam. Apakah Kamu masih ingat betul
alun-alun Kejaksan? Ya tepat, alun-alun yang apabila datang bulan puasa
Ramadhan disulap menjadi tempat ngabuburit
favorit Aku dan Kamu. Ah, jangan kamu ingatkan juga soal Mie Get, Mitang,
Jamblang, Lengko, Docang, Empal, Tjampolay, Tahu Gejrot, Wedang Bandrek pasti
Aku akan mendadak lapar dan sungguh tidak akan pernah Aku temukan yang lebih
enak selain di Cirebon.

Masjid Agung Kasepuhan Cirebon
Ya kawan, memang benar, kini tampilan
Cirebon sudah tidak lagi sama. Gedung-gedung tinggi perlahan berdiri menutupi
sinar matahari yang dulu menjadi saksi perjuangan Aku dan Kamu. Tanaman-tanaman
tempat Aku dan Kamu berteduh dahulu, pun sudah mulai sedikit dan berubah
menjadi terang-terang lampu seperti di luar negeri. Lokasi nongkrong yang tempo
doeloe hanya terbatas pada Mall di
Jalan Gunung Sari, sekarang sudah ada hampir di setiap titik kecamatan.
Pertunjukan yang dahulu mungkin hanya sekedar ronggeng monyet kini telah berubah menjadi event besar yang berskala Internasional. Semakin semarak pokoknya !

BAT Cirebon
Melihat kebaruan itu, Aku dan Kamu,
menatap bangga dan juga sedih dari kejauhan. Mengapa? Karena bebarengan dengan
kemajuan itu, sahabat-sahabat yang tentunya sahabatku dan sahabatmu juga hanya
menggigit jari menjadi penonton yang mengenaskan. Entahlah, yang jelas kalau Kamu
tanya pendapatku soal penampilan baru itu, maka Aku akan menjawabnya “marilah
pulang, Aku dan Kamu wajib menyumbang ide untuk membenahi fenomena itu!” Jika Kamu
Kamu kemudian bertanya lagi dengan pertanyaan “mengapa harus Aku dan Kamu?”
maka jawabannya sederhana “tidak ada yang lebih mencintai Cirebon selain Aku
dan Kamu yang memiliki darah asli Cirebon”
Sungguh kawan, Aku saat ini sedang rindu
pada Cirebon. Rindu pada seluruh tempat yang menjadi bagian daripada
kehidupanku. Rindu pada tanah dimana pertama kali kakiku menginjak. Rindu pada alang-alang
yang menjulang yang menjadi lokasi dimana Aku suka bermain dahulu. Rindu pada
canda dan tawa kebersamaan di warung-warung kopi pinggir jalan. Dan tentunya,
rindu pada sebuah rumah yang dari situ Aku dipertemukan oleh dua malaikat Tuhan
yang penuh kasih, Ayah dan Ibu.
Motif Batik Cirebon
Motif Batik Cirebon
Semoga Kamu juga sedang merasakan itu,
merasakan kegelisahan yang bercampur aduk pada kerinduan. Dan semoga juga, atas
dasar betapa cintanya Aku dan Kamu pada Kota Cirebon, pikiranku dan pikiranmu
tergerak untuk menyusun yang baik dan modern tetapi tetap ramah pada manusia.
Nikmatilah rindu itu, kawan !
Selalu sehat dimana pun kamu berada !