Jumat, 23 Desember 2011

Pondok Pesantren Pabelan

Di Masjid pabelan


Di pojok kota Magelang, bahkan masuk lagi kedalamnya terdapat sebuah pertapaan yang dulu di sebut funduk atau dalam bahasa yunani dikatakan pondokayen yang berarti penginapan. Pertapaan ilmu bagi cantrik atau yang sekarang di sebut santri sungguh menggugah rasa ingin tahuku. Berawal cerita dari seorang kawan, sampailah aku ke sebuah tempat yang konon terkenal itu.


Saya ingin sedikit bercerita, sekitar empat bulan lalu saya mengunjungi sebuah pesantren bernama Pabelan di Magelang. Pesantren yang dilihat dari kondisi cuacanya sangat sejuk dan mendukung sekali untuk proses belajar mengajar yang efektif. Pesantren itu dulunya didirikan oleh lulusan terbaik Gontor yang bernama Hamam atau biasa di kenal Mbah Hamam. Meskipun lulusan Gontor Alm. Mbah Hamam meracik pesantren itu lebih bijaksana daripada Gontor. Dimana siswanya di bebaskan ber eksperi dan bergaya yang jarang sekali di temukan di Gontor yang konon ketat sekali.


Kunjunganku memang tidak begitu lama tetapi aku mendapatkan beberapa hal menarik disana. Seperti misalnya, kehidupan berbahasa para santri yang memakai Bahasa Arab dan Inggris (bilingual), berbagai acara musik modern, pidato bahasa inggris yang di wajibkan setiap satu bulan sekali dll. Di sana saya menemukan sisi-sisi kesegaran dalam belajar Islam dimana Islam di ajarkan secara santun, ramah, modern tidak kasar dan Indonesia banget. Cara didik seperti ini membuat Pabelan banyak sekali mencetak intelektual yang ulama dan ulama yang intelektual seperti Prof. Komarudin Hidayat (rektor UIN Syarif Hidayatullah).


Perjalanan saya disana di pertemukan oleh lelaki bebadan tambun sedikit berkumis yang bernama Pak Najib dan beliau tidak lain adalah anak kandung Alm.Mbah Hamam. Dia begitu sederhana dan terlihat memiliki wawasan yang luas. Aku berbicara niat kunjunganku dan alkhamdulillah dia cukup terbuka.


Obrolan pun terus berlanjut, dari soal kuda yang di milikinya hingga perjalanan kuliahku. Ternyata aku baru tau mantan seorang pekerja pertanian di Filiphina ini sedikit hobi berkuda(kyai, Hobi Berkuda keren juga). Salah satu kudanya dia beri nama sama dengan artis terkenal di Indonesia Luna Maya. Waw hehehe


Akhirnya waktupun semakin larut, aku sudah memikirkan untuk segera pulang. Akhirnya aku berpamitan izin untuk pulang kepadanya. Di panggilah Wahyudo (salah seorang santrinya)


"Ini antarkan Mas Amal carikan bis di depan"


"Baik pa" sahaut wahyudono


Perjalananku di Pabelan akhirnya harus berakhir sudah. Melelahkan, bahagia, penuh ilmu dan meng inspirasi, itulah oleh-oleh yang rasanya saya bawa selepas dari Pabelan. Dan aku akan selalu ingat ucapan dari Pa Najib yang aku dapatkan ketika saya bertanya bagaimana pasang surut quota murid disini?. Dia menjawab "walla yabqa illa wajhu" "tidak ada yang kekal di dunia ini kecuali Allah".


Ya benar tidak ada yang kekal kecuali Allah. Kita harusa terus berusaha dengan kemampuan kita. Tinggalkan kecemasan dan tatap masa depan dengan senyuman. Terima kasih PABELAN, aku pasti kembali.

1 komentar:

  1. Makasih Mal . Aku Bangga Jadi Alumni Pesantren Pabelan. Syukron

    BalasHapus