Saat itu, sidang PBB tiba-tiba bergemuruh, pria
berbadan besar, berparas tampan dan berpenampilan parlente secara spontan mengeluarkan buku dipertengahan
pidatonya. Pria itu adalah Hugo Chavez, Presiden dari Negara Sosialis Venezuela
dan buku yang ia coba tunjukan adalah buku Chomsky yang bertema besar tentang Hegemoni or
Survival. Epilog dari pidatonya mungkin
terlalu melankolis, lebih melankolis daripada keinginanya untuk membawa
Pemimpin-pemimpin dunia membaca buku Chomsky. Di akhir pidatonya Dia katakan bahwa “bila ada satu
hal yang harus saya sesali, maka saya menyesal karena selama ini saya belum
pernah bertemu dengan Noam Chomsky”.
Chavez mungkin boleh saja menaruh sesal yang begitu
dalam, akan tetapi kesadaranya tidak pernah menjangkau kemungkinan, bahwa pada
saat dia berpidato mungkin saja Chomsky sedang menyaksikanya. Tetapi itu tidak
begitu penting pula, karena pada akhirnya kedua tokoh penentang Amerika ini toh
bertemu juga di kisaran tahun 2009 sebelum kematian menjemput Chavez. Meskipun berasal dari rumpun dan suku yang
berbeda, keduanya bertemu oleh karena satu kesamaan dasar, yaitu menentang
Amerika sebagai representasi Kapitalisme. Pertemuan keduanya pun mengingatkan
saya akan kata-kata Badiou, yang beranggapan bahwa keyakinan itu pada saatnya
akan bertemu dengan peristiwa.
Lalu di antara kedua tokoh besar itu sebenarnya
memiliki soal apa yang menuntut mereka untuk bertemu?. Dan apa pula isi dari
buku yang Chavez keluarkan dari saku jasnya di sidang PBB itu?. Apakah kuduanya
bertemu hanya karena memiliki latar belakang dendam yang sama pada satu
pemerintahan?
Sebelum jauh menerka, ada baiknya kita lucuti dulu latar
belakang keduanya secara singkat. Chomsky adalah profesor dibidang linguistik,
dia memiliki darah Yahudi dan sebelumnya tinggal di Eropa hingga pada akhirnya
lebih memilih Philadelpia sebagai tempat tinggal. Chomsky adalah penulis aktif
dengan lebih dari 30 buku yang bermacam jenis telah ia terbitkan. Dia pun
terlibat aktif sebagai seorang politikus yang menentang segala kebijakan
Amerika yang menurutnya selalu bersifat propaganda. Amerika yang dia kenal
adalah Amerika yang selalu menyengsarakan dan merampas kebebasan bangsa lain. Hingga
dia seringkali dijuluki sebagai orang Amerika yang membenci Amerika, karena
hampir seluruh tulisanya mengkritik Amerika.
Sementara kolega satu pemikiranya, Hugo Chavez,
adalah seorang pemimpin besar Venezuela. Pria latin yang memiliki fisik nyaris
sempurna dan berwibawa sebagai seorang kepala negara sosialis, dia pun sepakat
memusuhi Amerika. Dia menganggap bahwa Amerika adalah segala dalang dari
kehancuran dunia. Sistem kapitalismenya telah merusak tatanan hidup umat
manusia yang berujung pada penghambaan uang. Dia bahkan pernah curiga pada
Osama bin Laden, kecurigaanya itu dia ungkapkan dengan kata sinidiran “setiap
Amerika membutuhkan isu teroris maka saat itu pula Osama hadir”.
Mungkin pelucutan yang saya telah lakukan kepada
keduanya terlalu singkat, dan mungkin juga mencoba mengkrucutkan pada satu
kesimpulan mengenai pandangan keduanya terhadap Amerika. Kedunya terkenal
berani dan keras apabila sudah berbincang mengenai satu negara Adidaya,
Adikuasa dan Adiguna itu. Merekapun memiliki dasar-dasar serta data yang valid
yang mampu dijadikan alasan dari segala sikapnya. Seolah-olah kesalahan yang
Amerika lakukan sekalipun diakui, mereka berdua akan menjawab dengan pameo “tidak
ada maaf bagimu”.
Lalu mengenai buku, yang menjadi pokok bahasan utama
kita semenjak diawal. Buku yang dipamerkan oleh Chavez ini memiliki tebal 278
halaman terbitan Metropolitan Books yang berjudul Hegemony or Survival. Buku
ini pun sebenarnya masih ada kaitanya
dengan Amerika, bahkan buku itu secara gamblang menjelaskan mengenai
proyek-proyek besar manupulasi Amerika untuk menguasai dunia. Salah satu
triknya adalah menggunakan peran media. Amerika secara terstruktur telah
memainkan peranya dalam mengubah segala pandangan masyarakat dengan bantuan
media. Dan dengan bantuan media pula Amerika (hampir) berhasil menguasai dunia,
setidaknya itu menurut Chomsky.
Berdasarkan pandangan Chomsky yang ahli dalam hal
linguistik, dunia saat ini telah ditindas oleh kaum Kapitalis melalui alat yang
ia sebut media masa. Menurut teori yang dia sebut dengan Manufactoring Consent, dia mencoba untuk menjelaskan bahwa segala
persetujuan masyarakat sekarang ini bisa diarahkan oleh media. Melalui itu
(media) juga dia ingin menjelaskan bahwa saat ini masyarakat bisa direkayasa
untuk menerima segala berita yang disiarkan oleh media masa. Sehingga manufactoring consent ini sering disebut
pula manufactoring content atau
bagaimana mereka merekayasa isi media untuk kepentingan Pemerintah berkuasa dan
aktor-aktor Kapitalis.
Bila berkaca lebih jauh, mungkin saja Chomsky ini sedikit
juga pernah membaca pemikiran Lacan mengenai Psikoanalisis. Dimana dalam
Psikoanalisis yang digaungkan oleh Lacan dijelaskan pula bahwa dalam kehidupan
manusia dikenal tiga hal, the imajinary,
the simbolyc dan the real. Ketiganya
secara singkat dipahami dengan keadaan anak-anak yang berimajinasi tentang
banyak hal, kemudian anak-anak itu diberikan contoh tentang hal-hal yang
menurut norma terdiri dari baik dan buruk. Tetapi sebenarnya, keduanya itu
adalah arahan yang kita sendiri pada saatnya gelisah karena kesemuanya itu
bukanlah the real, atau bukan
sesungguhnya kita.
Dengan hal-hal arahan itu munculah apa yang disebut
Lacan dengan surpluse jouisancce atau
kepuasan yang tak terbatas. Dimana ketika kita haus, satu hal yang kita
butuhkan untuk kepuasan adalah minum. Tetapi karena adanya suatu arahan yang
sifatnya komersil dan disiarkan berulang-ulang maka munculah gengsi. Dimana minum,
apapun itu sama pasti melepas dahaga, namun meminum sesuatu yang diiklankan
akan terasa lain rasanya. Meminum coca-cola
dengan air godongan sumur akan
selalu menimbulkan suatu kepuasan yang berbeda. Ini adalah sedikit contoh
bagaimana media masa telah mampu mengambil peranya dengan baik.
Menyadari betapa pentingnya hal itu, Hugo Chavez pun
berkata di depan peserta sidang menganai pentingnya membaca dan menggali
pemikiran Chomsky. Dia dengan tegas menjelaskan bahwa saat ini melalui media
masa, dunia telah dikuasai oleh kepentingan dua kelompok besar, yaitu
Pemerintah penguasa dan organ bisnis besar. Kitapun kadang telah bersikap dan
mengambil segala keputusan dengan sendiri, padahal menurut Chomsky, sekarang
ini secara tidak sadar segala keputusan kita adalah apa yang ditentukan oleh
media masa yang kita baca. Sehingga akal pikiran, alam sadar kita adalah
alam-alam citra bentukan media masa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar