Selasa, 19 November 2013

Chavez, Chomsky dan Hegemoni Amerika

Saat itu, sidang PBB tiba-tiba bergemuruh, pria berbadan besar, berparas tampan dan berpenampilan parlente secara spontan mengeluarkan buku dipertengahan pidatonya. Pria itu adalah Hugo Chavez, Presiden dari Negara Sosialis Venezuela dan buku yang ia coba tunjukan adalah buku Chomsky yang bertema besar tentang Hegemoni or Survival.  Epilog dari pidatonya mungkin terlalu melankolis, lebih melankolis daripada keinginanya untuk membawa Pemimpin-pemimpin dunia membaca buku Chomsky. Di akhir pidatonya Dia katakan bahwa “bila ada satu hal yang harus saya sesali, maka saya menyesal karena selama ini saya belum pernah bertemu dengan Noam Chomsky”.

Chavez mungkin boleh saja menaruh sesal yang begitu dalam, akan tetapi kesadaranya tidak pernah menjangkau kemungkinan, bahwa pada saat dia berpidato mungkin saja Chomsky sedang menyaksikanya. Tetapi itu tidak begitu penting pula, karena pada akhirnya kedua tokoh penentang Amerika ini toh bertemu juga di kisaran tahun 2009 sebelum kematian menjemput Chavez.  Meskipun berasal dari rumpun dan suku yang berbeda, keduanya bertemu oleh karena satu kesamaan dasar, yaitu menentang Amerika sebagai representasi Kapitalisme. Pertemuan keduanya pun mengingatkan saya akan kata-kata Badiou, yang beranggapan bahwa keyakinan itu pada saatnya akan bertemu dengan peristiwa.


Lalu di antara kedua tokoh besar itu sebenarnya memiliki soal apa yang menuntut mereka untuk bertemu?. Dan apa pula isi dari buku yang Chavez keluarkan dari saku jasnya di sidang PBB itu?. Apakah kuduanya bertemu hanya karena memiliki latar belakang dendam yang sama pada satu pemerintahan?

Sebelum jauh menerka, ada baiknya kita lucuti dulu latar belakang keduanya secara singkat. Chomsky adalah profesor dibidang linguistik, dia memiliki darah Yahudi dan sebelumnya tinggal di Eropa hingga pada akhirnya lebih memilih Philadelpia sebagai tempat tinggal. Chomsky adalah penulis aktif dengan lebih dari 30 buku yang bermacam jenis telah ia terbitkan. Dia pun terlibat aktif sebagai seorang politikus yang menentang segala kebijakan Amerika yang menurutnya selalu bersifat propaganda. Amerika yang dia kenal adalah Amerika yang selalu menyengsarakan dan merampas kebebasan bangsa lain. Hingga dia seringkali dijuluki sebagai orang Amerika yang membenci Amerika, karena hampir seluruh tulisanya mengkritik Amerika.

Sementara kolega satu pemikiranya, Hugo Chavez, adalah seorang pemimpin besar Venezuela. Pria latin yang memiliki fisik nyaris sempurna dan berwibawa sebagai seorang kepala negara sosialis, dia pun sepakat memusuhi Amerika. Dia menganggap bahwa Amerika adalah segala dalang dari kehancuran dunia. Sistem kapitalismenya telah merusak tatanan hidup umat manusia yang berujung pada penghambaan uang. Dia bahkan pernah curiga pada Osama bin Laden, kecurigaanya itu dia ungkapkan dengan kata sinidiran “setiap Amerika membutuhkan isu teroris maka saat itu pula Osama hadir”.

Mungkin pelucutan yang saya telah lakukan kepada keduanya terlalu singkat, dan mungkin juga mencoba mengkrucutkan pada satu kesimpulan mengenai pandangan keduanya terhadap Amerika. Kedunya terkenal berani dan keras apabila sudah berbincang mengenai satu negara Adidaya, Adikuasa dan Adiguna itu. Merekapun memiliki dasar-dasar serta data yang valid yang mampu dijadikan alasan dari segala sikapnya. Seolah-olah kesalahan yang Amerika lakukan sekalipun diakui, mereka berdua akan menjawab dengan pameo “tidak ada maaf bagimu”.

Lalu mengenai buku, yang menjadi pokok bahasan utama kita semenjak diawal. Buku yang dipamerkan oleh Chavez ini memiliki tebal 278 halaman terbitan Metropolitan Books yang berjudul Hegemony or Survival. Buku ini pun  sebenarnya masih ada kaitanya dengan Amerika, bahkan buku itu secara gamblang menjelaskan mengenai proyek-proyek besar manupulasi Amerika untuk menguasai dunia. Salah satu triknya adalah menggunakan peran media. Amerika secara terstruktur telah memainkan peranya dalam mengubah segala pandangan masyarakat dengan bantuan media. Dan dengan bantuan media pula Amerika (hampir) berhasil menguasai dunia, setidaknya itu menurut Chomsky.

Berdasarkan pandangan Chomsky yang ahli dalam hal linguistik, dunia saat ini telah ditindas oleh kaum Kapitalis melalui alat yang ia sebut media masa. Menurut teori yang dia sebut dengan Manufactoring Consent, dia mencoba untuk menjelaskan bahwa segala persetujuan masyarakat sekarang ini bisa diarahkan oleh media. Melalui itu (media) juga dia ingin menjelaskan bahwa saat ini masyarakat bisa direkayasa untuk menerima segala berita yang disiarkan oleh media masa. Sehingga manufactoring consent ini sering disebut pula manufactoring content atau bagaimana mereka merekayasa isi media untuk kepentingan Pemerintah berkuasa dan aktor-aktor Kapitalis.

Bila berkaca lebih jauh, mungkin saja Chomsky ini sedikit juga pernah membaca pemikiran Lacan mengenai Psikoanalisis. Dimana dalam Psikoanalisis yang digaungkan oleh Lacan dijelaskan pula bahwa dalam kehidupan manusia dikenal tiga hal, the imajinary, the simbolyc dan the real. Ketiganya secara singkat dipahami dengan keadaan anak-anak yang berimajinasi tentang banyak hal, kemudian anak-anak itu diberikan contoh tentang hal-hal yang menurut norma terdiri dari baik dan buruk. Tetapi sebenarnya, keduanya itu adalah arahan yang kita sendiri pada saatnya gelisah karena kesemuanya itu bukanlah the real, atau bukan sesungguhnya kita.

Dengan hal-hal arahan itu munculah apa yang disebut Lacan dengan surpluse jouisancce atau kepuasan yang tak terbatas. Dimana ketika kita haus, satu hal yang kita butuhkan untuk kepuasan adalah minum. Tetapi karena adanya suatu arahan yang sifatnya komersil dan disiarkan berulang-ulang maka munculah gengsi. Dimana minum, apapun itu sama pasti melepas dahaga, namun meminum sesuatu yang diiklankan akan terasa lain rasanya. Meminum coca-cola dengan air godongan sumur akan selalu menimbulkan suatu kepuasan yang berbeda. Ini adalah sedikit contoh bagaimana media masa telah mampu mengambil peranya dengan baik.

Menyadari betapa pentingnya hal itu, Hugo Chavez pun berkata di depan peserta sidang menganai pentingnya membaca dan menggali pemikiran Chomsky. Dia dengan tegas menjelaskan bahwa saat ini melalui media masa, dunia telah dikuasai oleh kepentingan dua kelompok besar, yaitu Pemerintah penguasa dan organ bisnis besar. Kitapun kadang telah bersikap dan mengambil segala keputusan dengan sendiri, padahal menurut Chomsky, sekarang ini secara tidak sadar segala keputusan kita adalah apa yang ditentukan oleh media masa yang kita baca. Sehingga akal pikiran, alam sadar kita adalah alam-alam citra bentukan media masa.

Di penghujung tulisan ini saya mencoba sedkit menyimpulkan tentang pesan apa yang dicoba dibawa oleh Chomsky dan Hugo Chavez sebagai kepanjangan ideologinya. Pesan yang meraka bawa adalah kita harus cukup hati-hati dan lebih sering menggali potensi dalam diri kita tanpa campur tangan omongan orang lain. Selain itu kita pun perlu kritis terahadap media masa, apalagi tentang hal-hal yang seolah mencoba menuntun kita untuk menyimpulkan kebaikan serta keburukan. Dan yang terpenting adalah kita harus mencari alternatif lain dalam artian opini pembanding dari media masa, opini pembanding itu melalui membaca buku atau menemui langsung setiap orang untuk menambah sudut pandang. Semua kewaspadaan itu karena saat ini dominasi Amerika sudah terlalu besar !!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar