Senin, 29 Desember 2014

OH CIREBON, AKU RINDU





Desaku yang kucinta, pujaan hatiku.....

Tempat Ayah dan Bunda, dan handaitaulanku.....
           
Ini bukan tentang Aku, bukan pula tentang Kamu, tetapi ini mengenai tempat dimana Aku dan Kamu kemudian merasa nyaman dan ingin tinggal di situ selamanya. Tempat itu memang tidak terlalu indah, tidak pula sempurna, tetapi cukup. Ya, cukup untuk menampung kenangan-kenangan, dan cukup membuat resah ketika Aku dan Kamu harus pergi jauh darinya. Aku harap Kamu setuju, tempat yang ku maksud adalah sebuah kota kecil yang kata orang “memiliki sejuta cerita di dalamnya”, tempat itu adalah Kota Cirebon.

Kalian tentu tahu, mengapa Aku begitu menghindari kata ‘kita’ dalam paragraf pertama. Aku menghindari kata ‘kita’ karena ‘kita’ dalam bahasa Cirebon bukan berarti kita menyoal Aku dan Kamu, tapi ‘kita’ yang berarti hanya Aku, ya Aku. Oleh sebab itu, kurasa tidak etis apabila Aku harus menggunakan kata ‘kita’, dan akan lebih baik serta kedengaran sedikit lebih romantis apabila Aku langsung menyebutkan ‘Aku dan Kamu’.

http://www.radarcirebon.com/wp-content/uploads/2014/03/keraton.jpg 
                              Keraton Kasepuhan

Ya kawan, Cirebon memang kecil. Luasnya bahkan bisa diputari hanya dengan waktu tempuh sekitar satu jam saja, tidak lebih. Tetapi, Tuhan memang begitu baik pada Cirebon. Dia sengaja mengatur ini semua agar Aku dan Kamu lebih sering bertemu. Letaknya yang begitu kecil membuat persahabatan Aku dan Kamu tidak membentang terlalu jauh. Dan karena itu, cukup mudah bagi Aku dan Kamu untuk mengatakan “KANGEN CIREBON”.

Ya kawan, benar kata orang bilang, Cirebon “memiliki sejuta cerita di dalamnya”. Di Cirebon, Aku membangun mimpi-mimpiku. Aku memupuk setapak demi setapak, menimbun dari sedikit hingga menjadi banyak dan menyusun rencana liar perihal masa depanku di Kota Cirebon. Meskipun waktu kemudian membuat Aku dan juga Kamu harus pergi jauh meninggalkan Cirebon, tetapi Cirebon, selalu saja menyajikan alasan untuk memaksa Aku dan Kamu pulang.

Apakah Kamu masih merekam bentuk daripada Lapangan Kasepuhan? Ya benar, lapangan yang ketika tiba waktu Maulid Nabi berubah secara cepat menjadi pasar malam. Apakah Kamu masih ingat betul alun-alun Kejaksan? Ya tepat, alun-alun yang apabila datang bulan puasa Ramadhan disulap menjadi tempat ngabuburit favorit Aku dan Kamu. Ah, jangan kamu ingatkan juga soal Mie Get, Mitang, Jamblang, Lengko, Docang, Empal, Tjampolay, Tahu Gejrot, Wedang Bandrek pasti Aku akan mendadak lapar dan sungguh tidak akan pernah Aku temukan yang lebih enak selain di Cirebon.


Masjid Agung Sang Cipta Rasa
                  Masjid Agung Kasepuhan Cirebon 
Ya kawan, memang benar, kini tampilan Cirebon sudah tidak lagi sama. Gedung-gedung tinggi perlahan berdiri menutupi sinar matahari yang dulu menjadi saksi perjuangan Aku dan Kamu. Tanaman-tanaman tempat Aku dan Kamu berteduh dahulu, pun sudah mulai sedikit dan berubah menjadi terang-terang lampu seperti di luar negeri. Lokasi nongkrong yang tempo doeloe hanya terbatas pada Mall di Jalan Gunung Sari, sekarang sudah ada hampir di setiap titik kecamatan. Pertunjukan yang dahulu mungkin hanya sekedar ronggeng monyet kini telah berubah menjadi event besar yang berskala Internasional.  Semakin semarak pokoknya !

https://hansphoto.files.wordpress.com/2012/06/20120315-img_0224.jpg
                                     BAT Cirebon

Melihat kebaruan itu, Aku dan Kamu, menatap bangga dan juga sedih dari kejauhan. Mengapa? Karena bebarengan dengan kemajuan itu, sahabat-sahabat yang tentunya sahabatku dan sahabatmu juga hanya menggigit jari menjadi penonton yang mengenaskan. Entahlah, yang jelas kalau Kamu tanya pendapatku soal penampilan baru itu, maka Aku akan menjawabnya “marilah pulang, Aku dan Kamu wajib menyumbang ide untuk membenahi fenomena itu!” Jika Kamu Kamu kemudian bertanya lagi dengan pertanyaan “mengapa harus Aku dan Kamu?” maka jawabannya sederhana “tidak ada yang lebih mencintai Cirebon selain Aku dan Kamu yang memiliki darah asli Cirebon”

Sungguh kawan, Aku saat ini sedang rindu pada Cirebon. Rindu pada seluruh tempat yang menjadi bagian daripada kehidupanku. Rindu pada tanah dimana pertama kali kakiku menginjak. Rindu pada alang-alang yang menjulang yang menjadi lokasi dimana Aku suka bermain dahulu. Rindu pada canda dan tawa kebersamaan di warung-warung kopi pinggir jalan. Dan tentunya, rindu pada sebuah rumah yang dari situ Aku dipertemukan oleh dua malaikat Tuhan yang penuh kasih, Ayah dan Ibu.

 
                    Motif Batik Cirebon

Semoga Kamu juga sedang merasakan itu, merasakan kegelisahan yang bercampur aduk pada kerinduan. Dan semoga juga, atas dasar betapa cintanya Aku dan Kamu pada Kota Cirebon, pikiranku dan pikiranmu tergerak untuk menyusun yang baik dan modern tetapi tetap ramah pada manusia.

Nikmatilah rindu itu, kawan !

Selalu sehat dimana pun kamu berada !