Kau yang meniupkan lara kemudian pergi.
Kau yang meniupkan cinta kemudian hilang
Kau yang datang membawa janji.
Dan kau yang pergi tanpa sempat ku bertanya.
Hey angin, kemana kau hempaskan dia pergi.
Hey setan, apa kau menutup mataku untuk tau dimana dia.
Semua makian tidak mengembalikanya.
Kau, menebarkan ancaman.
Aku lalu mengambil wudhu.
Dengan niatku, hadapkan seluruhku kepadanya.
Tanpa kusadari Kau, yang kukatakan Kau.
Adalah Kau, Allah Subhanahuwataala.
Selasa, 24 September 2013
Kosong
Halaman itu kini seperti tak terurus, usang, berdebu bahkan tak lagi menampakan kehidupan. Penghuninya telah pergi, berkebun di halaman yang baru, di halaman yang tidak lebih besar namun penuh dengan tanggung jawab.
Saat ini, ketika pemiliknya pulang, ia heran, ia masih tidak habis pikir, halaman rumahnya yang besar mengapa ia biarkan terbengkalai.
Dia kemudian ingat, bagaimana halaman itu seringkali membuat tetangga iri, tetangga bahagia, kawanya bertukar cerita dan orang-orang yang menatapnya penuh dengan tanda-tanda.
Satu persatu dia tata kembali ke tempatnya yang rapi, dia mulai menghidupkan kembali tanaman-tanaman yang sempat layu, dia sepakat pada dirinya bahwa halaman ini adalah halaman yang akan membuka sejarah baru dalam hidupnya.
"orang-orang diluar jahat" pikirnya, ya pikirnya ketika dia tahu bahwa tidak ada yang lebih baik dari halaman rumahnya.
Tidak mewah, tidak besar tetapi bisa menampung seluruh mimpi-mimpi dan angan-angannya. Halaman yang ditinggalkan itu kini mulai rapih, mulai penuh dengan bunga-bunga, sebagian bunga yang telanjur ia bagikan, ia anggap sebagai penghias halaman lain.
Dalam imajinasinya, suatu saat nanti akan dia ceritakan, bagaimana halaman ini, yang dia jaga dan rawat, akan saling menghidupi.
Tentunya hal itu takan berlangsung cepat, dia kemudian terngiang pesan Soekarno.
Dalam sebuah majelis rakyat yang dihadiri ribuan masa Soekarno berujar, bermimpilah setinggi lagi, karena apabila engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintang-bintang.
Halaman itu bukan sekedar halaman tetapi halaman itu telah menjadi dedikasi.
Halaman itu sebenarnya sepucuk surat yang kita taruh dalam hati kita.
Sepucuk surat yang kita janjikan pada Tuhan, tentang baik dan buruk kita, tentang apa yang tidak akan kita ulangi dan mimpi kita apabila nanti kembali.
Surat itu berisi perjalanan hidup, apa yang kita lakukan, yang karena lalainya kita mengakibatkan kerugian, yang karena sombongnya membuat orang terluka.
Dan dalam doa setiap pengirim surat, selalu terselip maksud, agar pembaca mengerti dan memahami atau mungkin bahkan mewajari kesalahan-kesalahan kita dan membesarkan kebaikan kita walau sedikit.
SEMARANG 24 SEPTEMBER 2013.
Saat ini, ketika pemiliknya pulang, ia heran, ia masih tidak habis pikir, halaman rumahnya yang besar mengapa ia biarkan terbengkalai.
Dia kemudian ingat, bagaimana halaman itu seringkali membuat tetangga iri, tetangga bahagia, kawanya bertukar cerita dan orang-orang yang menatapnya penuh dengan tanda-tanda.
Satu persatu dia tata kembali ke tempatnya yang rapi, dia mulai menghidupkan kembali tanaman-tanaman yang sempat layu, dia sepakat pada dirinya bahwa halaman ini adalah halaman yang akan membuka sejarah baru dalam hidupnya.
"orang-orang diluar jahat" pikirnya, ya pikirnya ketika dia tahu bahwa tidak ada yang lebih baik dari halaman rumahnya.
Tidak mewah, tidak besar tetapi bisa menampung seluruh mimpi-mimpi dan angan-angannya. Halaman yang ditinggalkan itu kini mulai rapih, mulai penuh dengan bunga-bunga, sebagian bunga yang telanjur ia bagikan, ia anggap sebagai penghias halaman lain.
Dalam imajinasinya, suatu saat nanti akan dia ceritakan, bagaimana halaman ini, yang dia jaga dan rawat, akan saling menghidupi.
Tentunya hal itu takan berlangsung cepat, dia kemudian terngiang pesan Soekarno.
Dalam sebuah majelis rakyat yang dihadiri ribuan masa Soekarno berujar, bermimpilah setinggi lagi, karena apabila engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintang-bintang.
Halaman itu bukan sekedar halaman tetapi halaman itu telah menjadi dedikasi.
Halaman itu sebenarnya sepucuk surat yang kita taruh dalam hati kita.
Sepucuk surat yang kita janjikan pada Tuhan, tentang baik dan buruk kita, tentang apa yang tidak akan kita ulangi dan mimpi kita apabila nanti kembali.
Surat itu berisi perjalanan hidup, apa yang kita lakukan, yang karena lalainya kita mengakibatkan kerugian, yang karena sombongnya membuat orang terluka.
Dan dalam doa setiap pengirim surat, selalu terselip maksud, agar pembaca mengerti dan memahami atau mungkin bahkan mewajari kesalahan-kesalahan kita dan membesarkan kebaikan kita walau sedikit.
SEMARANG 24 SEPTEMBER 2013.
Langganan:
Postingan (Atom)