Secangkir kopi hitam memanjakan aku yang sedang ingin menikmati betapa indahnya malam ini. Malam ini saya sedikit ingin menjelaskan mengenai maha guru saya yaitu KeNegatifan. Tentunya saya sangat berterima kasih sekali kepada hitam, kepada jahat, kepada bohong, kepada kasar dan lainya yang tentunya tidak bisa saya sebutkan disini. Karena berkat keikhlasan mereka inspirasi ini selalu muncul dan memaknai setiap warna-warni dunia ini.
Mengapa kita sebegitu kejamnya menempatkan mereka dalam kenegatifan? Apakah kita tidak pernah berpikir bahwa mereka itu adalah guru yang perlu kita sayangi?. Apakah kita lupa bahwa merekalah yang melengkapi dunia ini?. Lalu mengapa kita sebegitu sulitnya mencintai atau sekedar menghargai mereka?. Dalam mitos kehidupan tentunya kita di sibukan untuk mencari kebaikan, kujujuran dan kelembutan. Pernahkah kita sadari hadirnya semua itu berkat keikhlasan dari kejahatan, kebohongan dan kekasaran (mereka begitu ikhlas di negatifkan padahal mereka itu mahal).
Kita dapat menilai "oh orang itu sungguh baik", kadang kita tidak sadar bahwa yang mempromosikan kebaikan itu adalah "jahat". Atau kadang kita berkata "aku percaya dia jujur", disini pun kita tidak dapat mengetahui bahwa "bohong" itu menangis. Karena pada hakikatnya yang membuat jujur itu bermakna adalah kebohongan.
Jika kita ingat pada kisah-kisah masa kecil tentang nabi pertama kita Adam A.S. Yang di pertontonkan pertama pada saat itu adalah kebengalan, ketidakpatuhan dan kejahatan yang kerenanya Adam di turunkan ke bumi. Lalu berlanjut pada Qabil yang kita juluki sebagai manusia pembunuh pertama, karena dia membunuh Habil saudara kandungnya. Lagi-lagi di situ kita di suguhkan akan kebohongan serta kejahatan.
Mengapa tuhan tidak memberikan saja kita cerita tentang Adam yang baik, lembut, suci, tanpa ada salah?. Bukankah tuhan sangat mampu menampilkan itu karena dia maha pencipta. Tetapi mengapa kok Tuhan mengawali cerita Adam dengan ketidakpatuhan, berlanjut pada anaknya dengan kejahatan. Mengapa?
Menurut pandangan saya, Ini artinya bahwa untuk menemukan suatu makna ketaudian yang sesungguhnya adalah dengan kita menghargai kenegatifan. Karena hanya dengan itu kita menemukan sisi-sisi yang positif. Putih tentu tidak akan harganya tanpa adanya hitam, yang karenanya hadirlah karya-karya indah. Kesulitan kita menemukan kebaikan, kejujuran dan kelembutan itu sesungguhnya ada pada diri kita yang tidak mau merangkul kejahatan, kebohongan dan kekasaran sebagai guru terhebat dan terikhlas yang perlu kita sayangi.
Sedikit contoh lagi, dahulu kala Rasullah bersabda bahwa kejahatan balaslah dengan kebaikan. Ini kata yang sungguh singkat namun syarat akan makna. Rasullah sebegitu sayangnya pada kejahatan sehingga kejahatan itu harus di balas kebaikan. Rasullah disini ingin mengajarkan kita bahwa di situlah kebaikan menjadi sangat berarti. Dan saat itu pula Rasullah mengangkat serta menghargai kejahatan dengan menempatkan posisi kebaikan sebagai sahabatnya. Bayangkan jika semua yang ada di dunia ini baik semuaaaaaa. Apakah masih bermakna kata baik itu?.
Kesimpulanya adalah jangan pernah menganggap sesuatu yang buruk itu sebagai negatif lagi. Anggaplah itu sebagai ilmu tanamkan bahwa jahat itu romantis , kasar itu cantik, dan bohongpun indah. Keikhlasan mereka memunculkan apa yang dinamakan baik, apa yang di sebut lembut dan apa yang di maksud jujur. Berterima kasihlah pada kebohongan, keburukan dan kebohongan. Jadikan mereka teman kita untuk memulai sesuatu yang baru. Seperti apa yang di gambarkan pada kisah Adam hingga Qabil. Mereka berhasil mencitai dan menyayangi hal-hal negatif sehingga mereka dapat menemukan arti-arti positif sesungguhnya.
Selamat malam.
Kopi darat bersama Bang Amal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar