Selasa, 23 Agustus 2011

KREATIVITAS

Kreativitas berasal dari kata dasar kreatif atau to create yang artinya mencipta. Inilah sesungguhnya suatu kelebihan atas kekuasaan tuhan yang di berikan kepada manusia berupa berupa akan dan pikiran. Dengan pemberian tuhan ini kita di sebut manusia yang sempurna sekaligus menjadi sesuatu yang membedakan manusia dengan ciptaan Tuhan yang lainnya. Kita diberi kemampuan untuk mencipta, termasuk menciptakan realitas baru dalam kehidupan kita.

Seperti apa yang di jelaskan oleh Elizabeth Hurlock (1978) kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru. Artinya bahwa kreatifitas adalah suatu patokan dalam menilai apakah orang itu berprlaku secara aktif ataukah pasif.

Berprilaku aktif adalah berprilaku menggunakan seluruh kekuatanan kemampuan yang ada dalam membentuk, menciptakan, memberikan atau bahkan menyelesaikan sesuatu. Setiap manusia memiliki suatu pengalaman dalam hidupnya dan tidak sedikit yang menceritakan kepada keluarga atau sahabat dekatnya. Keinginan menceritakan ini menunjukan bahwa bila suatu saat nanti keluarga atau sahabat dekatnya mengalami hal yang sama mereka sudah dalam kondisi yang siap.

Manusia yang berprilaku secara aktif tidak hanya menerima tetapi dia mencari info dan cara yang bervariasi menurut dirinya untuk menyelesaikan pengalaman tersebut dengan cara yang lebih mudah dan efisien. Berbeda dengan manusia berprilaku pasif yang mungkin sekedar mengikuti saja atau mencoba berada di titik yang aman yang jelas-jelas sudah menguntungkan. Manusia berprilaku kreatif aktif cenderung tidak mudah terpengaruh ataupun bertindak yang merugikan.


Kreatifitas dapat di artikan juga sebagai seni berfikir dalam menanggapi masalah dan menciptakan suatu karya baru. Dalam berfikir sendiri terbagi dua jenis yaitu berfikir divergen dan konvergen.

Berfikir Divergen : bentuk pemikiran terbuka, yang menjajagi macam-macam kemungkinan jawaban terhadap suatu persoalan/ masalah.

Berfikir Konvergen: sebaliknya berfokus pada tercapainya satu jawaban yang paling tepat terhadap suatu persoalan atau masalah

Dalam pendidikan formal pada umumnya menekankan berfikir konvergen dan kurang memikirkan berfikir divergen. Tetapi Torrance (1979) dalam memandang sebuah kreatifitas dia selalu menekankan adanya ketekunan, keuletan, kerja keras, sehingga tidak terlalu terlalu tergantung dari kapan timbulnya inspirasi untuk dapat bertindak secara kreatif.

Kretaivitas juga dapat di artikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Kreatifitas merupakan ungkapan unik dari seluruh pribadi sebagai hasil interaksi individu, perasaan, sikap dan perilakunya. Biasanya seorang individu yang kreatif memiliki sifat yang mandiri. Ia tidak merasa terikat pada nilai-nilai dan norma-norma umum yang berlaku dalam bidang keahliannya. Ia memiliki system nilai dan system apresiasi hidup sendiri yang mungkin tidak sama yang dianut oleh masyarakat ramai. Seperti apa yang dikatakan oleh Selo Soemardjan “Kreativitas merupakan sifat pribadi seorang individu (dan bukan merupakan sifat social yang dihayati oleh masyarakat) yang tercermin dari kemampuannya untuk menciptakan sesuatu yang baru.

Setiap orang memang memiliki potensi kreatif dalam derajat masing-masing dan dalam bidang yang berbeda-beda. Dan kenyataan inilah yang perlu kita pupuk sejak dini agar dapat direalisasikan. Sehingga diperlukan dorongan-dorongan yang dapat mendukung baik dari luar (lingkungan) maupun dari dalam individu sendiri.

Agar kreativitas ini tumbuh memang perlu diciptakan kondisi lingkungan yang dapat memupuk daya kreatif individu, dalam hal ini mencakup baik dari lingkungan dalam arti sempit (keluarga, sekolah) maupun dalam arti kata luas (masyarakat, kebudayaan). Karena Timbul dan tumbuhnya serta berkembangnya suatu kresi yang diciptakan oleh seseorang individu tidak dapat lepas dari pengaruh kebudayaan serta pengaruh masyarakat tempat individu itu hidup dan bekerja.

Mayarakat memang dapat manyediakan berbagai kemudahan, sarana dan prasarana untuk menumbuhkan daya cipta anggotanya, tetapi akhirnya semua kembali pada bagaimana individu itu sendiri, sejauh mana ia merasakan kebutuhan dan dorongan untuk bersibuk diri secara kretif, suatu pengikatan untuk melibatkan diri dalam suatu kegiatan lreatif, yang mungkin memerlukan waktu lama. Hal ini sudah menyangkut pada motivasi internal individu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar