Oleh : Bakhrul Amal Maksum
SOLIDARITAS atau Konsolidasi, Kreatifitas Anak Bangsa adalah organisasi pemuda yang berdiri dan sampai saat ini hanya berada di Cirebon yang awal kemunculanya bisa di bilang secara tiba-tiba. Mengapa saya dapat mengatakan seperti itu? Karena mungkin deklarasi dan awal pembentukanya pun tidak melibatkan keseluruhan anggota yang tergabung di dalamnya. Di awali dari inisiatif seorang yang luar biasa peduli terhadap kehidupan pertemanan dia adalah Benny Suhada. Dalam khayalanya yang begitu tinggi dia begitu menginginkan suatu perubahan dalam kehidupan pertemanan atau yang dalam Hindu dikenal dengan “tat twam asi” yang berarti “aku adalah dia dan dia adalah aku” yang terkesan terlupakan. Dimana yang dia rasakan saat itu saling sapa, saling bertukar kabar, saling membantu dan menolong seolah semakin jarang dirasakan lagi.
Singkat cerita tiba juga empat hari yang sungguh melelahkan yaitu 19 Februari 2010 hingga 23 Februari. Dibantu oleh kawanya Gibrand secara sukarela dia mengirimkan pesan singkat kepada kawan-kawan untuk meminta persetujuan membentuk organisasi serta mencantumkan berbagai nama sebagai pengisi kepengurusan. Hingga akhirnya pada tanggal yang sama dengan tanggal ulang tahun saya yaitu 24 Februari 2010 di Kota Cirebon lahirlah SOLIDARITAS. Suatu organisasi yang terkesan “anak muda banget” karena yang tertua pada saat itu adalah Jenny Azis (sekretaris SLDS) yang berumur 21 tahun.
SOLIDARITAS memang pada awalnya di bentuk untuk mempersatukan kembali kawan-kawan yang mulai jauh karena lokasi kuliah yang berbeda-beda di berbagai kota. Tetapi dewasa ini SOLIDARITAS tumbuh dan semakin dewasa dan berani berbicara permasalahan sosial. Yang pada awalnya hanya memiliki niat untuk mempersatukan kembali kawan-kawan berubah lebih besar lagi untuk mempersatukan masyarakat Cirebon pada umumnya.
Lelah dan muak dengan penyampaian aspirasi yang tidak menyelesaikan masalah dan hanya menimbulkan masalah baru bahkan berujung kekerasan membuat SOLIDARITAS tergerak hatinya untuk mengusung misi Perdamaian.
SOLIDARITAS menapak jalanya dengan hati penuh damai dan mengedepankan musyawarah yang tidak jauh berbeda dengan organisasi lainya pada umumnya. Tetapi yang membedakan SOLIDARITAS dengan organisasi lainya adalah, SOLIDARITAS mencoba untuk menjadi penengah, fasilitator atau pihak yang senantiasa menemukan pihak-pihak bertikai dan lebih mengedepankan musyawarah di dalam penyelesaian masalah. SOLIDARITAS sebagai organisasi yang begitu mencintai Indonesia mencoba untuk mengamalkan sila ke 4 dari Pancasila yaitu “kerakyatan yang di pimpin oleh khidmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”.
Misi damai yang di usung sejak awal kelahiranya membuat SOLIDARITAS memiliki keinginan luhur yang begitu tinggi terhadap Perdamaian. Dan berpikir bahwa “setiap masalah bisa di carikan jalan keluarnya tanpa ada satu pihak merasa disakiti ataupun tersakiti” yaitu dengan Musyawarah Mufakat..
Kita ketahui bersama bahwa setiap permasalahan yang hadir dan timbul di Indonesia bahkan dunia baik sesama masyarakat maupun masyarakat dengan pemerintah, jarang atau bahkan jauh sekali menemukan titik temu. Ke egoisan kedua belah pihak menyebabkan nilai-nilai kebersamaan dan kemanusia terkadang di kesampingkan. Berbagai argument pembenar di hadirkan demi menuntut sebuah keadilan dan kemenangan yang hanya menimbulkan ketidakpuasan ketika salah satu pihak di kalahkan. Tidak hanya ketidak puasan yang di hasilkan tetapi jauh dari itu, yaitu keinginan membalas dendam.
Contoh nyata adalah tragedy Hitler sang der fuhrer, dia begitu kuat bersemangat memiliki keinginan mengusai dunia. Yang menjadi sorotan adalah keingananya itu di ikuti dengan pembunuhan berantai atau kejahatan genocide terhadap kaum-kaum Yahudi. Kekejaman Hitler itu tentu menjadi tanda tanya tersendiri dan ternyata ketika di selidiki ternyata pada masa kecilnya Hitler kerap mendapat penghinaan dari kaum Yahudi. Sungguh tragis bukan kekuatan balas dendam dan ini adalah contoh, andaikan dulu permasalahan Hitler dengan Yahudi di selesaikan dengan baik tentu tidak akan menimbulkan dendam yang begitu mengacaukan dunia. Dan sedikit contoh lagi perebutan kekuasaan oleh Mao Zedong dari tangan Chiang kaisek yang hanya menimbulkan perubahan wajah saja tetapi memiliki system yang sama.
Dan di Indonesia pun terjadi yaitu ketika perebutan kekeuasaan dari Soeharto pada tahun 1998. Yang lebih tepatnya saya katakan sebagai pemuas nafsu politik sebagian orang saja karena yang terjadi justru impachtment yang dialami Abdurrahman Wahid pada tahun 2000, dimana kejadian itu tanpa persetujuan Gus Dur (Sapaan akrab Abdurrahman Wahid) terlebih dahulu. Yang tanpa disadari berimbas pada kepemimpinan lunak Presiden-Presiden selanjutnya, tidak ada ketegasan, tidak ada power. Mereka tidak mau terlalu tegas karena tidak ingin mengalami apa yang dialami Abdurrahman Wahid bahkan justru mereka memunculkan rezim baru yang lebih parah dari Soeharto dan fakta Inilah yang terjadi di Indonesia saat ini!
Mari kita bandingkan dengan Nelson Mandela, seorang tokoh kulit hitam, pejuang revolusioner penentang politik apartheid dan mantan Presiden Afrika. Sosoknya yang begitu ramah dan bersahaja membuat setiap orang segan dan menaruh hormat padanya, tak terkecuali di Indonesia. Dia begitu di cintai oleh masyarakat Indonesia karena kebanggaanya terhadap batik yang melibihi kebanggaan orang Indonesia sendiri yang notabene pemegang hak milik batik. Gerakanya yang perlahan dan pasti, tanpa dendam dan penuh cinta kasih membawa Afrika menjadi negara merdeka dari berbagai hal termasuk rasisme. Goresan penanya menginspirasi jutaan manusia di seluruh penjuru dunia untuk menyuarakan perdamaian.
Nelson Mandela adalah tokoh penting yang mempersatukan Afrika antara kulit putih dan kulit hitam. Perjuangannya yang begitu bersejarah yang selalu di tandai dengan politik antirasi, persamaan hak, demokrasi dan perdamaian telah berimplikasi besar pada negaranya saat ini. Tetapi apa yang di perjuangkan Nelson Mandela ini tidak berjalan dengan mudah dan tanpa rintangan, prinsipnya membuat dia berkali-kali di tahan hingga akhirnya pada tahun 1990 di bebaskan melalui sebuah perjanjian dan
pada akhirnya menjadi presiden pada tahun 1994.
Di awal kebebasanya Mandela segera memulai pembicaraan dengan pemerintah untuk mengakhiri Apartheid hingga akhirnya di setujui. Banyak warga kulit putih yang khawatir mengenai pemberian hak sama terhadap warga kulit hitam. Tetapi apa yang di lakukan Mandela, justru dia bekerja sama dengan presiden Afrika Selatan pada saat itu, F.W. de Klerk untuk mempromosikan hubungan damai antara warga kulit hitam dan kulit putih. Hingga akhirnya dunia menganuggrahi hadiah berupa Nobel Perdamain kepada Mandela dan de Klerk.
Cara-cara yang dilakukan Mandela jauh berbanding terbalik dengan Der Fuhrer, Mao Zedong dan pengganti Abdurrahman Wahid dimana sampai pada kesimpulan antara musyawarah dan kekerasan menimbulkan hasil akhir yang berbeda. Ketenangan dan kecerdasan Nelson Mandela menunjukan betapa tinggi ilmunya sehingga membuatnya begitu bijaksana dan tenang dalam bersikap. Sedangkan sempitnya pikiran Hitler membuatnya mudah terprovokasi dan penuh emosi yang hanya menimbulkan kekacauan. Tak ada kekerasan dan tak ada pertumpahan darah di perjuangan Nelson Mandela tetapi menimbulkan hasil yang begitu nyata. Di sepuluh tahun awal kemerdekaanya atau di tandai dari kebebasan Nelson Mandela, Afrika Selatan berhasil menjadi tuan rumah Piala Dunia.
Kawan-kawan sekalian, kita telah melewati hamper dua tahun lamanya bersama SOLIDARITAS, banyak pikiran telah di kemukakan, macam-macam, tetapi alangkah baiknya kita bersama-sama mencari persatuan philoshopische grondslag, mencari suatu Weltenschaung yang kita semua setuju yaitu PERDAMAIAN. Anak kecilpun dapat melihat bahwa India adalah satu kesatuan di Asia Selatan, dibatasi oleh Lautan Hindia yang luas dan Gunung Himalaya. Seorang anak kecilpun tahu kalo inggris itu adalah sebuah negara satu kesatuan.
China dapat di tunjukan sebagai satu kesatuan juga. Dan itu sudah kehendak tuhan sedemikian rupa. Bukan Beijing saja, bukan Fuzhou saja, tapi Beijing dan Fuzhou dan daerah-daerah China yang lainya, segenap kepulauan China adalah satu kesatuan.
Maka manakah yang dinamakan tumpah darah tanah air kita? Menurut geopolitik, maka Indonesialah tanah air kita, bukan Jawa saja, bukan Kalimantan saja, bukan Sumatra saja, bukan Cirebon saja, bukan Papua saja, tetapi segenap kepulauan lain yang di tentukan tuhan di antara dua samudra dan dua benua, yaitu tanah air kita!. Dan hanya dengan perdamaian semua bisa terwujud dan menuju negara “memberikan rasa aman dan kebebasan untuk semua, satu untuk semua”.
Atas dasar pertimbangan kedua masalah melalui cerita Hitler dan Mandela tersebut, SOLIDARITAS memberanikan diri hadir dan menjadi fasilitator bagi setiap polemik dan permasalahan yang ada. Mengemban misi perdamaian tanpa kekerasan dan mengedepankan musyawarah mufakat. Bila terjadi apa-apa yang belum memuaskan, bukankah tidak sebaiknya bicarakan dalam permusyawaratan. Musyawarah mufakat inilah tempat kita usulkan kepada pemimpin-pemimpin rakyat, apa-apa yang kita rasakan perlu perbaikan. Dengan sumber daya manusia yang ada, Insya Allah SOLIDARITAS sebisa mungkin memberikan kepada bangsa dan negara menuju perdamaian dan kesejahteraan yang sesungguhnya.
Tentunya harapan serta dukungan sangat di butuhkan dalam wacana mencapai suatu perdamaian dan kesejahteraan yang sesungguhnya. Karena esensi dari perdamain itu tidak hanya milik suatu golongan tetapi seluruh umat manusia di dunia tidak ada tapi dan terkecuali. Selain itu, misi terpenting dari SOLIDARITAS adalah menciptakan pemuda yang intelek dan intelek yang pemuda. Tidak kasar, tidak pemarah, egois bahkan penuh dendam tetapi pemuda yang santun, sopan, cepat, cerdas dan bersahaja.
Insya Allah dalam waktu dekat keberadaan SOLIDARITAS yang sesungguhnya akan lebih dapat dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat khususnya Kota Cirebon. Kampanye kebersihan, sosialisasi hukum serta training wirausaha adalah salah satu kegiatan yang akan di laksanakan oleh SOLIDARITAS disamping misinya membawa perdamaian. Dengan system desa ke desa di harapakan nantinya dapat membentuk masyarakat yang cerdas, bersih, sopan dan secara perlahan menghilangkan sifat primitive yang sejauh ini melekat di masyarakat Kota Cirebon
Sebagai penutup izinkan saya mengutip satu kalimat penting mengenai perdamaian, bahwa “Tidak akan ada sebuah perdamaian sebelum anda melakukan gerakan menuju damai”. Kedamaian itu lekat dengan ilmu, kebersihan dan kerohanian maka dari itu mari kita berjuang bersama SOLIDARITAS menuju perdamain dan kesejahteraan yang menyeluruh.
Tulisan ini saya dedikasikan sebagai suatu pertanggungjawaban selaku Humas Di SOLIDARITAS yang tentunya memiliki kewajiban untuk mempromosikan SOLIDARITAS kepada khalayak luas.
Untuk kawan-kawanku dari “Bakhrul Amal”