"Pante rei, ouden menei"
Jargon manis nan apik yang dikenal milik seorang filosof yang
berasal dari Ioni dia adalah Heraklitus. Arti dari kata di atas kurang
lebih adalah "semuanya mengalir, tida ada yang diam". Yap, semua memang
terus mengalir dan tidak hanya diam. Ungkapan yang sangat sederhana
namun memiliki makna yang begitu dalam.
Kadang memang kegairahan akan hidup hanyalah sebatas mencapai
kesenangan semata. Ketika kita meminum kopi sambil mebaca koran,
khayalan kita diam. Tetapi dalam kegaulauan masalah, khayalan kita
justru tumbuh dan mengalir. Optimis, yakin dan menganggap hal-hal tidak
mungkin menjadi mungkin adalah tipe sejati penakluk masalah. Spirit
Heraklitus secara tidak langsung jika dikhayati akan membawa kita kepada
ataraxia (kedamaian pikiran).
Secara langsung ataupun tidak kehidupan Heraklitus banyaklah di
pengaruhi oleh ajaran Tao Yunani. Dia sangat percaya apabila dunia ini
selalu memuat dualitas. Dualitas dalam artian dimana setiap ujungnya
terdapat eksistensi yang berlawan, baik dan buruk, positif dan negatif,
hitam dan putih, atas dan bawah serta lainya. Diapun berkeyakinan bahwa
cara terbaik dalam hidup adalah menyatu dengan alam.
Ya mungkin benar, karena pada kenyataanya pun seperti itu. Dalam
setiap keburukan mestilah ada pembanding yang baik yang membuat itu
menjadi buruk. Putih yang tak akan pernah bermakna apabila tak ada
hitam. Karena hanya dengan adanya hal itulah kita mampu menjadi manusia
yang memanusiakan manusia. Terus belajar dan belajar agar kehidupan
nyata sebagai seorang manusia benarlah terlaksana sebagaimana mestinya.
Mungkin Adam Khoo hanyalah tinggal cerita buruk apabila di terus
menerus larut dalam masa lalunya. Mungkin Steve Jobs mati dalam rintihan
murung tentang kedua orang tuanya. Tetapi mereka mampu meminjam spirit
"Panta rei, ouden menei" dan mengembalikanya dalam bentuk yang lebih
baik. Adam Khoo sukses setelah hancur di masa SMP dan SMA nya dan Steve
Jobs, seperti kita ketahui, sukses lepas dari belenggu kenyaatan sebagai
anak tiri.
Memang bukanlah perkara mudah, membalikan keadaan dan memukulnya
dengan keras. Perlu tetesan-tetesan air yang terus menerus untuk
melubangi batu. Memajukan langkah yang telanjur berat seringkali malah
membuat jalan mundur atau diam di tempat teduh adalah pilihan yang baik.
Itu adalah tanda, mengalirnya hidup senantiasa selaras dengan apa yang
ada di sekitar pula. Lingkungan, teman dan keluarga adalah pendorong
nyata perubahan itu.
Dorongan-dorongan menuju hidup yang ideal menurut Alfred Adler,
adalah dengan mempostulatkan "nafsu" yang bermain di balik segala bentuk
perilaku dan pengalaman kita. Dia menyebut daya motivasi itu dengan
striving for perfection atau dorongan menuju kesempurnaan. Adalah hal
yang menarik memang, tetapi tetap bukanlah menjadi hal yang sepele,
apalagi bila kita tidak dapat seperti apa yang Smuth katakan "memahami
diri sendiri dalam satu kesatuan yang utuh". Atau yang lebih di kenal
dengan Holisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar