Sabtu, 03 Desember 2011

Bijaksana Adalah Ilmu Pengetahuan




Bijaksana, hmmm sepertinya kata ini sering kita dengar, terutama dalam sebuah permasalahan yang berkaitan dengan perdebatan. Ketika ada satu orang mendiskreditkan satunya lagi tetapi yang satunya memilih diam, secara spontanitas kita menyebut dia "bijaksana". Tetapi makna dari bijaksana sendiri itu apa? Seperti apa bentuknya?. Lalu bagaimanakah kita dapat menemukan arti itu dalam kehidupan kita?.

Plato salah satu filsuf terbesar yunani menyebut bahwa kebijaksanaan adalah ilmu pengetahuan, mengapa?. Kebetulan satu minggu terakhir ini saya mencari buku itu, tetapi tidak saya temukan. Padahal saya yakin itu adalah buku yang sangat-sangat menarik untuk di "makan". Dengan keterbatasan itu, maka saya mencoba menerka isi dan maksudnya melalui pandangan saya sendiri dikaji melalui dialektika dengan Ustad Jibril.

Kebijaksanaan adalah sifat menerima tanpa pamrih setiap keadaan tanpa keluhan dan penuh penghargaan terhadap sisi-sisi kehidupan. Kebijaksanaan dalam islam sangat di kenal dalam ilmu tasawwuf, tasawwuf sendiri berasal dari kata safha yang berarti bersih. Disini saya tidak ingin mengulas begitu banyak mengenai tasawwuf, Insya Allah di lain waktu saya angkat keindahan tasawwuf dan sekarang kita kembali ke topik kebijaksanaan.

Pada mulanya kebijaksanaan itu muncul dalam kesendirian, pengalaman bahkan kerohaniaan yang tinggi. Ketiga keadaan itu pula yang memunculkan ilmu pengetahuan. Sehingga keterkaitan antara kebijaksanaa dan ilmu pengetahuan itu sangat teramat dekat. Bahkan pribahasa dalam kamus besar pribahasa Indonesia menyebutkan bahwa "semakin tinggi padi semakin merunduk". Yang artinya semakin berilmu semakin bijaksana.

Untuk memulai tahapan menjadi bijaksana memang tidaklah mudah. Tetapi faktor terbesar yang mempengaruhi kebijaksanaan adalah ilmu. Sekarang ada yang bertanya "kan wakil rakyat kita dan orang-orang atas kita juga ber ilmu, tetapi mengapa mereka tidak bijaksana?". Jawabanya mudah dalam kitab Al-Hikam dikatakan "Pecinta bukanlah orang yg mengharapkan imbalan atau upah dari kekasihnya. Sejatinya pecinta adalah yg mau berkorban untukmu, bukan yg menuntut pengorbanan darimu".

Orang yang benar-benar mencintai ilmu tak mengharapkan apapun selalin kaidah ilmu. Mereka menjadikan ilmu tujuan hidup bukan tujuan hidup memanfaatkan ilmu. Tetapi saat ini begitu banyak orang salah dalam memandang ilmu. Mereka berpikir dengan ilmu mereka bisa menjadi orang kaya ketika ilmu tidak jua membuatnya kaya mereka malas. Mereka berpikir dengan ilmu bisa membuat mereka menang berdebat dengan orang tetapi ketika ilmu itu tidak berguna mereka lalai. Ilmu bukanlah sesuatu teori timbal balik yang membuat kita berpikir dengan ilmu yang begitu mahal kita harus kaya.

Orang yang sisi keilmuanya tinggi memandang ilmu adalah tujuan hidupnya dan apa yang mereka dapatkan hanyalah bonus. Mereka begitu mencintai ilmu dan rela melakukan apapun demi ilmu. Jika kita ibaratkan, kita hendak pergi dari daerah Cirebon menuju Bandung. Bonus yang kita dapatkan adalah kita dapat melihat eloknya majalengka, melihat bukit nan indah di sekitar sumedang, dan gadis-gadis cantik pasundan. Tetapi mereka terus berjalan dan memacu kendaraan menuju ke bandung karena itu hanyalah bonus perjalanan. Itulah totalitas ilmu, ketika kita mampu menjadikan ilmu tujuan maka kita dapat melihat dan menemukan kebijaksanaan.

Dari situ bisa di simpulkan bahwa kebijaksanaan adalah ilmu dan ilmu adalah kebijaksanaan. Orang yang ber ilmu selayaknya memiliki kebijaksanaan yang lebih, saling menghargai dan toleran. Kebijaksanaan tidak bisa di lihat hanya dari ucapan tetapi tindakan. Kecintaan terhadap ilmu membuatnya bijaksana karena ilmu selalu memberi tanpa pamrih.

Sudahkah kita mencintai ilmu untuk bijaksana, ataukah kita hanya memanfaatkan ilmu?. Kita harus selalu semangat dan sama-sama mengikhlasan hidup demi Ilmu agar kita mampu bijaksana. Dalam budaya pesantren ada doa yang begitu indah dan penuh makna, begini buninya "Allahumma Nawwir Qulubana Bi-Nuri Hidayatika Kama Nawwartal Ardla Bi-Nuri
Syamsika Abadan, Abadan, Abadan, Birohmatika Ya Arhamarohimin ( Ya Allah terangilah hati kami dengan cahaya hidayahmu seperti engaku terangi bumi ini dengan cahaya matahari selama-lamanya, berkat kasih sayangmu wahai
dzat yang sebaik-baik melimpahkan cinta kasih sayang).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar