Senin, 06 Agustus 2012

PENGUMUMAN !!!


Buka bersamaaaaa Kerajaan Solidaritas di Rumah Raden Amal tanggal 10, yang puasa atau yang tidak puasa boleh datang yang penting di undang. Rencananya menu sepesial SOTO MADURA, acara ini juga akan membahas isu-isu seputar Pos Ronda, Pangkalan Becak dan Jamblang Pelabuhan.

Patungan 15.000 Untuk acara baksos di hari selanjutnya yang disepakati nanti.

Zahraa Masuk TK

Pagi sekali dengan tas kecilnya yang baru serta tempat tulis hadiah dari KFC dengan bangganya dia keluar rumah. Dengan riang dia menyapa supir yang sedang memanaskan mobil dan Ibu yang sedang mencabuti rumput di halaman. Keadaan mulai berubah, selang dua puluh menit dia kembali lagi kerumah.

Amal: Kenapa wahai Zahra kembali lagi

Zahra: Lupa om, sekolah Zahra dimana ya.

Gubraaaaaak, "Makanya nungguin Bunda". Zahra memang anak yang pandai dan penuh ide, inisiatif dan daya ingatnya luar biasa. Pernah suatu kesempatan dia masuk ke kamer Ibu (neneknya). Dengan berani dia mengambil buah jeruk di bawah meja, karena dia pikir tidak ada Ibu. Ternyata keliru, Ibu ada di kamar dan memergokinya. Tentu Ibu tidak akan marah karena Zahra memang ponakan yang disayang dan dicintai oleh seluruh keluarga. Disini awal kecerdasan Zahra terlihat, karena bingung harus bagaimana akhirnya dia pura-pura bodoh.

Zahra: Wahai ibu, buah apakah ini, sepertinya kalau di cium daari baunya sih jeruk ya bu. (sambil tanganya mendekatkan buah pada lubang hidungnya yang besar)

Ibu: Iya, kenapa?

Zahra: Ga (sambil senyum malu)

Ibu: Sok Ambil aja....

Akhirnya Zahra pun berhasil dengan trik cerdasnya yang benar-benar tidak di pikirkan sebelumnya.

Suatu malam kami berdua di teras rumah dengan suasana yang begitu khidmat sehabis sholat ashar dan mandi. Sewajarnya anak kecil Zahra suka bertanya yang tidak nyambung tetapi sebagai om yang baik saya mencoba menjawab dengan seadanya juga.

Zahra: Wahai om kenapa dunia itu bulat?

Amal: Karena kalau kotak kasian yang hidup di ujung

Zahra: Wahai om kenapa Cabai itu pedas?

Amal: Karena kalu manis itu coklat namanya.

Zahra: Wahai om kenapa ibu begitu cantik?

Amal: Karena ibu perempuan, kalau ibu laki-laki ganteng.

Zahra: Wahai om kenapa kita harus sekolah?

Amal: Supaya pintar.

Zahra; Pintar itu apa?

Amal: Bisa jawab semua pertanyaan.

Zahra: Berarti om pintar

Amal: Iya

Zahra: Wahai om apa yang membedakan orang pintar dengan orang bodo?

Amal: Orang pintar santun, baik dan sopan sedangkan orang bodo entahlah

Zahra: Kalau orang memberi itu termasuk orang pintar dan baik

Amal: Pasti dong

Zahra: Wahai om bolehkah zahra meminta uang

Amal: Ga ada

Zahra: Berarti Zahra telah salah menilai om itu Pintar.

Sambil berlalu dia pergi tanpa mendengar penjelasan dan suasana pun hening. Perasaan bersalah dan membodohi diri sendiri menyelimuti hari-hari. Di teras rumah merenung sendiri dan berkata dalam hati "Zahra yang bandel itu ternyata telah menjadi wanita sejati". Dikatakan sebagai seorang wanita sejati adalah ketika dia mampu membuat laki-laki merasa bersalah. Bagaimanapun bentuknya dari sifatnya wanita selalulah seperti itu, wanita Jawa, Sunda, Bugis, Batak, Eropa, Amerika semuanya begitu. Selamat masuk sekolah, sudah saatnya menimba ilmu meski baru Taman Kanak-kanak.

Budi

Hali Ariv, gimana kabarnya?

Woy riv inget ngga sih dulu tuh suka nakalin si Budi anaknya ibu enjum yang adiknya A dedi. Hahaha. Dulu waktu kecilkan dia badanya ber otot tapi pas udah gede kok jadi kempes ya, salah susu mungkin. Dulu dia tuh suka ngga jelas bikin rumah kardus dan bilang mau tidur di rumah kardus yang kardus tu bekas kardus lemari es gede. Malem di tungguin eh ternyata dia ga jadi tidur disitu alesanya kedingninan.

Jujur nih ya, sampe sekarang masih heran sama ceritanya Adi. Dia katanya kan dulu ngeliat Budi asik main speda lewat gangnya tapi setengah jam kemudia balik lagi sepedanya rusak dan badanya lecet semua. Pas di tanya ekh ternyata si Budi jatuh kesepak sama kuda. Bisa bayangin ngga coba dia tuh main sepedanya gimana. Balapan sama kuda, ada kuda yang dia suka terus deket-deket sampe kudanya muak terus nyepak dia atau gimana ya, Budi kesepak kuda.

Pernah juga kan kita main basket alias lemarin batu ke tempat sampahnya. Tempat sampahnya itu di buat dari pelastik karet yang pas sampe batu kelima akhirnya tempat sampah itu rusak. Karena udah rusak kita jadi terus-terusan ngelemparin tempat sampah itu sampe bener-bener rusak di depan Budinya. Budi pura-pura pulang lewat pintu belakang rumah. Beberapa menit kemudian terus kakaknya (A Dedi) keluar pura-pura polos nanya sepeda baru ponakanya. "der sepeda bagus" sambil akhirnya nengok "tempat sampah kok banyak batunya, ambil ambil". saya yakin itu pasti Budi ngomong sama A Dedi kalau tempat sampahnya kita yang rusak.

Terus waktu kita main petak umpet bareng juga tuh. Kalau ngga salah pas itu yang lagi jadi pencarinya si Dewi anaknya bapak Suro. Di sekitar situ ada banyak bapak-bapak asik mainan burung peiharaan semacem kutilang atau apa gituh. Si Dei jago banget ya, larinya kenceng. Budi dapet giliran ketauan, terus si Budi terkejut dan balap lari sama Dewi. Ya Allah tapi dasar Budi ya, udah tau ada kandang burung malah di tabrak. Dia bukanya lanjut main malah pulang kerumah sambil megang telinga dan jewer bapaknya karena burungnya terbang. hahahahaha

Si Budi juga suka rada aneh ya pas kecil, dia suka ngga jelas mainya. Kita dulu kan musuhan sama anak-anak RT 02, inget kan. Di jalan yang tengah si Budi keluar dan kita cuma bisa liat dari jauh. Gila budi berani banget maju sendiri. Ekh tapi dia tiba-tiba garuk pantat ngadep kaca rumah Alm. Bi Tonah yang galak itu. Di balik kaca jendela rumah itu ternyata ada Alm Bi Tonah yang langsung marah karena di kasih pantat, hahahaha si Budi ada-ada ajah ya.

Oh iya, inget ngga waktu dulu suka main bola di halaman rumah saya. Waktu itu kacanya Wa Jumhur masih polosan belum kaya sekarang yang udah rapih dan bagus. Kaca itu jadi langganan pecah kalau kita main bola. Nah, siang itu kayaknya abis jum'atan deh, si Budi mecahin kaca. Gila bener anak itu emang berani, biasanya kita lari semua karena takut tapi dia gentlemen ngadepin Wa Timah (Ibunya Wa Jumhur) yang emang galak. Dia datengin terus tanya "harus bayar berapa saya, saya bayar" gila tuh si Budi umur segitu beraninya minta ampun. ekh, ternyata besoknya dia ngga ngeganti sama sekali malah ngumpet dan ga main dua minggu.

Malam ini tuh lagi lucu inget si Budi dan masa kecil loh. Kalo di pikir-pikir kayaknya bandel banget ya kita, tapi bersyukur deh dan bisa bilang Alkhamdulillah nakalnya udah lebih dulu. Hahaha, Budi emang The Best lawaknya saat itu, kayaknya ga ada dia ga rame cerita masa kecil. Masih banyak sihm tapi bulan puasa gaboleh ngomongin orang ya. Yauda segini dulu.

Sahur atau Maling

Suatu pagi, menjelang sahur tepatnya sih pukul dua dini hari. Saya, Ariv, Adi, Pian, Alfan dan beberapa anak lainya memang bisa dibilang peduli. Disaat yang lain tidur kita justru inisiatif untuk 'obrok-obrok' atau yang biasa di kenal dengan ritual membangunkan orang sahur. Botol kecap, galon, besi, potongan genteng, dan pintu warung di bawa. Mungkin edisi obrok-obrok tahun 2006 adalah yang ter ekstrem, bisa di lihat dari alat-alatnya.

Kampung kita kebetulan tidak terlalu besar, sekitar satu lapangan sepokbola. Jenuh memang apalagi rute jalanya tidak terlalu banyak karena itu nggak jarang kampung sebelah juga menjadi sasaran 'obrok-obrok'. Hari ke hari bukanya warga malah bangun tetapi malah marah. Mungkin karena suaranya ga enak dan alunan musiknya yang kacau. Yang paling sering di pukul saat itu adalah daun pintu bekas warung. Suaranya keras dan sudah pasti warga bangun.

Bila ingin merasakan gimana cara membangunkan sahur yang tersulit datanglah ke kampung kami. Setidaknya itu kata-kata Pian. Di kampung kamu 'obrok-obrok' benar-benar tidak bisa hidup dengan nyaman. Baru satu langkah sudah di tolak, kadang ada yang membuka jendela sambil bicara "brisik". Bahkan lagi ada seorang Chinese yang rela lari pagi mengejar komplotan kami karena persoalan obrok-obrok. Alhasil dua minggu kami merasa sia-sia, tidak bisa maksimal membangunkan warga.

Pian : Priben (gimana) bosen lah kalo gini terus mah

Alpan : Iya kih, ana (ada) ide beli (ngga)

Arip : Apa ya

Pian : Bingung

Hari itu bener-bener Vacum satu hari tanpa 'obrok-obrok'. Warga merasa nyaman dan kayaknya bisa tenang karena ngga ada suara gebrakan pintu dan pecahan batu. Fenomena matinya budaya 'obrok-obrok' di kampung Kasepuhan (akhirnya sebut merek).

Tanpa permisi akhirnya besok ide yang baru di pikirkan sehari segera di jalankan.

Pian : Cepet lari Pan (pian menyuruh Alpan)

"Ssssseeeeeeeeeeet" wuuuih, suara larinya lumayan juga, kencang dan tak terkendali. Sekitar jarak sepuluh meter akhirnya saya, Pian, Ariv dan beberapa anak lainya ancang-ancang. Sambil berlari teriaaaaak "Maliiiiiiiiing, maliiiiing". Kejar-kejaran puter kampung pun terus di lakukan sampai akhirnya seluruh warga terbangun dan kita lari terpisah. "Yes berhasil" hari pertama berjalan lancar dan tanpa jejak. Warga akhirnya bangun dan santap sahur dengan nyaman.

Esoknya trik itu coba di lakukan kembali. Dengan sedikit keberanian akhirnya kali ini Pian menjadi maling. Dia berlari cukup ganas, anak-anak lain pun siap mengejar. Dan "maliiiiiiiiiing-maliiiiiiiiing", kejar-kejaran putar kampung. Ini adalah tragedi frustasi 'obrok-obrok'. Sampai pada akhirnya warga kesal dan menangkap Pian dengan cekatan. "Ini malingnya ini" sambil marah dan menjewer telinga Pian.

Itulah kampung kami, kampung yang serba salah, serba bingung melakukan apapun. Akhirnya lebaran pun tiba dan kami semua mengikuti budaya putar rumah. Satu persatu rumah di datangi untuk saling bermaafan. Kata-kata dari warga semuanya sama.

"Oh ini ya rombongan yang suka ganggu tidur"

'Obrok-obrok' ternyata bukan lagi sebuah ritual menjelang sahur tapi sudah ke ranah yang serius "Mengganggu Tidur".