Sabtu, 07 Juli 2012

Mencetak Generasi Entrepreneur


Indonesia adalah negara yang besar, negara yang memiliki ribuan suku, bahasa dan bermacam-macam keyakinan. Tidak heran apabila sentiment dari segi perekonomianpun tersulut menjadi obor yang membesar. Zaman Orde Baru cukuplah menjadi contoh bagaimana Kaum Tionghoa di bumi hanguskan dan persulit proses bisnisnya.

Berkaca dari masa lalu maka munculah suatu sistem baru yang di gagas Presiden ke empat yaitu Abdurrahman Wahid dengan Demokrasinya. Di tengah kegentingan carut marut negara yang di tinggalkan ratusan investor, Indonesia secara merangkak mulai tumbuh. Meskipun Demokrasi dinilai sebagai learning system namun sejauh ini Indonesia adalah yang paling konsisten dalam berdemokrasi.

Saat ini Indonesia telah masuk kategori efficiency driven economy atau ber GDP Per kapita diantara USD 3.000. Setelah sebelumnya harus puas berada pada factor driven economy. Perjuangan ini layak di apresiasi dengan tindakan yang seharusnya yaitu mencetak entrepreneur muda sebanyak-banyaknya. Tetapi nyatanya saat ini Indonesia masih kehilangan spirit itu dan tetap puas pada pola stagnanisasi.

Di Singapura, Malaysia bahkan Filipina, pergerakan kaum muda sudah terlihat jelas dalam bidang ekonomi. Adam Khoo dari Singapura dan adapula Tony Fernandes dengan Air Asianya. Di Indonesia bukan tidak ada namun namanya sedikit yang mendunia. Mungkin Sandiaga Uno adalah salah satu yang tergiat dan bisa menjadi panutan bagi usahawan muda lainya.

Langkah awalnya mungin adalah dengan sering mengadakan seminar atau model training untuk membangun motivasi anak muda. Selain itu perusahaan besarpun sedikitnya mampu mempercayakan pekerjaan tekhnis harapanya pada pemuda. Hal kecil ini adalah awal dimana hal besar kedepan terjadi.

Atas dasar itu, dasar kesadaran dan keinginan membangun suatu perekonomian yang sehat dan lebih baik. Saya siap untuk melakukan usaha dan berjuang demi Indonesia yang lebih baik. Siap untuk merubah mind set dari My City is My Goverment Responsibility menjadi My City is My Responsibilty. Perjuanganya memang tidaklah instant tetapi perlu melewati berbagai macam hal yang berlubang.

Hal-hal seperti itu yang saya yakini hingga saat ini hanya dapat dikalahkan oleh suatu hal kongkrit yaitu berupa kejujuran. Le Kwan Yuw pernah berkata “jika saja ada satu rayap masuk kerumahmu” katanya “maka robohlah rumah itu”. Kejujuran adalah pondasi utama dari segala hal yang ingin kita lakukan. Tidak hanya berwirausaha tetapi juga dalam berhidup.

Uraian sederhana ini sedikit menggambarkan bahwa lebih baik memulai untuk melakukan daripada sibuk mencari alternatif terbaik. Jangan terjebak oleh mimpi-mimpi teori yang nyatanya jauh dari aplikasi. Semua tergantung bagaimana kita memulai dan bagaimana kita mengakhirinya. Mari berjuang bersama untuk menuju Indonesia yang lebih baik finish what you started.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar