Dikala senja di balik sibuknya Kota Jogja, lelaki tua itu duduk di bawah balai perkampungan di tengah guyuran hujan. Lamunan dan tatapan matanya yang kosong berharap hujan segera reda.
Kali ini dia terlihat memeluk tubuhnya sendiri yang menggigil kedinginan. Di peluknya tas yang daritadi terlihat kesepian di sebelahnya.
Dua kumandang Adzan telah di lewati dan malampun semakin gelap. Jalanan sekitar balai perkampungan itupun mulai terlihat sepi setelah sebelumnya lalu lalang manusia menghadap tuhanya.
Selang sekitar lima belas menit seorang pemuda terlihat berlari menerobos hujan menuju tempat berteduh. Dipilihnyalah balai perkampungan itu bersama lelaki tua itu.
"Hujanya dari sore pak?" Sapa pemuda itu kepada lelaki tua
"Iya" jawabnya singkat
"Rokok pak?" Pria yang baru datang itu menawarkan rokok
"Tidak, terima kasih" sautnya ketus
Pemuda berbadan tegap yang baru datang itu sangat sibuk dengan handphonenya. Sedangkan disebelahnya seorang lelaki tua masih kedinginan memeluk tubuh bersama tas hitamnya di dadanya.
Selama tiga puluh menit tidak ada obrolan di antara keduanya. Hujan mulai sedikit reda, genangan air di depan balai itu muncul. Dan "byaaaar, craaaat" sebuah mobil dengan kecepatan tinggi melewati genangan air yang pasti memuncratkan air ke arah mereka berdua.
"Gobloook" teriak pemuda itu
"Hmm" hela lelaki tua di sebelahnya
Pemuda itu sibuk membersihkan bajunya, sementara lelaki itu dengan santai tidak melakukan apapun dan membiarkan bajunya kotor.
"Pa kenapa tidak di bersihkan" tanya pemuda itu
"Biarlah" jawab pemuda itu
"Tapi kan kotor pak" tanyanya semakin ngotot
"Tau apa kamu" jawabnya dengan nada sedikit kesal
Pemuda itu terlihat heran dengan lelaki tua itu. Di perhatikanya dari atas hingga ke bawah tubuh lelaki tua itu. Kotor, kumuh dan terlihat lesu.
Hujan pun reda.
"Ayo sini ikut nak" ajak lelaki tua itu
"Kemana?" Pemuda itu semakin heran
"Ngopi-ngopi ngangetin badan"
Tanda tanya semakin menghantui pemuda berbadan tegap itu. Dari awal pertemuanya yang begitu ketus tiba-tiba mengajaknya ke warung kopi. Rasa heran dan ingin tahu membuat pemuda itu pasrah dan mengikuti keinginan lelaki tua itu.
Sekitar 50 meter dari tempat mereka berdua berteduh terdapat warung kopi. Sebut saja "Warda" atau warung dadakan. Lelaki tua itu terlihat terlihat berbicara dengan pemilik warung semantara pemuda itu di biarkanya duduk.
"Maaf menunggu, siapa nama kmu terus dari mana asalnya" tanya lelaki tua
"Jukli, dari Tegal pak"
"Wah pas sekali, tadi saya pesan dua kopi luak, di tegal ga ada kan" jawabnya sambil melontarkan senyum
"Adasih tapi jarang, haha"
"Bapak sendiri siapa, darimana" tanya pemuda itu
"Saya Aritesto, asli Jogja" jawab lelaki tua itu
Keakraban di antara keduanya mulai terlihat. Mereka pun bertukar canda. Tidak terasa akhirnya kopi dan kentang yang dipesan sudah siap di santap.
Sambil meminum kopi bapak itu bertanya.
"Kamu tau mengapa aku tidak sibuk membersihkan bajuku" tanya lelaki tua
"Kenapa pak" jawab pemuda dengan heran
Lelaki tua itu menjelaskan filosofinya, ketika kamu terluka biarkanlah luka itu kau nikmati. Tidak perlu sibuk mencari bagaimana luka itu di sembuhkan. Pakainya yang kotor dianggapnya luka. Sedangkan mobil di anggapnya pembuat luka.
Lelaki tua itu melanjutkan filosofinya "ketika luka itu kamu nikmati dan kamu biarkan seperti itu, kamu akan mampu merasakan nikmatnya". Umpatan menurutnya adalah bentuk ketidakpercayaan bahwa luka itu baik-baik saja.
Umpatan semakin menunjukan kamu tidak ikhlas dan mencoba membersihkanya dengan segera menunjukan kamu takut. Yang perlu kamu lakukan adalah rasakan, renungkan biarkan luka itu menyatu dengan hatimu.
Ketika kamu mampu melakukanya kamu telah membuat luka itu lebih baik. Karena kamu tau bahwa esok bajumu juga pasti bersih lagi, jadi apa gunanya keluhanmu. Lakukan itu karena itu adalah bentuk caramu untuk ikhlas dan percaya.
Jam menunjukan pukul 01.00 dini hari, penjaga warungpun sudah bersiap menutup lapaknya.
"Ayo mari kita pulang, kmu kmna?" ajak lelaki tua itu
"Aku langsung ke stasiun pak, mau ke Jakarta" jawabnya
"Ayo bareng aja" lelaki tua itu mewarkan tumpanganya
Pemuda itu semakin terkagum, berpikir bahwa lelaki tua itu sengaja ingin mengajarkanya ilmu kehidupan. Di balik pakainya yang kumuh, kotor dan lesu ternyata Honda Civic adalah tungganganya yang sengaja dia taruh di balik warung dadakan.
Akhirnya diantarkanlah pemuda itu menuju stasiun. Pertemuan singkat itu telah memberikan pengalaman yang begitu berharga bagi Jukli, seorang pemuda asal Tegal. Hatinya yang gembira membawanya lelap dalam tidur di atas kereta.
Jumat, 30 Desember 2011
Kamis, 29 Desember 2011
Keadilan
Diskursus mengenai keadilan yang hakiki memang sulit sekali menemui titik temu. Terlalu banyaknya kepentingan membuat keadilan seolah di kesampingkan. Imbasnya adalah kemiskinan dan ketidakmerataan pembangunan yang menimbulkan pencurian, penipuan, kekerasan serta tindak kriminal serampangan lainya dimana-mana.
Jika kita berbicara keadilan hampir pasti kita mengaitkan dengan hukum. Tidak akan tercapai suatu keadilan tanpa adanya hukum. Dan dengan hukum keadilan itu bisa ditentukan dengan pas. Sedangkan dalam lima tahun terakhir hukum kita mengalami kekacauan yang luar biasa dan menjadi sesuatu pecutan yang tragis bagi kaum proletar.
Kalau kita perhatikan kaum borjuis memang memiliki pengaruh besar terhadap birokrat terlihat dari mereka yang terus-terusan meng intervensi pemerintah untuk meneruti kemauanya (seperti: jual beli hukum yang sekarang marak di bicarakan). Sementara itu kaum proletar hanya bisa diam dan dogmatis karena memang tak berdaya. Tidak salah jika saya mengatakan hukum yang notabene sebagai tiang keadilan, saat ini seakan mati suri dan memunculkan anggapan hukum hanya milik kaum borjuis.
Kasus-kasus hukum yang telah usang seperti Century hingga kasus-kasus baru (fuqoha) tentang remisi terhadap koruptor perumusan serta tata cara penegakan hukumnya hanya berakhir dalam sebuah perbincangan dan dialog di seminar ataupun televisi. Karena faktanya apa yang di perbincangkan dan seolah menemui titik terang itu tidak pernah terjadi atau sampai di kenyataanya. Sementara itu penegakan hukum jauh berbanding terbalik dengan kasus pencuri ayam, sendal dll. di berbagai daerah yang secara cepat hukumanya di jatuhkan dan terkadang mengabaikan alasan sosiologis. Why?
Padahal jika kita tarik pada hakikatnya sesungguhnya keadilan dalam hukum adalah suatu kewajiban. Artinya tidak ada perbedaan antar Kaum Proletar dan Kaum Borjuis apabila melanggar hukum berarti mereka berada pada posisi dan perlakuan yang sama. Selama dia mencuri entah pejabat ataupun pengemis di posisikan, di perlakukan dan di tempatkan dalam ruang hukum yang sama. Bahkan seharusnya ada tanggung jawab moral yang lebih untuk pejabat yang mencuri mengingat perbedaan strata sosial (bukan hanya dalam ekonomi tetapi jabatan) antara pejabat dan pengemis.
Untuk mengatasi semua ini memang perlu eine umgstaltung von grundauf atau perubahan dari bawah sekali. Yaitu dengan membenahi seluruh sistem (tidak hanya hukum) dengan mengolah kembali untuk mencapai suatu kesepakatan demi keadilan. Dan orientasi dari eine umgstaltung von grundauf ini adalah untuk membentuk manusia yang satyagraha(setia pada kebenaran).
Searang tibalah kita pada pertanyaan-pertanyaan mengenai, Sesungguhnya apa sih keadilan itu? Mengapa setiap manusia menuntut keadilan? Apakah dengan tidak adanya keadilan kehidupan akan berakhir hingga setiap manusia menuntut keadilan?. Pertanyaan seperti ini sering sekali muncul dan di cari jawabanya.
Tetapi membicarakan keadilan adalah membicarakan sesuatu yang abstrak. Dalam memandang suatu keadilan pun bisa di lihat dari berbagai sisi sebagai contoh apa yang menurutku adil belum tentu menurutmu adil. Bahkan ada kata mutiara yang mengatakan "Tidak ada keadilan yang absolut, yang ada hanyalah keadilan menurut siapa yang berbicara".
Dan ternyata ternyata keadilan itu tidak melulu di kaitkan dengan hukum. Keadilan itu sifatnya lebih luas dan universal. Sedikit mengutip ucapan Fritz Adler "men kan de hongrer van een bedelaar niet stillen door hem een grondwet in de hand te stoppen". Orang tidak bisa menghilangkan rasa laparnya seorang pengemis dengan hanya memberikanya UUD.
Sekian dan terima kasih!! (Pembahasan mengenai arti keadilan di lanjutkan di tulisan selanjutnya)
Jumat, 23 Desember 2011
Pondok Pesantren Pabelan
Di Masjid pabelan
Di pojok kota Magelang, bahkan masuk lagi kedalamnya terdapat sebuah pertapaan yang dulu di sebut funduk atau dalam bahasa yunani dikatakan pondokayen yang berarti penginapan. Pertapaan ilmu bagi cantrik atau yang sekarang di sebut santri sungguh menggugah rasa ingin tahuku. Berawal cerita dari seorang kawan, sampailah aku ke sebuah tempat yang konon terkenal itu.
Saya ingin sedikit bercerita, sekitar empat bulan lalu saya mengunjungi sebuah pesantren bernama Pabelan di Magelang. Pesantren yang dilihat dari kondisi cuacanya sangat sejuk dan mendukung sekali untuk proses belajar mengajar yang efektif. Pesantren itu dulunya didirikan oleh lulusan terbaik Gontor yang bernama Hamam atau biasa di kenal Mbah Hamam. Meskipun lulusan Gontor Alm. Mbah Hamam meracik pesantren itu lebih bijaksana daripada Gontor. Dimana siswanya di bebaskan ber eksperi dan bergaya yang jarang sekali di temukan di Gontor yang konon ketat sekali.
Kunjunganku memang tidak begitu lama tetapi aku mendapatkan beberapa hal menarik disana. Seperti misalnya, kehidupan berbahasa para santri yang memakai Bahasa Arab dan Inggris (bilingual), berbagai acara musik modern, pidato bahasa inggris yang di wajibkan setiap satu bulan sekali dll. Di sana saya menemukan sisi-sisi kesegaran dalam belajar Islam dimana Islam di ajarkan secara santun, ramah, modern tidak kasar dan Indonesia banget. Cara didik seperti ini membuat Pabelan banyak sekali mencetak intelektual yang ulama dan ulama yang intelektual seperti Prof. Komarudin Hidayat (rektor UIN Syarif Hidayatullah).
Perjalanan saya disana di pertemukan oleh lelaki bebadan tambun sedikit berkumis yang bernama Pak Najib dan beliau tidak lain adalah anak kandung Alm.Mbah Hamam. Dia begitu sederhana dan terlihat memiliki wawasan yang luas. Aku berbicara niat kunjunganku dan alkhamdulillah dia cukup terbuka.
Obrolan pun terus berlanjut, dari soal kuda yang di milikinya hingga perjalanan kuliahku. Ternyata aku baru tau mantan seorang pekerja pertanian di Filiphina ini sedikit hobi berkuda(kyai, Hobi Berkuda keren juga). Salah satu kudanya dia beri nama sama dengan artis terkenal di Indonesia Luna Maya. Waw hehehe
Akhirnya waktupun semakin larut, aku sudah memikirkan untuk segera pulang. Akhirnya aku berpamitan izin untuk pulang kepadanya. Di panggilah Wahyudo (salah seorang santrinya)
"Ini antarkan Mas Amal carikan bis di depan"
"Baik pa" sahaut wahyudono
Perjalananku di Pabelan akhirnya harus berakhir sudah. Melelahkan, bahagia, penuh ilmu dan meng inspirasi, itulah oleh-oleh yang rasanya saya bawa selepas dari Pabelan. Dan aku akan selalu ingat ucapan dari Pa Najib yang aku dapatkan ketika saya bertanya bagaimana pasang surut quota murid disini?. Dia menjawab "walla yabqa illa wajhu" "tidak ada yang kekal di dunia ini kecuali Allah".
Ya benar tidak ada yang kekal kecuali Allah. Kita harusa terus berusaha dengan kemampuan kita. Tinggalkan kecemasan dan tatap masa depan dengan senyuman. Terima kasih PABELAN, aku pasti kembali.
Di pojok kota Magelang, bahkan masuk lagi kedalamnya terdapat sebuah pertapaan yang dulu di sebut funduk atau dalam bahasa yunani dikatakan pondokayen yang berarti penginapan. Pertapaan ilmu bagi cantrik atau yang sekarang di sebut santri sungguh menggugah rasa ingin tahuku. Berawal cerita dari seorang kawan, sampailah aku ke sebuah tempat yang konon terkenal itu.
Saya ingin sedikit bercerita, sekitar empat bulan lalu saya mengunjungi sebuah pesantren bernama Pabelan di Magelang. Pesantren yang dilihat dari kondisi cuacanya sangat sejuk dan mendukung sekali untuk proses belajar mengajar yang efektif. Pesantren itu dulunya didirikan oleh lulusan terbaik Gontor yang bernama Hamam atau biasa di kenal Mbah Hamam. Meskipun lulusan Gontor Alm. Mbah Hamam meracik pesantren itu lebih bijaksana daripada Gontor. Dimana siswanya di bebaskan ber eksperi dan bergaya yang jarang sekali di temukan di Gontor yang konon ketat sekali.
Kunjunganku memang tidak begitu lama tetapi aku mendapatkan beberapa hal menarik disana. Seperti misalnya, kehidupan berbahasa para santri yang memakai Bahasa Arab dan Inggris (bilingual), berbagai acara musik modern, pidato bahasa inggris yang di wajibkan setiap satu bulan sekali dll. Di sana saya menemukan sisi-sisi kesegaran dalam belajar Islam dimana Islam di ajarkan secara santun, ramah, modern tidak kasar dan Indonesia banget. Cara didik seperti ini membuat Pabelan banyak sekali mencetak intelektual yang ulama dan ulama yang intelektual seperti Prof. Komarudin Hidayat (rektor UIN Syarif Hidayatullah).
Perjalanan saya disana di pertemukan oleh lelaki bebadan tambun sedikit berkumis yang bernama Pak Najib dan beliau tidak lain adalah anak kandung Alm.Mbah Hamam. Dia begitu sederhana dan terlihat memiliki wawasan yang luas. Aku berbicara niat kunjunganku dan alkhamdulillah dia cukup terbuka.
Obrolan pun terus berlanjut, dari soal kuda yang di milikinya hingga perjalanan kuliahku. Ternyata aku baru tau mantan seorang pekerja pertanian di Filiphina ini sedikit hobi berkuda(kyai, Hobi Berkuda keren juga). Salah satu kudanya dia beri nama sama dengan artis terkenal di Indonesia Luna Maya. Waw hehehe
Akhirnya waktupun semakin larut, aku sudah memikirkan untuk segera pulang. Akhirnya aku berpamitan izin untuk pulang kepadanya. Di panggilah Wahyudo (salah seorang santrinya)
"Ini antarkan Mas Amal carikan bis di depan"
"Baik pa" sahaut wahyudono
Perjalananku di Pabelan akhirnya harus berakhir sudah. Melelahkan, bahagia, penuh ilmu dan meng inspirasi, itulah oleh-oleh yang rasanya saya bawa selepas dari Pabelan. Dan aku akan selalu ingat ucapan dari Pa Najib yang aku dapatkan ketika saya bertanya bagaimana pasang surut quota murid disini?. Dia menjawab "walla yabqa illa wajhu" "tidak ada yang kekal di dunia ini kecuali Allah".
Ya benar tidak ada yang kekal kecuali Allah. Kita harusa terus berusaha dengan kemampuan kita. Tinggalkan kecemasan dan tatap masa depan dengan senyuman. Terima kasih PABELAN, aku pasti kembali.
Mencintai dan Menyayangi Ke"negatif"an
Secangkir kopi hitam memanjakan aku yang sedang ingin menikmati betapa indahnya malam ini. Malam ini saya sedikit ingin menjelaskan mengenai maha guru saya yaitu KeNegatifan. Tentunya saya sangat berterima kasih sekali kepada hitam, kepada jahat, kepada bohong, kepada kasar dan lainya yang tentunya tidak bisa saya sebutkan disini. Karena berkat keikhlasan mereka inspirasi ini selalu muncul dan memaknai setiap warna-warni dunia ini.
Mengapa kita sebegitu kejamnya menempatkan mereka dalam kenegatifan? Apakah kita tidak pernah berpikir bahwa mereka itu adalah guru yang perlu kita sayangi?. Apakah kita lupa bahwa merekalah yang melengkapi dunia ini?. Lalu mengapa kita sebegitu sulitnya mencintai atau sekedar menghargai mereka?. Dalam mitos kehidupan tentunya kita di sibukan untuk mencari kebaikan, kujujuran dan kelembutan. Pernahkah kita sadari hadirnya semua itu berkat keikhlasan dari kejahatan, kebohongan dan kekasaran (mereka begitu ikhlas di negatifkan padahal mereka itu mahal).
Kita dapat menilai "oh orang itu sungguh baik", kadang kita tidak sadar bahwa yang mempromosikan kebaikan itu adalah "jahat". Atau kadang kita berkata "aku percaya dia jujur", disini pun kita tidak dapat mengetahui bahwa "bohong" itu menangis. Karena pada hakikatnya yang membuat jujur itu bermakna adalah kebohongan.
Jika kita ingat pada kisah-kisah masa kecil tentang nabi pertama kita Adam A.S. Yang di pertontonkan pertama pada saat itu adalah kebengalan, ketidakpatuhan dan kejahatan yang kerenanya Adam di turunkan ke bumi. Lalu berlanjut pada Qabil yang kita juluki sebagai manusia pembunuh pertama, karena dia membunuh Habil saudara kandungnya. Lagi-lagi di situ kita di suguhkan akan kebohongan serta kejahatan.
Mengapa tuhan tidak memberikan saja kita cerita tentang Adam yang baik, lembut, suci, tanpa ada salah?. Bukankah tuhan sangat mampu menampilkan itu karena dia maha pencipta. Tetapi mengapa kok Tuhan mengawali cerita Adam dengan ketidakpatuhan, berlanjut pada anaknya dengan kejahatan. Mengapa?
Menurut pandangan saya, Ini artinya bahwa untuk menemukan suatu makna ketaudian yang sesungguhnya adalah dengan kita menghargai kenegatifan. Karena hanya dengan itu kita menemukan sisi-sisi yang positif. Putih tentu tidak akan harganya tanpa adanya hitam, yang karenanya hadirlah karya-karya indah. Kesulitan kita menemukan kebaikan, kejujuran dan kelembutan itu sesungguhnya ada pada diri kita yang tidak mau merangkul kejahatan, kebohongan dan kekasaran sebagai guru terhebat dan terikhlas yang perlu kita sayangi.
Sedikit contoh lagi, dahulu kala Rasullah bersabda bahwa kejahatan balaslah dengan kebaikan. Ini kata yang sungguh singkat namun syarat akan makna. Rasullah sebegitu sayangnya pada kejahatan sehingga kejahatan itu harus di balas kebaikan. Rasullah disini ingin mengajarkan kita bahwa di situlah kebaikan menjadi sangat berarti. Dan saat itu pula Rasullah mengangkat serta menghargai kejahatan dengan menempatkan posisi kebaikan sebagai sahabatnya. Bayangkan jika semua yang ada di dunia ini baik semuaaaaaa. Apakah masih bermakna kata baik itu?.
Kesimpulanya adalah jangan pernah menganggap sesuatu yang buruk itu sebagai negatif lagi. Anggaplah itu sebagai ilmu tanamkan bahwa jahat itu romantis , kasar itu cantik, dan bohongpun indah. Keikhlasan mereka memunculkan apa yang dinamakan baik, apa yang di sebut lembut dan apa yang di maksud jujur. Berterima kasihlah pada kebohongan, keburukan dan kebohongan. Jadikan mereka teman kita untuk memulai sesuatu yang baru. Seperti apa yang di gambarkan pada kisah Adam hingga Qabil. Mereka berhasil mencitai dan menyayangi hal-hal negatif sehingga mereka dapat menemukan arti-arti positif sesungguhnya.
Selamat malam.
Kopi darat bersama Bang Amal.
Mengapa kita sebegitu kejamnya menempatkan mereka dalam kenegatifan? Apakah kita tidak pernah berpikir bahwa mereka itu adalah guru yang perlu kita sayangi?. Apakah kita lupa bahwa merekalah yang melengkapi dunia ini?. Lalu mengapa kita sebegitu sulitnya mencintai atau sekedar menghargai mereka?. Dalam mitos kehidupan tentunya kita di sibukan untuk mencari kebaikan, kujujuran dan kelembutan. Pernahkah kita sadari hadirnya semua itu berkat keikhlasan dari kejahatan, kebohongan dan kekasaran (mereka begitu ikhlas di negatifkan padahal mereka itu mahal).
Kita dapat menilai "oh orang itu sungguh baik", kadang kita tidak sadar bahwa yang mempromosikan kebaikan itu adalah "jahat". Atau kadang kita berkata "aku percaya dia jujur", disini pun kita tidak dapat mengetahui bahwa "bohong" itu menangis. Karena pada hakikatnya yang membuat jujur itu bermakna adalah kebohongan.
Jika kita ingat pada kisah-kisah masa kecil tentang nabi pertama kita Adam A.S. Yang di pertontonkan pertama pada saat itu adalah kebengalan, ketidakpatuhan dan kejahatan yang kerenanya Adam di turunkan ke bumi. Lalu berlanjut pada Qabil yang kita juluki sebagai manusia pembunuh pertama, karena dia membunuh Habil saudara kandungnya. Lagi-lagi di situ kita di suguhkan akan kebohongan serta kejahatan.
Mengapa tuhan tidak memberikan saja kita cerita tentang Adam yang baik, lembut, suci, tanpa ada salah?. Bukankah tuhan sangat mampu menampilkan itu karena dia maha pencipta. Tetapi mengapa kok Tuhan mengawali cerita Adam dengan ketidakpatuhan, berlanjut pada anaknya dengan kejahatan. Mengapa?
Menurut pandangan saya, Ini artinya bahwa untuk menemukan suatu makna ketaudian yang sesungguhnya adalah dengan kita menghargai kenegatifan. Karena hanya dengan itu kita menemukan sisi-sisi yang positif. Putih tentu tidak akan harganya tanpa adanya hitam, yang karenanya hadirlah karya-karya indah. Kesulitan kita menemukan kebaikan, kejujuran dan kelembutan itu sesungguhnya ada pada diri kita yang tidak mau merangkul kejahatan, kebohongan dan kekasaran sebagai guru terhebat dan terikhlas yang perlu kita sayangi.
Sedikit contoh lagi, dahulu kala Rasullah bersabda bahwa kejahatan balaslah dengan kebaikan. Ini kata yang sungguh singkat namun syarat akan makna. Rasullah sebegitu sayangnya pada kejahatan sehingga kejahatan itu harus di balas kebaikan. Rasullah disini ingin mengajarkan kita bahwa di situlah kebaikan menjadi sangat berarti. Dan saat itu pula Rasullah mengangkat serta menghargai kejahatan dengan menempatkan posisi kebaikan sebagai sahabatnya. Bayangkan jika semua yang ada di dunia ini baik semuaaaaaa. Apakah masih bermakna kata baik itu?.
Kesimpulanya adalah jangan pernah menganggap sesuatu yang buruk itu sebagai negatif lagi. Anggaplah itu sebagai ilmu tanamkan bahwa jahat itu romantis , kasar itu cantik, dan bohongpun indah. Keikhlasan mereka memunculkan apa yang dinamakan baik, apa yang di sebut lembut dan apa yang di maksud jujur. Berterima kasihlah pada kebohongan, keburukan dan kebohongan. Jadikan mereka teman kita untuk memulai sesuatu yang baru. Seperti apa yang di gambarkan pada kisah Adam hingga Qabil. Mereka berhasil mencitai dan menyayangi hal-hal negatif sehingga mereka dapat menemukan arti-arti positif sesungguhnya.
Selamat malam.
Kopi darat bersama Bang Amal.
Jumat, 09 Desember 2011
Menulislah Dengan Riang dan Gembira (Sehari bersama Iwan Piliang)
Oleh : Bakhrul Amal Maksum
Hari ini Kamis 8 Desember 2011 adalah hari yang sangat membahagiakan bagiku karena akhirnya aku bisa bertemu dengan sosok yang sungguh inspiratif Iwan PIliang. Bang Iwan Piliang itu biasa aku memanggilnya adalah seorang penulis handal yang sudah malang-melintang di berbagai media nasional. Dia belakangan semakin dikenal berkat boomingnya kasus wisma atlet yang melibatkan Nazzarudin. Pada saat boomingnya kasus itu dia menjadi salah satu orang yang berhasil mewawancarai nazzarudin secara detail melalui media skype.
Singkat cerita, pada pertemuan itu aku datang sedikit terlambat dari perjanjian yang telah kita tentukan bersama (aku, Bang Iwan dan dotsemarang) yaitu pukul sepuluh pagi dan bertempat di lemon tea café. Tetapi keterlambatanku bukan tanpa alasan melainkan karena jadwal kuliahku yang bertabrakan dengan pertemuan itu. Aku baru bisa datang ke Lemon Tea Café sekitar pukul sepuluh lebih empat puluh lima menit, tetapi syukurlah aku rupanya beruntung karena acara belum di mulai.
Kedatanganku pada saat itu di barengi dengan kepergian rombongan kru Trans 7 yang sepertinya telah selesai melakukan wawancara dengan Bang Iwan Piliang.
“waduuh siapa ini” sapanya menyambut kedatangku
“Bakhrul Amal bang” sahutku lantang, di barengi dengan jabatan tanganku
“oh iya Bakhrul, sini sini duduk” ajaknya
Akupun di ajak duduk di sebelahnya yang pada waktu itu menggunakan kacamata, kemeja lengan pendek bergaris biru muda dan celana bahan berwarna krem layaknya actor sinetron pada sebuah acara televisi. Di situ ternyata tidak hanya aku dan Thia (salah satu anggota dot semarang yang mempertemukan aku dengan Bang Iwan) tetapi hadir pula tiga orang teman Thia yang lain. Sembari menunggu temanya yang katanya belum lengkap, Bang Iwan sedikit bercerita tentang blog. Dimana di katakan olehnya ketika blog sudah membahas seputar kejadian nasional dan berunsur berita pada saat itu juga terjadi perubahan nama dari blogger menjadi citizen reporter.
Citizen Reporters sendiri rasanya menjadi hal yang sangat istimewa bagi pria kelahiran Padang yang mengaku baru pulang tiga kali selama perantaunya itu, dimana dia secara detail menuliskan bahkan mengabadikan lewat karyanya yang dapat dengan mudah di cari di internet yaitu “Kuliah Umum Seorang Citizen Reporter”. Tanpa sadar kopi mulai habis dan kawan-kawan yang lainpun telah hadir seluruhnya. Akhirnya diapun membuka pertemuan itu dengan menjelaskan latar belakangnya dan sedikit berceritaa mengenai perjalanan hidupnya.
Dari pembukaan yang disampaikanya dapat terlihat jelas bahwa di balik kesederhanaanya terdapat ilmu yang begitu bermanfaat dan sangat rugi rasanya jika tidak ia bagikan. Dan saya dapat menyimpulkan bahwa sangat sempit jika kita menilai seorang Iwan Piliang adalah orang yang tenar karena kasus pencemaran nama baik Alvin atau sangat picik jika kita menilai apa yang di raihnya saat ini adalah berkat nimbrung kasus Nazzarudin. Karena faktanya dia memulai hidupnya sebagai seorang reporters sudah berpuluh-puluh tahun sebelum boomingnya kasus Nazzarudin ataupun Alvin.
Terbukti sejak lulus SMA dia memang sudah memiliki naluri sebagai seorang Jurnalis. Dia memulai kariernya sebagai Jurnalis/Reporters sejak tahun 1983, di perjalanan karirnya dia juga ikut ambil bagian dalam lahirnya majalah Matra, selain itu dia sempat juga menjadi seorang pengusaha kecil-kecilan yang sukses hingga akhirnya dia bisa menjadi seperti sekarang ini. Kelihaianya dalam menulis dengan ekspresi yang begitu indah dan kata-kata yang ciamik pun tak usah di ragukan lagi karena terbukti tulisanya pernah di hargai satu kata dengan harga satu dollar. Waw bukan main………
Bang Iwan lebih menyebut dirinya sebagai Jurnalis Literal tidak sama seperti Andrea Hirata yang biasa di sebut Jurnalis Sastrawi. diskusi itu berlangsung sangat hidup bahkan tidak jarang pula diskusi itu menyentil tingkah laku elite politik kita yang sedang kacau karena korupsi saat ini. Dimana kesenjangan sosial antara kaum borjuis dan proletar menampakan suatu dinamika yang sangat mencekik. Kesenjangan itu di perlihatkan oleh aksi bakar diri di depan istana merdeka sebagai bentuk keputusasaan dan kekecewaan yang sangat mendalam terhadap pemimpin negeri ini.
Yang lebih lucu lagi menurutnya, malam hari di saat kedatanganya di Semarang dia di kagetkan oleh sebuah berita korupsi yang terjadi di Semarang dari salah satu media elektronik. Dimana di dalam berita itu di jelaskan bahwa di hari anti korupsi yang di laksanakan di kota Semarang menghadirkan sebuah cerita lucu, dikarenakan Walikota tuan rumah acara malah tersandung kasus korupsi.
Di tengah perbincangan yang semakin menarik, Bang Iwan meminta izin kepada aku dan kawan-kawan dotsemarang untuk membacakan tulisanya yang berjudul “Memilin Gulali Memilin Hidup di Malioboro”(baca: Kompasiana/iwanpiliang). Cerita itu menghadirkan sebuah kisah yang sangat menarik bahwa diantara ramainya pedagang malioboro ternyata terselip mimpi dari sebuah gerobak gulali. Dari pembacaan cerita itu pula, dia ingin mengajarkan pada kita bahwa aroma, rasa dan suasana yang tidak dapat di jangkau oleh media televisi selama ini sesungguhnya dapat di munculkan lewat kata-kata.
Verbal adalah sebuah pelengkap atau elemen sangat penting selain dari visual, dimana rasa dan aroma itu bisa muncul lewat pilihan kata-kata yang menarik. Seperti contoh “harumnya daun cengkeh di bungkus dalam kertas putih menjadi bulat seukuran bolpoin, terasa padat dan begitu nikmat ketika di taruh di ujung bibir dan di nyalakan dengan sebuah korek api”. Hmmmm “asap masuk dalam kerongkogan menuju lubang hidung dan keluar kembali setengahnya”. (contoh dariku)
Terlalu asik berdiskusi kita tidak sadar bahwa waktu sudah menunjukan pukul setengah dua siang, Bang Iwan pun segera menutup forum diskusi dan mengajak kita mencari makanan khas semarang Bakmie Jowo. Bang Iwan tidak dapat terlalu lama bersama kita karena kebetulan dia harus segera terbang menuju Jakarta pukul empat sore. Tepat pukul dua, akhirnya kita sampai di Bakmie Jowo Doel Noemani yang terletak tepat di hadapan Mall Paragon.
Bang Iwan terlihat begitu lahap menyantap Bakmie Rebus yang di hadirkan dihadapanya sesaat setelah memesan. Terbukti dengan waktu tujuh menit piring yang tadinya berisi bakmie hangat telah bersih tak bersisa (Hehehe). Di penghujung pertemuan sebelum kembali ke Jakarta Bang Iwan menyempatkan waktunya untuk mengabadikan momen indah pertemuan itu dalam jeperetan kamera digital.
“Mal, Abang berangkat dulu” pamitnya
“iya Bang hati-hati, terima kasih banyak atas ilmunya, ini sungguh suatu pengalaman yang sangat berkesan”jawabku sambil menjabat denganya
“semuanya, abang berangkat ya” ucapnya kepada kawan-kawan dari dotsemarang
Dengan berat hati Bang Iwanpun akhirnya berpamitan untuk segera berangkat kembali ke Jakarta dengan di antar oleh seorang kawan menuju bandara.
Tulisan ini hanyalah sedikit gambaran pertemuan yang begitu singkat tetapi menghasilkan diskusi yang merubah kondisiku yang pada saat itu stagnan, menjadi lebih memiliki inspirasi untuk memulai sesuatu yang baru kedepanya. Di akhir tulisan ini sayang ingin sedikit mengutip kata-kata Bang Iwan yang menurutku berisi pesan sarat makna yang sangat menarik dari sekian banyak kata-kata yang menarik yang di ucapkan oleh Bang Iwan,
“Menulis itu bukan menulis, menulis itu membaca, menulis bukan menulis, menulis itu menggunakan segenap indra kita, menulis menggunakan dan memanfaatkan waktu, menulis menentukan premis dan yang terakhir menulislah dengan riang dan gembira”
Terima kasih Bang atas ilmunya hari ini,akhirul kalam “kalau ada sumur di lading boleh kita menumpang mandi, kalau ada umur panjang boleh kita berjumpa lagi”.
Hari ini Kamis 8 Desember 2011 adalah hari yang sangat membahagiakan bagiku karena akhirnya aku bisa bertemu dengan sosok yang sungguh inspiratif Iwan PIliang. Bang Iwan Piliang itu biasa aku memanggilnya adalah seorang penulis handal yang sudah malang-melintang di berbagai media nasional. Dia belakangan semakin dikenal berkat boomingnya kasus wisma atlet yang melibatkan Nazzarudin. Pada saat boomingnya kasus itu dia menjadi salah satu orang yang berhasil mewawancarai nazzarudin secara detail melalui media skype.
Singkat cerita, pada pertemuan itu aku datang sedikit terlambat dari perjanjian yang telah kita tentukan bersama (aku, Bang Iwan dan dotsemarang) yaitu pukul sepuluh pagi dan bertempat di lemon tea café. Tetapi keterlambatanku bukan tanpa alasan melainkan karena jadwal kuliahku yang bertabrakan dengan pertemuan itu. Aku baru bisa datang ke Lemon Tea Café sekitar pukul sepuluh lebih empat puluh lima menit, tetapi syukurlah aku rupanya beruntung karena acara belum di mulai.
Kedatanganku pada saat itu di barengi dengan kepergian rombongan kru Trans 7 yang sepertinya telah selesai melakukan wawancara dengan Bang Iwan Piliang.
“waduuh siapa ini” sapanya menyambut kedatangku
“Bakhrul Amal bang” sahutku lantang, di barengi dengan jabatan tanganku
“oh iya Bakhrul, sini sini duduk” ajaknya
Akupun di ajak duduk di sebelahnya yang pada waktu itu menggunakan kacamata, kemeja lengan pendek bergaris biru muda dan celana bahan berwarna krem layaknya actor sinetron pada sebuah acara televisi. Di situ ternyata tidak hanya aku dan Thia (salah satu anggota dot semarang yang mempertemukan aku dengan Bang Iwan) tetapi hadir pula tiga orang teman Thia yang lain. Sembari menunggu temanya yang katanya belum lengkap, Bang Iwan sedikit bercerita tentang blog. Dimana di katakan olehnya ketika blog sudah membahas seputar kejadian nasional dan berunsur berita pada saat itu juga terjadi perubahan nama dari blogger menjadi citizen reporter.
Citizen Reporters sendiri rasanya menjadi hal yang sangat istimewa bagi pria kelahiran Padang yang mengaku baru pulang tiga kali selama perantaunya itu, dimana dia secara detail menuliskan bahkan mengabadikan lewat karyanya yang dapat dengan mudah di cari di internet yaitu “Kuliah Umum Seorang Citizen Reporter”. Tanpa sadar kopi mulai habis dan kawan-kawan yang lainpun telah hadir seluruhnya. Akhirnya diapun membuka pertemuan itu dengan menjelaskan latar belakangnya dan sedikit berceritaa mengenai perjalanan hidupnya.
Dari pembukaan yang disampaikanya dapat terlihat jelas bahwa di balik kesederhanaanya terdapat ilmu yang begitu bermanfaat dan sangat rugi rasanya jika tidak ia bagikan. Dan saya dapat menyimpulkan bahwa sangat sempit jika kita menilai seorang Iwan Piliang adalah orang yang tenar karena kasus pencemaran nama baik Alvin atau sangat picik jika kita menilai apa yang di raihnya saat ini adalah berkat nimbrung kasus Nazzarudin. Karena faktanya dia memulai hidupnya sebagai seorang reporters sudah berpuluh-puluh tahun sebelum boomingnya kasus Nazzarudin ataupun Alvin.
Terbukti sejak lulus SMA dia memang sudah memiliki naluri sebagai seorang Jurnalis. Dia memulai kariernya sebagai Jurnalis/Reporters sejak tahun 1983, di perjalanan karirnya dia juga ikut ambil bagian dalam lahirnya majalah Matra, selain itu dia sempat juga menjadi seorang pengusaha kecil-kecilan yang sukses hingga akhirnya dia bisa menjadi seperti sekarang ini. Kelihaianya dalam menulis dengan ekspresi yang begitu indah dan kata-kata yang ciamik pun tak usah di ragukan lagi karena terbukti tulisanya pernah di hargai satu kata dengan harga satu dollar. Waw bukan main………
Bang Iwan lebih menyebut dirinya sebagai Jurnalis Literal tidak sama seperti Andrea Hirata yang biasa di sebut Jurnalis Sastrawi. diskusi itu berlangsung sangat hidup bahkan tidak jarang pula diskusi itu menyentil tingkah laku elite politik kita yang sedang kacau karena korupsi saat ini. Dimana kesenjangan sosial antara kaum borjuis dan proletar menampakan suatu dinamika yang sangat mencekik. Kesenjangan itu di perlihatkan oleh aksi bakar diri di depan istana merdeka sebagai bentuk keputusasaan dan kekecewaan yang sangat mendalam terhadap pemimpin negeri ini.
Yang lebih lucu lagi menurutnya, malam hari di saat kedatanganya di Semarang dia di kagetkan oleh sebuah berita korupsi yang terjadi di Semarang dari salah satu media elektronik. Dimana di dalam berita itu di jelaskan bahwa di hari anti korupsi yang di laksanakan di kota Semarang menghadirkan sebuah cerita lucu, dikarenakan Walikota tuan rumah acara malah tersandung kasus korupsi.
Di tengah perbincangan yang semakin menarik, Bang Iwan meminta izin kepada aku dan kawan-kawan dotsemarang untuk membacakan tulisanya yang berjudul “Memilin Gulali Memilin Hidup di Malioboro”(baca: Kompasiana/iwanpiliang). Cerita itu menghadirkan sebuah kisah yang sangat menarik bahwa diantara ramainya pedagang malioboro ternyata terselip mimpi dari sebuah gerobak gulali. Dari pembacaan cerita itu pula, dia ingin mengajarkan pada kita bahwa aroma, rasa dan suasana yang tidak dapat di jangkau oleh media televisi selama ini sesungguhnya dapat di munculkan lewat kata-kata.
Verbal adalah sebuah pelengkap atau elemen sangat penting selain dari visual, dimana rasa dan aroma itu bisa muncul lewat pilihan kata-kata yang menarik. Seperti contoh “harumnya daun cengkeh di bungkus dalam kertas putih menjadi bulat seukuran bolpoin, terasa padat dan begitu nikmat ketika di taruh di ujung bibir dan di nyalakan dengan sebuah korek api”. Hmmmm “asap masuk dalam kerongkogan menuju lubang hidung dan keluar kembali setengahnya”. (contoh dariku)
Terlalu asik berdiskusi kita tidak sadar bahwa waktu sudah menunjukan pukul setengah dua siang, Bang Iwan pun segera menutup forum diskusi dan mengajak kita mencari makanan khas semarang Bakmie Jowo. Bang Iwan tidak dapat terlalu lama bersama kita karena kebetulan dia harus segera terbang menuju Jakarta pukul empat sore. Tepat pukul dua, akhirnya kita sampai di Bakmie Jowo Doel Noemani yang terletak tepat di hadapan Mall Paragon.
Bang Iwan terlihat begitu lahap menyantap Bakmie Rebus yang di hadirkan dihadapanya sesaat setelah memesan. Terbukti dengan waktu tujuh menit piring yang tadinya berisi bakmie hangat telah bersih tak bersisa (Hehehe). Di penghujung pertemuan sebelum kembali ke Jakarta Bang Iwan menyempatkan waktunya untuk mengabadikan momen indah pertemuan itu dalam jeperetan kamera digital.
“Mal, Abang berangkat dulu” pamitnya
“iya Bang hati-hati, terima kasih banyak atas ilmunya, ini sungguh suatu pengalaman yang sangat berkesan”jawabku sambil menjabat denganya
“semuanya, abang berangkat ya” ucapnya kepada kawan-kawan dari dotsemarang
Dengan berat hati Bang Iwanpun akhirnya berpamitan untuk segera berangkat kembali ke Jakarta dengan di antar oleh seorang kawan menuju bandara.
Tulisan ini hanyalah sedikit gambaran pertemuan yang begitu singkat tetapi menghasilkan diskusi yang merubah kondisiku yang pada saat itu stagnan, menjadi lebih memiliki inspirasi untuk memulai sesuatu yang baru kedepanya. Di akhir tulisan ini sayang ingin sedikit mengutip kata-kata Bang Iwan yang menurutku berisi pesan sarat makna yang sangat menarik dari sekian banyak kata-kata yang menarik yang di ucapkan oleh Bang Iwan,
“Menulis itu bukan menulis, menulis itu membaca, menulis bukan menulis, menulis itu menggunakan segenap indra kita, menulis menggunakan dan memanfaatkan waktu, menulis menentukan premis dan yang terakhir menulislah dengan riang dan gembira”
Terima kasih Bang atas ilmunya hari ini,akhirul kalam “kalau ada sumur di lading boleh kita menumpang mandi, kalau ada umur panjang boleh kita berjumpa lagi”.
Sabtu, 03 Desember 2011
Bulan
Rasanya malam ini adalah malam minggu, oh ya betul ini malam minggu. Mengapa aku sampai bisa lupa? hmmm. Sepertinya malam minggu memang tidak terasa terlalu spesial bagiku ( seorang manusia laki-laki yang tidak memiliki kekasih). Menanti pagi tiba aku lebih memilih keluar rumah dan duduk di teras halaman rumah.
Dalam kesendirian itu aku terlarut dan terkesima dengan jutaan bintang yang bertaburan. Mataku melirik dan menatap ke pojok langit, dan tahukah anda apa yang kutemui. Waaaaw, bulan begitu indah, terang, tersenyu dan sangat memanjakan pandanganku. Keindahan bulan itu menuntun kakiku untuk segera berlari munuju kamar dan mengambil kertas serta bolpoin. Dan inilah hasilnya:
Wahai bulan, terangilah mendungku dengan sinarmu yang lembut.
Tatapan sayumu di pojok langitlah yang mampu menumpahkan rinduku malam ini.
Sadarkah bulan, pelarianku pada akhirnya bersembunyi untuk melongok sinarmu.
Hingga saat penaku berputar mencari kata-kata yang terurai.
Kususun bait demi bait, tetapi tak kutemui kelembutan selain sayunya sinarmu.
Sayapku terbang dimana kau hendak menghilang dalam perpisahan dini.
Bijaksana Adalah Ilmu Pengetahuan
Bijaksana, hmmm sepertinya kata ini sering kita dengar, terutama dalam sebuah permasalahan yang berkaitan dengan perdebatan. Ketika ada satu orang mendiskreditkan satunya lagi tetapi yang satunya memilih diam, secara spontanitas kita menyebut dia "bijaksana". Tetapi makna dari bijaksana sendiri itu apa? Seperti apa bentuknya?. Lalu bagaimanakah kita dapat menemukan arti itu dalam kehidupan kita?.
Plato salah satu filsuf terbesar yunani menyebut bahwa kebijaksanaan adalah ilmu pengetahuan, mengapa?. Kebetulan satu minggu terakhir ini saya mencari buku itu, tetapi tidak saya temukan. Padahal saya yakin itu adalah buku yang sangat-sangat menarik untuk di "makan". Dengan keterbatasan itu, maka saya mencoba menerka isi dan maksudnya melalui pandangan saya sendiri dikaji melalui dialektika dengan Ustad Jibril.
Kebijaksanaan adalah sifat menerima tanpa pamrih setiap keadaan tanpa keluhan dan penuh penghargaan terhadap sisi-sisi kehidupan. Kebijaksanaan dalam islam sangat di kenal dalam ilmu tasawwuf, tasawwuf sendiri berasal dari kata safha yang berarti bersih. Disini saya tidak ingin mengulas begitu banyak mengenai tasawwuf, Insya Allah di lain waktu saya angkat keindahan tasawwuf dan sekarang kita kembali ke topik kebijaksanaan.
Pada mulanya kebijaksanaan itu muncul dalam kesendirian, pengalaman bahkan kerohaniaan yang tinggi. Ketiga keadaan itu pula yang memunculkan ilmu pengetahuan. Sehingga keterkaitan antara kebijaksanaa dan ilmu pengetahuan itu sangat teramat dekat. Bahkan pribahasa dalam kamus besar pribahasa Indonesia menyebutkan bahwa "semakin tinggi padi semakin merunduk". Yang artinya semakin berilmu semakin bijaksana.
Untuk memulai tahapan menjadi bijaksana memang tidaklah mudah. Tetapi faktor terbesar yang mempengaruhi kebijaksanaan adalah ilmu. Sekarang ada yang bertanya "kan wakil rakyat kita dan orang-orang atas kita juga ber ilmu, tetapi mengapa mereka tidak bijaksana?". Jawabanya mudah dalam kitab Al-Hikam dikatakan "Pecinta bukanlah orang yg mengharapkan imbalan atau upah dari kekasihnya. Sejatinya pecinta adalah yg mau berkorban untukmu, bukan yg menuntut pengorbanan darimu".
Orang yang benar-benar mencintai ilmu tak mengharapkan apapun selalin kaidah ilmu. Mereka menjadikan ilmu tujuan hidup bukan tujuan hidup memanfaatkan ilmu. Tetapi saat ini begitu banyak orang salah dalam memandang ilmu. Mereka berpikir dengan ilmu mereka bisa menjadi orang kaya ketika ilmu tidak jua membuatnya kaya mereka malas. Mereka berpikir dengan ilmu bisa membuat mereka menang berdebat dengan orang tetapi ketika ilmu itu tidak berguna mereka lalai. Ilmu bukanlah sesuatu teori timbal balik yang membuat kita berpikir dengan ilmu yang begitu mahal kita harus kaya.
Orang yang sisi keilmuanya tinggi memandang ilmu adalah tujuan hidupnya dan apa yang mereka dapatkan hanyalah bonus. Mereka begitu mencintai ilmu dan rela melakukan apapun demi ilmu. Jika kita ibaratkan, kita hendak pergi dari daerah Cirebon menuju Bandung. Bonus yang kita dapatkan adalah kita dapat melihat eloknya majalengka, melihat bukit nan indah di sekitar sumedang, dan gadis-gadis cantik pasundan. Tetapi mereka terus berjalan dan memacu kendaraan menuju ke bandung karena itu hanyalah bonus perjalanan. Itulah totalitas ilmu, ketika kita mampu menjadikan ilmu tujuan maka kita dapat melihat dan menemukan kebijaksanaan.
Dari situ bisa di simpulkan bahwa kebijaksanaan adalah ilmu dan ilmu adalah kebijaksanaan. Orang yang ber ilmu selayaknya memiliki kebijaksanaan yang lebih, saling menghargai dan toleran. Kebijaksanaan tidak bisa di lihat hanya dari ucapan tetapi tindakan. Kecintaan terhadap ilmu membuatnya bijaksana karena ilmu selalu memberi tanpa pamrih.
Sudahkah kita mencintai ilmu untuk bijaksana, ataukah kita hanya memanfaatkan ilmu?. Kita harus selalu semangat dan sama-sama mengikhlasan hidup demi Ilmu agar kita mampu bijaksana. Dalam budaya pesantren ada doa yang begitu indah dan penuh makna, begini buninya "Allahumma Nawwir Qulubana Bi-Nuri Hidayatika Kama Nawwartal Ardla Bi-Nuri
Syamsika Abadan, Abadan, Abadan, Birohmatika Ya Arhamarohimin ( Ya Allah terangilah hati kami dengan cahaya hidayahmu seperti engaku terangi bumi ini dengan cahaya matahari selama-lamanya, berkat kasih sayangmu wahai
dzat yang sebaik-baik melimpahkan cinta kasih sayang).
-10 = 10
Oleh : Bakhrul Amal Maksum
Sepuluh tahun lalu, tepatnya ketika umurku baru berkisar 10 tahun aku begitu memiliki keingan yang tinggi untuk menjadi Astronot. Yang aku tau saat itu, dengan menjadi astronot aku bisa berkeliling ke luar angkasa, melihat keindahan langit dengan jarak pandang yang lebih dekat.
Kebutulan aku begitu senang dengan keindahan, dan keindahan menurutku adalah luar angkasa sana. Dimana Bumi mengelilingi matahari bulan mengilingi bumi dan mars begitu setia mengikuti, serta bintang-bintang yang berkelip menari di tengah gelap. Aku sangat ingat ketika Kompas menjelaskan serta memberi gambar mengenai rasi bintang. Bagaimana Pisces, bagaimana taurus, scorpio dan lain-lain terbentuk melalui titik indah aksioma.
Siang harinya, tepat ketika aku pulang sekolah ayahku meberikan koran kompas yang membahas mengenai rasi bintang bagaimana bintang-bintang terbentuk. Karena begitu gembiranya aku segera keluar dan menatap langit, yaah ternyata aku lupa bahwa bintang hanya terlihat malam hari.
Singkat cerita akupun segera tidur dan berharap malam lebih cepat datang. Akhirnya malam datang juga, selesai sholat dan mengaji aku begegas keluar kehalaman rumah. Di temani koran yang di berikan ayahku, aku mencoba mencocokan rasi bintang tersebut. Dan waaaaw ternyata begitu Indahnya dunia luar angkasa sana dengan berbagai rahasianya.
Kecintaanku pada angkasa luar membuatku semakin ingin tahu dan ingin tahu. Tetapi semakin dewasanya usiaku minatku akan dunia ke astronomi semakin menghilang. Tetapi menghilang yang bukan berarti tidak ada, tetapi menghilang yang berarti ada.
Hingga saat ini aku selalu berusaha dan bermimpi untuk dapat kesana. Meskipun itu tidak mungkin tetapi setidaknya khayalanku mewakili kemungkinan itu. Karena langit aku berkarya, karena langit aku berpikir, karena langit aku menjadi kuat dan karena langit aku berilmu.
Luar angkasa sana yang mengajariku bahwa seluruh keindahan itu tidak harus di perlihatkan. Biarkan orang takjub dengan sendirinya ketika mengetahuinya. Luar angakasa yang mengajarkanku bahwa sebagian keindahan itu dapat terlihat dimana perbedaan bersatu. Dimana bintang yang berkelip indah hanya dapat terlihat ketika bumi yang gelap karena matahari menyinari bagian yang lainya.
Sepuluh tahun lalu, tepatnya ketika umurku baru berkisar 10 tahun aku begitu memiliki keingan yang tinggi untuk menjadi Astronot. Yang aku tau saat itu, dengan menjadi astronot aku bisa berkeliling ke luar angkasa, melihat keindahan langit dengan jarak pandang yang lebih dekat.
Kebutulan aku begitu senang dengan keindahan, dan keindahan menurutku adalah luar angkasa sana. Dimana Bumi mengelilingi matahari bulan mengilingi bumi dan mars begitu setia mengikuti, serta bintang-bintang yang berkelip menari di tengah gelap. Aku sangat ingat ketika Kompas menjelaskan serta memberi gambar mengenai rasi bintang. Bagaimana Pisces, bagaimana taurus, scorpio dan lain-lain terbentuk melalui titik indah aksioma.
Siang harinya, tepat ketika aku pulang sekolah ayahku meberikan koran kompas yang membahas mengenai rasi bintang bagaimana bintang-bintang terbentuk. Karena begitu gembiranya aku segera keluar dan menatap langit, yaah ternyata aku lupa bahwa bintang hanya terlihat malam hari.
Singkat cerita akupun segera tidur dan berharap malam lebih cepat datang. Akhirnya malam datang juga, selesai sholat dan mengaji aku begegas keluar kehalaman rumah. Di temani koran yang di berikan ayahku, aku mencoba mencocokan rasi bintang tersebut. Dan waaaaw ternyata begitu Indahnya dunia luar angkasa sana dengan berbagai rahasianya.
Kecintaanku pada angkasa luar membuatku semakin ingin tahu dan ingin tahu. Tetapi semakin dewasanya usiaku minatku akan dunia ke astronomi semakin menghilang. Tetapi menghilang yang bukan berarti tidak ada, tetapi menghilang yang berarti ada.
Hingga saat ini aku selalu berusaha dan bermimpi untuk dapat kesana. Meskipun itu tidak mungkin tetapi setidaknya khayalanku mewakili kemungkinan itu. Karena langit aku berkarya, karena langit aku berpikir, karena langit aku menjadi kuat dan karena langit aku berilmu.
Luar angkasa sana yang mengajariku bahwa seluruh keindahan itu tidak harus di perlihatkan. Biarkan orang takjub dengan sendirinya ketika mengetahuinya. Luar angakasa yang mengajarkanku bahwa sebagian keindahan itu dapat terlihat dimana perbedaan bersatu. Dimana bintang yang berkelip indah hanya dapat terlihat ketika bumi yang gelap karena matahari menyinari bagian yang lainya.
Jumat, 02 Desember 2011
Akhir Bulan di Tahun 2011 ( i'm gifted so are you!)
Oleh: BAkhrul Amal Maksum
DESEMBER, hmmmmmm Desember ini sejujurnya masih begitu banyak targetku yang terbengkalai. Tetapi secara kesuluruhan akhir bulan ini membuatku sedikit bersantai karena target-target pokok dan target yang tidak terpikirkan alhamdulillah tercapai dengan baik. Bagaimana dengan kalian? Tentunya harapanku kalian juga mendapat kabar gembira di akhir tahun ini.
Aku tidak jauh berbeda dengan kalian yang pastinya selalu memiliki target-target penting di setiap tahunya. Entah itu kesuksesan akademik, ekonomi, percintaan bahkan tidak sedikit pula yang menargetkan berat badan bisa turun melalui program diet yang ketat hehehe. Di antara target yang aku susun pastinya aku memiliki target pokok dan target cadangan yang aku yakin kalianpun memilikinya.
Target yang utama biasa aku sebut dengan target pokok dan target apabila terjadi sesuatu yang tidak aku inginkan biasanya aku sebut target cadangan. Aku memulai tahun 2011 dengan begitu banyak pengharapan tinggi yang tentunya dengan keadaan yang tidak sesuai dengan keadaanku. Aku tidak pandai dalam akademik dan tidak pula sukses dalam mencoba usaha, bisa di bilang hidupku hanya bermodal percaya diri dan semangat saja.
Sedikit cerita, dari awal 2010 hingga akhir 2010 susunan rencanaku kacau balau dan kekecewaanku memuncak hingga akhirnya sempat terpikir olehku untuk tidak memasang target apapun di 2011. Rasa kekecewaanku pada 2010 menuntunku meniju rak buku di pojok perpustakaan, tepatnya di antara dua lemari utama. Di situ aku membaca berbagai buku dan dari situ pula aku menemukan sebuah buku yang cukup menarik menurutku judulnya “Smart Learning Technology” karangan Adam Khoo.
Singkat cerita buku itu memulai inspirasiku dengan semangat-semangatnya dan membangkitkan kembali api di kala kecil yang hampir padam karena tidak pernah ku coba untuk mengganti dengan lilin yang baru. Buku itu sedikit memberiku beberapa lilin untuk siap menggantikan lilin yang hamper cair. Bagi anda yang saat ini sedikit kehilangan semangatnya bisa mencoba untuk membaca buku “Smart Learning Technology”. Semoga membantu.
Sebagai penutup aku ingin memberikan kalian kata motivasi dalam menjalani hidup ini “jika menyerah saja masih membuatmu tetap berusaha bayangkan jika kamu tidak pernah menyerah”. Tetaplah berusaha dan jangan lah menyerah, karena menyeraha atau tidak itu tetap saja akan menempatkanmu dalam keadaan berusaha.
DESEMBER, hmmmmmm Desember ini sejujurnya masih begitu banyak targetku yang terbengkalai. Tetapi secara kesuluruhan akhir bulan ini membuatku sedikit bersantai karena target-target pokok dan target yang tidak terpikirkan alhamdulillah tercapai dengan baik. Bagaimana dengan kalian? Tentunya harapanku kalian juga mendapat kabar gembira di akhir tahun ini.
Aku tidak jauh berbeda dengan kalian yang pastinya selalu memiliki target-target penting di setiap tahunya. Entah itu kesuksesan akademik, ekonomi, percintaan bahkan tidak sedikit pula yang menargetkan berat badan bisa turun melalui program diet yang ketat hehehe. Di antara target yang aku susun pastinya aku memiliki target pokok dan target cadangan yang aku yakin kalianpun memilikinya.
Target yang utama biasa aku sebut dengan target pokok dan target apabila terjadi sesuatu yang tidak aku inginkan biasanya aku sebut target cadangan. Aku memulai tahun 2011 dengan begitu banyak pengharapan tinggi yang tentunya dengan keadaan yang tidak sesuai dengan keadaanku. Aku tidak pandai dalam akademik dan tidak pula sukses dalam mencoba usaha, bisa di bilang hidupku hanya bermodal percaya diri dan semangat saja.
Sedikit cerita, dari awal 2010 hingga akhir 2010 susunan rencanaku kacau balau dan kekecewaanku memuncak hingga akhirnya sempat terpikir olehku untuk tidak memasang target apapun di 2011. Rasa kekecewaanku pada 2010 menuntunku meniju rak buku di pojok perpustakaan, tepatnya di antara dua lemari utama. Di situ aku membaca berbagai buku dan dari situ pula aku menemukan sebuah buku yang cukup menarik menurutku judulnya “Smart Learning Technology” karangan Adam Khoo.
Singkat cerita buku itu memulai inspirasiku dengan semangat-semangatnya dan membangkitkan kembali api di kala kecil yang hampir padam karena tidak pernah ku coba untuk mengganti dengan lilin yang baru. Buku itu sedikit memberiku beberapa lilin untuk siap menggantikan lilin yang hamper cair. Bagi anda yang saat ini sedikit kehilangan semangatnya bisa mencoba untuk membaca buku “Smart Learning Technology”. Semoga membantu.
Sebagai penutup aku ingin memberikan kalian kata motivasi dalam menjalani hidup ini “jika menyerah saja masih membuatmu tetap berusaha bayangkan jika kamu tidak pernah menyerah”. Tetaplah berusaha dan jangan lah menyerah, karena menyeraha atau tidak itu tetap saja akan menempatkanmu dalam keadaan berusaha.
Netizenology
Oleh : Bakhrul Amal Maksum
Beberapa tahun terakhir ini masyarakat Indonesia memiliki suatu kebiasaan baru dan seolah menjadi gaya hidup yang biasa kita kenal dalam bahasa sehari-hari dengan sebutan Online. Mereka yang biasa menggunakan media internet untuk melakukan aktifitas dalam kelompok sosial di sebut dengan Netizen. Netizen sendiri adalah sekumpulan atau penduduk dunia maya yang memiliki keterlibatan aktif dalam komunitas online dan biasa menggunakan internet di rumah, di kantor maupun sekolah untuk kegiatan sosial.
Pengaruh serta persaingan global yang semakin menggila membuat fenomena online tidak salah jika kita jadikan sebagai suatu kebutuhan hidup. Dari mulai sekedar mencari informasi dan berita hingga melakukan aktifitas sosial universal seperti menggunakan Facebook, twitter serta forum lainya dapat di lakukan dengan cara
Online. Penyajianya yang tidak terlalu sulit dan bisa di bilang sangatlah mudah memang membuat begitu banyak orang tertarik dan mendadak menjadi Netizen.
Bagitu banyaknya pilihan dalam melakukan aktifitas online memang menjadi salah satu daya tarik mengapa online saat ini begitu digemari. Selain mencari berita dan melakukan kegiatan sosial para Netizen juga di berikan kebebasan dalam mengekspresikan atau menunjukan bakatnya agar lebih di kenal oleh khalayak luas.
Karena tidak sedikit pula Superstar yang mengawali kariernya memanfaatkan media internet ini, kita ambil contoh artis muda terkenal di dunia saat ini Justin Bieber.
Begitu seringnya saya melakukan aktifitas dalam dunia maya membuat saya sedikit tahu dan mengenal bahwa sesungguhnya tidak sedikit pula potensi anak muda kita yang tidak kalah hebatnya dan memiliki potensi superstar seperti Justin Bieber. Kita ambil contoh Udin seorang pemuda lombok yang namanya melambung lewat hits singlenya yang begitu kreatif Udin Sadunia. Sama seperti Bieber, Udin pun terkenal melalui media Youtube. Dan tentunya masih banyak lagi yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu disini.
Akan tetapi kemudahan yang di tawarkan ini tidak selamanya serta merta di ikuti oleh kegiatan yang positif pula. Begitu mudahnya akses internet ini juga terkadang membuat seseorang sedikit mengabaikan etika dan cenderung lupa akan pentingnya apresiasi terhadap karya orang lain. Oleh karena itu saya membagi Netizen menjadi tiga bagian yaitu Netizen Aktif , Netizen Positif dan Netizen Negatif sebagai Netizenology.
A.Netizen Aktif
Netizen aktif adalah mereka yang menggunakan media internet tidak hanya sekedar browsing tetapi mereka juga berkarya. Mereka begitu kreatif dan cenderung menyukai hal-hal baru dalam dunia internet. Selain itu mereka juga pandai memanfaatkan kemajuan tekhnologi untuk mempromosikan dirinya atau bahkan orang lain.
Kemudahan yang tersedia dengan cara menggunakan internet ini mereka gunakan dengan sebaik mungin. Seperti misalnya mereka suka menulis, mereka publish tulisan itu melalui media Blog, wordpress dll. Dan mereka yang memiliki kelebihan sebagai seorang penghibur mereka menyebarkan keahlianya melalui youtube, reverbration dan banyak pilihan lainya. Adapula yang memanfaatkan media internet ini untuk mengembangkan usahanya. Melalui bisnis online dengan sistem kirim transfers sejenis Online Shop yang tentunya legal.
Kreatifitas mencipta yang mereka gabungkan dengan media internet ini menunjukan rasa tanggung jawab. Dimana mereka mencoba untuk tidak menjadi plagiat dengan rasa percaya diri yang tinggi. Kreatifitas yang mereka lakukan ini menunjukan rasa tanggung jawab yang tinggi sebagai seorang Netizen.
B.Netizen Pasif
Mereka yang menggunakan media internet sewaktu-waktu dan sekedar menghilangkan rasa jenuh di tengah kesibukan sehari-hari dengan memanfaatkan jejaring sosial adalah
Netizen Pasif. Netizen Pasif biasanya menggunakan internet hanya sekedar ingin terlihat "eksis" melalui jejaring sosial seperti facebook, twitter, skype, ym dan jejaring sosial lainya. Mereka memanfaatkan media internet ini guna berkomunikasi dengan sahabat-sahabat dekat bahkan kawan di luar negeri dengan media chating ataupun webcam. Biasanya mereka juga memanfaatkan jejaring sosial ini untuk mengekspresikan suasana hati dan kondisi sekitarnya dengan menuliskanya di status atau personal message.
C.Netizen Negatif
Selain Netizen Aktif dan Pasif adapula Netizen Negatif, Netizen Negatif adalah mereka yang memanfaatkan kecanggihan internet untuk sebuah tindakan yang merugikan baik untuk dirinya maupun orang lain. Seperti Cyber Crime, Pornografi dan masalah-masalah klaim yang seolah di sepelekan akhir-akhir ini.
1.Cyber Crime
Contoh sederhananya adalah aksi penipuan online seperti menjual berbagai macam barang dengan harga murah tetapi pada saat di bayarkan teryata barang yang di pesan tidak kunjung datang. Mereka Aktif dan rela berjam-jam menghabiskan waktu di depan komputer guna mengawasi korbanya. Dan yang perlu di perhatikan adalah Cyber Crime ini mulai marak di Indonesia karena mereka melihat perekonomian bangsa kita yang tidak stabil.
2.Pornografi
Selain cyber crime adapula hal lain yang masuk kategori Netizen Negatif yaitu penggemar setia situs porno. Mereka sangat aktif bahkan merelakan waktunya hanya demi satu buah judul video porno dengan kualitas baik dan berdurasi lama yang kira-kira bisa memakan waktu tiga jam untuk mendownloadnya. Mereka bahkan berani mengabaikan peraturan pemerintah yang sudah berusaha menutup situs porno demi memuaskan hasrat dengan melihat gambar manusia tanpa busana.
3.Klaim
Yang paling sering kita lihat dan mungkin kitapun melakukan adalah kasus klaim seperti memanfaatkan media internet untuk sekedar mencari tugas dengan cara mengcopynya lalu di jadikan tugasnya. Tidak berfikir bahwa itu adalah karya orang yang seharusnya mereka hargai tetapi mereka klaim menjadi karyanya dengan sebutan tugas. Ini adalah sebuah gambaran lunturnya rasa tanggung jawab dalam ber internet. Kasus klaim yang sering kita lihat lagi adalah mereka yang sengaja memposting tulisan tanpa izin dengan tidak mencantumkan siapa pemilik karya asli tersebut. Keterbatasan waktu adalah alasan paling tepat, karena dengan hanya mengcopy lalu mempastekan tulisan orang lain tidak memerlukan waktu yang lama serta energy berfikir yang ekstra..
PENUTUP
Dari pembagian Netizen ini tentunya kita dapat memberikan kredit point tersendiri bagi Netizen Aktif , Pasif dan Negatif. Sekaligus membuktikan bahwa dalam dunia internet itu ternyata tidak melulu mengahdirkan sesuatu yang positif tetapi ada pula hal-hal negative yang tentunya memberikan dampak masing-masing bagi individunya. Etika dalam bernetizen ini perlu kita tingkatkan kembali, karena dengan tanggung jawab dan pemanfaatan internet yang mempunyai etika akan mampu menumbuhkan rasa kreatifitas.
Dalam harapan saya suatu saat nanti Indonesian Young Netizen dapat membuat satu jejaring sosial sejenis facebook tetapi di khusukan bagi penduduk Indonesia seperti apa yang dilakukan China dengan Renren dan SNS nya. Dimana dalam jejaring sosial khusus Indonesia itu kita tidak hanya sekedar bertegur sapa tetapi juga dapat berkompetisi dan menunjukan kreatifitas. Ide jejaring sosial yang khusus ini saya harapkan agar nantinya kita lebih mudah untuk mengontrol dan menilai sendiri kreatifitas bangsa kita terutama kaula mudanya.
Dan yang terpenting jejaring sosial itu dapat kita gunakan sebagai ajang berkompetisi dari menulis hingga hiburan yang qualified bagi pemuda kreatif Indonesia. Maju terus Indonesia, tunjukan Indonesia ini negara yang kreatif dan nilai lebih dari manusia yang kreatif adalah mampu untuk bertanggung jawab.
Beberapa tahun terakhir ini masyarakat Indonesia memiliki suatu kebiasaan baru dan seolah menjadi gaya hidup yang biasa kita kenal dalam bahasa sehari-hari dengan sebutan Online. Mereka yang biasa menggunakan media internet untuk melakukan aktifitas dalam kelompok sosial di sebut dengan Netizen. Netizen sendiri adalah sekumpulan atau penduduk dunia maya yang memiliki keterlibatan aktif dalam komunitas online dan biasa menggunakan internet di rumah, di kantor maupun sekolah untuk kegiatan sosial.
Pengaruh serta persaingan global yang semakin menggila membuat fenomena online tidak salah jika kita jadikan sebagai suatu kebutuhan hidup. Dari mulai sekedar mencari informasi dan berita hingga melakukan aktifitas sosial universal seperti menggunakan Facebook, twitter serta forum lainya dapat di lakukan dengan cara
Online. Penyajianya yang tidak terlalu sulit dan bisa di bilang sangatlah mudah memang membuat begitu banyak orang tertarik dan mendadak menjadi Netizen.
Bagitu banyaknya pilihan dalam melakukan aktifitas online memang menjadi salah satu daya tarik mengapa online saat ini begitu digemari. Selain mencari berita dan melakukan kegiatan sosial para Netizen juga di berikan kebebasan dalam mengekspresikan atau menunjukan bakatnya agar lebih di kenal oleh khalayak luas.
Karena tidak sedikit pula Superstar yang mengawali kariernya memanfaatkan media internet ini, kita ambil contoh artis muda terkenal di dunia saat ini Justin Bieber.
Begitu seringnya saya melakukan aktifitas dalam dunia maya membuat saya sedikit tahu dan mengenal bahwa sesungguhnya tidak sedikit pula potensi anak muda kita yang tidak kalah hebatnya dan memiliki potensi superstar seperti Justin Bieber. Kita ambil contoh Udin seorang pemuda lombok yang namanya melambung lewat hits singlenya yang begitu kreatif Udin Sadunia. Sama seperti Bieber, Udin pun terkenal melalui media Youtube. Dan tentunya masih banyak lagi yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu disini.
Akan tetapi kemudahan yang di tawarkan ini tidak selamanya serta merta di ikuti oleh kegiatan yang positif pula. Begitu mudahnya akses internet ini juga terkadang membuat seseorang sedikit mengabaikan etika dan cenderung lupa akan pentingnya apresiasi terhadap karya orang lain. Oleh karena itu saya membagi Netizen menjadi tiga bagian yaitu Netizen Aktif , Netizen Positif dan Netizen Negatif sebagai Netizenology.
A.Netizen Aktif
Netizen aktif adalah mereka yang menggunakan media internet tidak hanya sekedar browsing tetapi mereka juga berkarya. Mereka begitu kreatif dan cenderung menyukai hal-hal baru dalam dunia internet. Selain itu mereka juga pandai memanfaatkan kemajuan tekhnologi untuk mempromosikan dirinya atau bahkan orang lain.
Kemudahan yang tersedia dengan cara menggunakan internet ini mereka gunakan dengan sebaik mungin. Seperti misalnya mereka suka menulis, mereka publish tulisan itu melalui media Blog, wordpress dll. Dan mereka yang memiliki kelebihan sebagai seorang penghibur mereka menyebarkan keahlianya melalui youtube, reverbration dan banyak pilihan lainya. Adapula yang memanfaatkan media internet ini untuk mengembangkan usahanya. Melalui bisnis online dengan sistem kirim transfers sejenis Online Shop yang tentunya legal.
Kreatifitas mencipta yang mereka gabungkan dengan media internet ini menunjukan rasa tanggung jawab. Dimana mereka mencoba untuk tidak menjadi plagiat dengan rasa percaya diri yang tinggi. Kreatifitas yang mereka lakukan ini menunjukan rasa tanggung jawab yang tinggi sebagai seorang Netizen.
B.Netizen Pasif
Mereka yang menggunakan media internet sewaktu-waktu dan sekedar menghilangkan rasa jenuh di tengah kesibukan sehari-hari dengan memanfaatkan jejaring sosial adalah
Netizen Pasif. Netizen Pasif biasanya menggunakan internet hanya sekedar ingin terlihat "eksis" melalui jejaring sosial seperti facebook, twitter, skype, ym dan jejaring sosial lainya. Mereka memanfaatkan media internet ini guna berkomunikasi dengan sahabat-sahabat dekat bahkan kawan di luar negeri dengan media chating ataupun webcam. Biasanya mereka juga memanfaatkan jejaring sosial ini untuk mengekspresikan suasana hati dan kondisi sekitarnya dengan menuliskanya di status atau personal message.
C.Netizen Negatif
Selain Netizen Aktif dan Pasif adapula Netizen Negatif, Netizen Negatif adalah mereka yang memanfaatkan kecanggihan internet untuk sebuah tindakan yang merugikan baik untuk dirinya maupun orang lain. Seperti Cyber Crime, Pornografi dan masalah-masalah klaim yang seolah di sepelekan akhir-akhir ini.
1.Cyber Crime
Contoh sederhananya adalah aksi penipuan online seperti menjual berbagai macam barang dengan harga murah tetapi pada saat di bayarkan teryata barang yang di pesan tidak kunjung datang. Mereka Aktif dan rela berjam-jam menghabiskan waktu di depan komputer guna mengawasi korbanya. Dan yang perlu di perhatikan adalah Cyber Crime ini mulai marak di Indonesia karena mereka melihat perekonomian bangsa kita yang tidak stabil.
2.Pornografi
Selain cyber crime adapula hal lain yang masuk kategori Netizen Negatif yaitu penggemar setia situs porno. Mereka sangat aktif bahkan merelakan waktunya hanya demi satu buah judul video porno dengan kualitas baik dan berdurasi lama yang kira-kira bisa memakan waktu tiga jam untuk mendownloadnya. Mereka bahkan berani mengabaikan peraturan pemerintah yang sudah berusaha menutup situs porno demi memuaskan hasrat dengan melihat gambar manusia tanpa busana.
3.Klaim
Yang paling sering kita lihat dan mungkin kitapun melakukan adalah kasus klaim seperti memanfaatkan media internet untuk sekedar mencari tugas dengan cara mengcopynya lalu di jadikan tugasnya. Tidak berfikir bahwa itu adalah karya orang yang seharusnya mereka hargai tetapi mereka klaim menjadi karyanya dengan sebutan tugas. Ini adalah sebuah gambaran lunturnya rasa tanggung jawab dalam ber internet. Kasus klaim yang sering kita lihat lagi adalah mereka yang sengaja memposting tulisan tanpa izin dengan tidak mencantumkan siapa pemilik karya asli tersebut. Keterbatasan waktu adalah alasan paling tepat, karena dengan hanya mengcopy lalu mempastekan tulisan orang lain tidak memerlukan waktu yang lama serta energy berfikir yang ekstra..
PENUTUP
Dari pembagian Netizen ini tentunya kita dapat memberikan kredit point tersendiri bagi Netizen Aktif , Pasif dan Negatif. Sekaligus membuktikan bahwa dalam dunia internet itu ternyata tidak melulu mengahdirkan sesuatu yang positif tetapi ada pula hal-hal negative yang tentunya memberikan dampak masing-masing bagi individunya. Etika dalam bernetizen ini perlu kita tingkatkan kembali, karena dengan tanggung jawab dan pemanfaatan internet yang mempunyai etika akan mampu menumbuhkan rasa kreatifitas.
Dalam harapan saya suatu saat nanti Indonesian Young Netizen dapat membuat satu jejaring sosial sejenis facebook tetapi di khusukan bagi penduduk Indonesia seperti apa yang dilakukan China dengan Renren dan SNS nya. Dimana dalam jejaring sosial khusus Indonesia itu kita tidak hanya sekedar bertegur sapa tetapi juga dapat berkompetisi dan menunjukan kreatifitas. Ide jejaring sosial yang khusus ini saya harapkan agar nantinya kita lebih mudah untuk mengontrol dan menilai sendiri kreatifitas bangsa kita terutama kaula mudanya.
Dan yang terpenting jejaring sosial itu dapat kita gunakan sebagai ajang berkompetisi dari menulis hingga hiburan yang qualified bagi pemuda kreatif Indonesia. Maju terus Indonesia, tunjukan Indonesia ini negara yang kreatif dan nilai lebih dari manusia yang kreatif adalah mampu untuk bertanggung jawab.
Sabtu, 19 November 2011
SOLIDARITAS
Oleh : Bakhrul Amal Maksum
SOLIDARITAS atau Konsolidasi, Kreatifitas Anak Bangsa adalah organisasi pemuda yang berdiri dan sampai saat ini hanya berada di Cirebon yang awal kemunculanya bisa di bilang secara tiba-tiba. Mengapa saya dapat mengatakan seperti itu? Karena mungkin deklarasi dan awal pembentukanya pun tidak melibatkan keseluruhan anggota yang tergabung di dalamnya. Di awali dari inisiatif seorang yang luar biasa peduli terhadap kehidupan pertemanan dia adalah Benny Suhada. Dalam khayalanya yang begitu tinggi dia begitu menginginkan suatu perubahan dalam kehidupan pertemanan atau yang dalam Hindu dikenal dengan “tat twam asi” yang berarti “aku adalah dia dan dia adalah aku” yang terkesan terlupakan. Dimana yang dia rasakan saat itu saling sapa, saling bertukar kabar, saling membantu dan menolong seolah semakin jarang dirasakan lagi.
Singkat cerita tiba juga empat hari yang sungguh melelahkan yaitu 19 Februari 2010 hingga 23 Februari. Dibantu oleh kawanya Gibrand secara sukarela dia mengirimkan pesan singkat kepada kawan-kawan untuk meminta persetujuan membentuk organisasi serta mencantumkan berbagai nama sebagai pengisi kepengurusan. Hingga akhirnya pada tanggal yang sama dengan tanggal ulang tahun saya yaitu 24 Februari 2010 di Kota Cirebon lahirlah SOLIDARITAS. Suatu organisasi yang terkesan “anak muda banget” karena yang tertua pada saat itu adalah Jenny Azis (sekretaris SLDS) yang berumur 21 tahun.
SOLIDARITAS memang pada awalnya di bentuk untuk mempersatukan kembali kawan-kawan yang mulai jauh karena lokasi kuliah yang berbeda-beda di berbagai kota. Tetapi dewasa ini SOLIDARITAS tumbuh dan semakin dewasa dan berani berbicara permasalahan sosial. Yang pada awalnya hanya memiliki niat untuk mempersatukan kembali kawan-kawan berubah lebih besar lagi untuk mempersatukan masyarakat Cirebon pada umumnya.
Lelah dan muak dengan penyampaian aspirasi yang tidak menyelesaikan masalah dan hanya menimbulkan masalah baru bahkan berujung kekerasan membuat SOLIDARITAS tergerak hatinya untuk mengusung misi Perdamaian.
SOLIDARITAS menapak jalanya dengan hati penuh damai dan mengedepankan musyawarah yang tidak jauh berbeda dengan organisasi lainya pada umumnya. Tetapi yang membedakan SOLIDARITAS dengan organisasi lainya adalah, SOLIDARITAS mencoba untuk menjadi penengah, fasilitator atau pihak yang senantiasa menemukan pihak-pihak bertikai dan lebih mengedepankan musyawarah di dalam penyelesaian masalah. SOLIDARITAS sebagai organisasi yang begitu mencintai Indonesia mencoba untuk mengamalkan sila ke 4 dari Pancasila yaitu “kerakyatan yang di pimpin oleh khidmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”.
Misi damai yang di usung sejak awal kelahiranya membuat SOLIDARITAS memiliki keinginan luhur yang begitu tinggi terhadap Perdamaian. Dan berpikir bahwa “setiap masalah bisa di carikan jalan keluarnya tanpa ada satu pihak merasa disakiti ataupun tersakiti” yaitu dengan Musyawarah Mufakat..
Kita ketahui bersama bahwa setiap permasalahan yang hadir dan timbul di Indonesia bahkan dunia baik sesama masyarakat maupun masyarakat dengan pemerintah, jarang atau bahkan jauh sekali menemukan titik temu. Ke egoisan kedua belah pihak menyebabkan nilai-nilai kebersamaan dan kemanusia terkadang di kesampingkan. Berbagai argument pembenar di hadirkan demi menuntut sebuah keadilan dan kemenangan yang hanya menimbulkan ketidakpuasan ketika salah satu pihak di kalahkan. Tidak hanya ketidak puasan yang di hasilkan tetapi jauh dari itu, yaitu keinginan membalas dendam.
Contoh nyata adalah tragedy Hitler sang der fuhrer, dia begitu kuat bersemangat memiliki keinginan mengusai dunia. Yang menjadi sorotan adalah keingananya itu di ikuti dengan pembunuhan berantai atau kejahatan genocide terhadap kaum-kaum Yahudi. Kekejaman Hitler itu tentu menjadi tanda tanya tersendiri dan ternyata ketika di selidiki ternyata pada masa kecilnya Hitler kerap mendapat penghinaan dari kaum Yahudi. Sungguh tragis bukan kekuatan balas dendam dan ini adalah contoh, andaikan dulu permasalahan Hitler dengan Yahudi di selesaikan dengan baik tentu tidak akan menimbulkan dendam yang begitu mengacaukan dunia. Dan sedikit contoh lagi perebutan kekuasaan oleh Mao Zedong dari tangan Chiang kaisek yang hanya menimbulkan perubahan wajah saja tetapi memiliki system yang sama.
Dan di Indonesia pun terjadi yaitu ketika perebutan kekeuasaan dari Soeharto pada tahun 1998. Yang lebih tepatnya saya katakan sebagai pemuas nafsu politik sebagian orang saja karena yang terjadi justru impachtment yang dialami Abdurrahman Wahid pada tahun 2000, dimana kejadian itu tanpa persetujuan Gus Dur (Sapaan akrab Abdurrahman Wahid) terlebih dahulu. Yang tanpa disadari berimbas pada kepemimpinan lunak Presiden-Presiden selanjutnya, tidak ada ketegasan, tidak ada power. Mereka tidak mau terlalu tegas karena tidak ingin mengalami apa yang dialami Abdurrahman Wahid bahkan justru mereka memunculkan rezim baru yang lebih parah dari Soeharto dan fakta Inilah yang terjadi di Indonesia saat ini!
Mari kita bandingkan dengan Nelson Mandela, seorang tokoh kulit hitam, pejuang revolusioner penentang politik apartheid dan mantan Presiden Afrika. Sosoknya yang begitu ramah dan bersahaja membuat setiap orang segan dan menaruh hormat padanya, tak terkecuali di Indonesia. Dia begitu di cintai oleh masyarakat Indonesia karena kebanggaanya terhadap batik yang melibihi kebanggaan orang Indonesia sendiri yang notabene pemegang hak milik batik. Gerakanya yang perlahan dan pasti, tanpa dendam dan penuh cinta kasih membawa Afrika menjadi negara merdeka dari berbagai hal termasuk rasisme. Goresan penanya menginspirasi jutaan manusia di seluruh penjuru dunia untuk menyuarakan perdamaian.
Nelson Mandela adalah tokoh penting yang mempersatukan Afrika antara kulit putih dan kulit hitam. Perjuangannya yang begitu bersejarah yang selalu di tandai dengan politik antirasi, persamaan hak, demokrasi dan perdamaian telah berimplikasi besar pada negaranya saat ini. Tetapi apa yang di perjuangkan Nelson Mandela ini tidak berjalan dengan mudah dan tanpa rintangan, prinsipnya membuat dia berkali-kali di tahan hingga akhirnya pada tahun 1990 di bebaskan melalui sebuah perjanjian dan
pada akhirnya menjadi presiden pada tahun 1994.
Di awal kebebasanya Mandela segera memulai pembicaraan dengan pemerintah untuk mengakhiri Apartheid hingga akhirnya di setujui. Banyak warga kulit putih yang khawatir mengenai pemberian hak sama terhadap warga kulit hitam. Tetapi apa yang di lakukan Mandela, justru dia bekerja sama dengan presiden Afrika Selatan pada saat itu, F.W. de Klerk untuk mempromosikan hubungan damai antara warga kulit hitam dan kulit putih. Hingga akhirnya dunia menganuggrahi hadiah berupa Nobel Perdamain kepada Mandela dan de Klerk.
Cara-cara yang dilakukan Mandela jauh berbanding terbalik dengan Der Fuhrer, Mao Zedong dan pengganti Abdurrahman Wahid dimana sampai pada kesimpulan antara musyawarah dan kekerasan menimbulkan hasil akhir yang berbeda. Ketenangan dan kecerdasan Nelson Mandela menunjukan betapa tinggi ilmunya sehingga membuatnya begitu bijaksana dan tenang dalam bersikap. Sedangkan sempitnya pikiran Hitler membuatnya mudah terprovokasi dan penuh emosi yang hanya menimbulkan kekacauan. Tak ada kekerasan dan tak ada pertumpahan darah di perjuangan Nelson Mandela tetapi menimbulkan hasil yang begitu nyata. Di sepuluh tahun awal kemerdekaanya atau di tandai dari kebebasan Nelson Mandela, Afrika Selatan berhasil menjadi tuan rumah Piala Dunia.
Kawan-kawan sekalian, kita telah melewati hamper dua tahun lamanya bersama SOLIDARITAS, banyak pikiran telah di kemukakan, macam-macam, tetapi alangkah baiknya kita bersama-sama mencari persatuan philoshopische grondslag, mencari suatu Weltenschaung yang kita semua setuju yaitu PERDAMAIAN. Anak kecilpun dapat melihat bahwa India adalah satu kesatuan di Asia Selatan, dibatasi oleh Lautan Hindia yang luas dan Gunung Himalaya. Seorang anak kecilpun tahu kalo inggris itu adalah sebuah negara satu kesatuan.
China dapat di tunjukan sebagai satu kesatuan juga. Dan itu sudah kehendak tuhan sedemikian rupa. Bukan Beijing saja, bukan Fuzhou saja, tapi Beijing dan Fuzhou dan daerah-daerah China yang lainya, segenap kepulauan China adalah satu kesatuan.
Maka manakah yang dinamakan tumpah darah tanah air kita? Menurut geopolitik, maka Indonesialah tanah air kita, bukan Jawa saja, bukan Kalimantan saja, bukan Sumatra saja, bukan Cirebon saja, bukan Papua saja, tetapi segenap kepulauan lain yang di tentukan tuhan di antara dua samudra dan dua benua, yaitu tanah air kita!. Dan hanya dengan perdamaian semua bisa terwujud dan menuju negara “memberikan rasa aman dan kebebasan untuk semua, satu untuk semua”.
Atas dasar pertimbangan kedua masalah melalui cerita Hitler dan Mandela tersebut, SOLIDARITAS memberanikan diri hadir dan menjadi fasilitator bagi setiap polemik dan permasalahan yang ada. Mengemban misi perdamaian tanpa kekerasan dan mengedepankan musyawarah mufakat. Bila terjadi apa-apa yang belum memuaskan, bukankah tidak sebaiknya bicarakan dalam permusyawaratan. Musyawarah mufakat inilah tempat kita usulkan kepada pemimpin-pemimpin rakyat, apa-apa yang kita rasakan perlu perbaikan. Dengan sumber daya manusia yang ada, Insya Allah SOLIDARITAS sebisa mungkin memberikan kepada bangsa dan negara menuju perdamaian dan kesejahteraan yang sesungguhnya.
Tentunya harapan serta dukungan sangat di butuhkan dalam wacana mencapai suatu perdamaian dan kesejahteraan yang sesungguhnya. Karena esensi dari perdamain itu tidak hanya milik suatu golongan tetapi seluruh umat manusia di dunia tidak ada tapi dan terkecuali. Selain itu, misi terpenting dari SOLIDARITAS adalah menciptakan pemuda yang intelek dan intelek yang pemuda. Tidak kasar, tidak pemarah, egois bahkan penuh dendam tetapi pemuda yang santun, sopan, cepat, cerdas dan bersahaja.
Insya Allah dalam waktu dekat keberadaan SOLIDARITAS yang sesungguhnya akan lebih dapat dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat khususnya Kota Cirebon. Kampanye kebersihan, sosialisasi hukum serta training wirausaha adalah salah satu kegiatan yang akan di laksanakan oleh SOLIDARITAS disamping misinya membawa perdamaian. Dengan system desa ke desa di harapakan nantinya dapat membentuk masyarakat yang cerdas, bersih, sopan dan secara perlahan menghilangkan sifat primitive yang sejauh ini melekat di masyarakat Kota Cirebon
Sebagai penutup izinkan saya mengutip satu kalimat penting mengenai perdamaian, bahwa “Tidak akan ada sebuah perdamaian sebelum anda melakukan gerakan menuju damai”. Kedamaian itu lekat dengan ilmu, kebersihan dan kerohanian maka dari itu mari kita berjuang bersama SOLIDARITAS menuju perdamain dan kesejahteraan yang menyeluruh.
Tulisan ini saya dedikasikan sebagai suatu pertanggungjawaban selaku Humas Di SOLIDARITAS yang tentunya memiliki kewajiban untuk mempromosikan SOLIDARITAS kepada khalayak luas.
Untuk kawan-kawanku dari “Bakhrul Amal”
SOLIDARITAS atau Konsolidasi, Kreatifitas Anak Bangsa adalah organisasi pemuda yang berdiri dan sampai saat ini hanya berada di Cirebon yang awal kemunculanya bisa di bilang secara tiba-tiba. Mengapa saya dapat mengatakan seperti itu? Karena mungkin deklarasi dan awal pembentukanya pun tidak melibatkan keseluruhan anggota yang tergabung di dalamnya. Di awali dari inisiatif seorang yang luar biasa peduli terhadap kehidupan pertemanan dia adalah Benny Suhada. Dalam khayalanya yang begitu tinggi dia begitu menginginkan suatu perubahan dalam kehidupan pertemanan atau yang dalam Hindu dikenal dengan “tat twam asi” yang berarti “aku adalah dia dan dia adalah aku” yang terkesan terlupakan. Dimana yang dia rasakan saat itu saling sapa, saling bertukar kabar, saling membantu dan menolong seolah semakin jarang dirasakan lagi.
Singkat cerita tiba juga empat hari yang sungguh melelahkan yaitu 19 Februari 2010 hingga 23 Februari. Dibantu oleh kawanya Gibrand secara sukarela dia mengirimkan pesan singkat kepada kawan-kawan untuk meminta persetujuan membentuk organisasi serta mencantumkan berbagai nama sebagai pengisi kepengurusan. Hingga akhirnya pada tanggal yang sama dengan tanggal ulang tahun saya yaitu 24 Februari 2010 di Kota Cirebon lahirlah SOLIDARITAS. Suatu organisasi yang terkesan “anak muda banget” karena yang tertua pada saat itu adalah Jenny Azis (sekretaris SLDS) yang berumur 21 tahun.
SOLIDARITAS memang pada awalnya di bentuk untuk mempersatukan kembali kawan-kawan yang mulai jauh karena lokasi kuliah yang berbeda-beda di berbagai kota. Tetapi dewasa ini SOLIDARITAS tumbuh dan semakin dewasa dan berani berbicara permasalahan sosial. Yang pada awalnya hanya memiliki niat untuk mempersatukan kembali kawan-kawan berubah lebih besar lagi untuk mempersatukan masyarakat Cirebon pada umumnya.
Lelah dan muak dengan penyampaian aspirasi yang tidak menyelesaikan masalah dan hanya menimbulkan masalah baru bahkan berujung kekerasan membuat SOLIDARITAS tergerak hatinya untuk mengusung misi Perdamaian.
SOLIDARITAS menapak jalanya dengan hati penuh damai dan mengedepankan musyawarah yang tidak jauh berbeda dengan organisasi lainya pada umumnya. Tetapi yang membedakan SOLIDARITAS dengan organisasi lainya adalah, SOLIDARITAS mencoba untuk menjadi penengah, fasilitator atau pihak yang senantiasa menemukan pihak-pihak bertikai dan lebih mengedepankan musyawarah di dalam penyelesaian masalah. SOLIDARITAS sebagai organisasi yang begitu mencintai Indonesia mencoba untuk mengamalkan sila ke 4 dari Pancasila yaitu “kerakyatan yang di pimpin oleh khidmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”.
Misi damai yang di usung sejak awal kelahiranya membuat SOLIDARITAS memiliki keinginan luhur yang begitu tinggi terhadap Perdamaian. Dan berpikir bahwa “setiap masalah bisa di carikan jalan keluarnya tanpa ada satu pihak merasa disakiti ataupun tersakiti” yaitu dengan Musyawarah Mufakat..
Kita ketahui bersama bahwa setiap permasalahan yang hadir dan timbul di Indonesia bahkan dunia baik sesama masyarakat maupun masyarakat dengan pemerintah, jarang atau bahkan jauh sekali menemukan titik temu. Ke egoisan kedua belah pihak menyebabkan nilai-nilai kebersamaan dan kemanusia terkadang di kesampingkan. Berbagai argument pembenar di hadirkan demi menuntut sebuah keadilan dan kemenangan yang hanya menimbulkan ketidakpuasan ketika salah satu pihak di kalahkan. Tidak hanya ketidak puasan yang di hasilkan tetapi jauh dari itu, yaitu keinginan membalas dendam.
Contoh nyata adalah tragedy Hitler sang der fuhrer, dia begitu kuat bersemangat memiliki keinginan mengusai dunia. Yang menjadi sorotan adalah keingananya itu di ikuti dengan pembunuhan berantai atau kejahatan genocide terhadap kaum-kaum Yahudi. Kekejaman Hitler itu tentu menjadi tanda tanya tersendiri dan ternyata ketika di selidiki ternyata pada masa kecilnya Hitler kerap mendapat penghinaan dari kaum Yahudi. Sungguh tragis bukan kekuatan balas dendam dan ini adalah contoh, andaikan dulu permasalahan Hitler dengan Yahudi di selesaikan dengan baik tentu tidak akan menimbulkan dendam yang begitu mengacaukan dunia. Dan sedikit contoh lagi perebutan kekuasaan oleh Mao Zedong dari tangan Chiang kaisek yang hanya menimbulkan perubahan wajah saja tetapi memiliki system yang sama.
Dan di Indonesia pun terjadi yaitu ketika perebutan kekeuasaan dari Soeharto pada tahun 1998. Yang lebih tepatnya saya katakan sebagai pemuas nafsu politik sebagian orang saja karena yang terjadi justru impachtment yang dialami Abdurrahman Wahid pada tahun 2000, dimana kejadian itu tanpa persetujuan Gus Dur (Sapaan akrab Abdurrahman Wahid) terlebih dahulu. Yang tanpa disadari berimbas pada kepemimpinan lunak Presiden-Presiden selanjutnya, tidak ada ketegasan, tidak ada power. Mereka tidak mau terlalu tegas karena tidak ingin mengalami apa yang dialami Abdurrahman Wahid bahkan justru mereka memunculkan rezim baru yang lebih parah dari Soeharto dan fakta Inilah yang terjadi di Indonesia saat ini!
Mari kita bandingkan dengan Nelson Mandela, seorang tokoh kulit hitam, pejuang revolusioner penentang politik apartheid dan mantan Presiden Afrika. Sosoknya yang begitu ramah dan bersahaja membuat setiap orang segan dan menaruh hormat padanya, tak terkecuali di Indonesia. Dia begitu di cintai oleh masyarakat Indonesia karena kebanggaanya terhadap batik yang melibihi kebanggaan orang Indonesia sendiri yang notabene pemegang hak milik batik. Gerakanya yang perlahan dan pasti, tanpa dendam dan penuh cinta kasih membawa Afrika menjadi negara merdeka dari berbagai hal termasuk rasisme. Goresan penanya menginspirasi jutaan manusia di seluruh penjuru dunia untuk menyuarakan perdamaian.
Nelson Mandela adalah tokoh penting yang mempersatukan Afrika antara kulit putih dan kulit hitam. Perjuangannya yang begitu bersejarah yang selalu di tandai dengan politik antirasi, persamaan hak, demokrasi dan perdamaian telah berimplikasi besar pada negaranya saat ini. Tetapi apa yang di perjuangkan Nelson Mandela ini tidak berjalan dengan mudah dan tanpa rintangan, prinsipnya membuat dia berkali-kali di tahan hingga akhirnya pada tahun 1990 di bebaskan melalui sebuah perjanjian dan
pada akhirnya menjadi presiden pada tahun 1994.
Di awal kebebasanya Mandela segera memulai pembicaraan dengan pemerintah untuk mengakhiri Apartheid hingga akhirnya di setujui. Banyak warga kulit putih yang khawatir mengenai pemberian hak sama terhadap warga kulit hitam. Tetapi apa yang di lakukan Mandela, justru dia bekerja sama dengan presiden Afrika Selatan pada saat itu, F.W. de Klerk untuk mempromosikan hubungan damai antara warga kulit hitam dan kulit putih. Hingga akhirnya dunia menganuggrahi hadiah berupa Nobel Perdamain kepada Mandela dan de Klerk.
Cara-cara yang dilakukan Mandela jauh berbanding terbalik dengan Der Fuhrer, Mao Zedong dan pengganti Abdurrahman Wahid dimana sampai pada kesimpulan antara musyawarah dan kekerasan menimbulkan hasil akhir yang berbeda. Ketenangan dan kecerdasan Nelson Mandela menunjukan betapa tinggi ilmunya sehingga membuatnya begitu bijaksana dan tenang dalam bersikap. Sedangkan sempitnya pikiran Hitler membuatnya mudah terprovokasi dan penuh emosi yang hanya menimbulkan kekacauan. Tak ada kekerasan dan tak ada pertumpahan darah di perjuangan Nelson Mandela tetapi menimbulkan hasil yang begitu nyata. Di sepuluh tahun awal kemerdekaanya atau di tandai dari kebebasan Nelson Mandela, Afrika Selatan berhasil menjadi tuan rumah Piala Dunia.
Kawan-kawan sekalian, kita telah melewati hamper dua tahun lamanya bersama SOLIDARITAS, banyak pikiran telah di kemukakan, macam-macam, tetapi alangkah baiknya kita bersama-sama mencari persatuan philoshopische grondslag, mencari suatu Weltenschaung yang kita semua setuju yaitu PERDAMAIAN. Anak kecilpun dapat melihat bahwa India adalah satu kesatuan di Asia Selatan, dibatasi oleh Lautan Hindia yang luas dan Gunung Himalaya. Seorang anak kecilpun tahu kalo inggris itu adalah sebuah negara satu kesatuan.
China dapat di tunjukan sebagai satu kesatuan juga. Dan itu sudah kehendak tuhan sedemikian rupa. Bukan Beijing saja, bukan Fuzhou saja, tapi Beijing dan Fuzhou dan daerah-daerah China yang lainya, segenap kepulauan China adalah satu kesatuan.
Maka manakah yang dinamakan tumpah darah tanah air kita? Menurut geopolitik, maka Indonesialah tanah air kita, bukan Jawa saja, bukan Kalimantan saja, bukan Sumatra saja, bukan Cirebon saja, bukan Papua saja, tetapi segenap kepulauan lain yang di tentukan tuhan di antara dua samudra dan dua benua, yaitu tanah air kita!. Dan hanya dengan perdamaian semua bisa terwujud dan menuju negara “memberikan rasa aman dan kebebasan untuk semua, satu untuk semua”.
Atas dasar pertimbangan kedua masalah melalui cerita Hitler dan Mandela tersebut, SOLIDARITAS memberanikan diri hadir dan menjadi fasilitator bagi setiap polemik dan permasalahan yang ada. Mengemban misi perdamaian tanpa kekerasan dan mengedepankan musyawarah mufakat. Bila terjadi apa-apa yang belum memuaskan, bukankah tidak sebaiknya bicarakan dalam permusyawaratan. Musyawarah mufakat inilah tempat kita usulkan kepada pemimpin-pemimpin rakyat, apa-apa yang kita rasakan perlu perbaikan. Dengan sumber daya manusia yang ada, Insya Allah SOLIDARITAS sebisa mungkin memberikan kepada bangsa dan negara menuju perdamaian dan kesejahteraan yang sesungguhnya.
Tentunya harapan serta dukungan sangat di butuhkan dalam wacana mencapai suatu perdamaian dan kesejahteraan yang sesungguhnya. Karena esensi dari perdamain itu tidak hanya milik suatu golongan tetapi seluruh umat manusia di dunia tidak ada tapi dan terkecuali. Selain itu, misi terpenting dari SOLIDARITAS adalah menciptakan pemuda yang intelek dan intelek yang pemuda. Tidak kasar, tidak pemarah, egois bahkan penuh dendam tetapi pemuda yang santun, sopan, cepat, cerdas dan bersahaja.
Insya Allah dalam waktu dekat keberadaan SOLIDARITAS yang sesungguhnya akan lebih dapat dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat khususnya Kota Cirebon. Kampanye kebersihan, sosialisasi hukum serta training wirausaha adalah salah satu kegiatan yang akan di laksanakan oleh SOLIDARITAS disamping misinya membawa perdamaian. Dengan system desa ke desa di harapakan nantinya dapat membentuk masyarakat yang cerdas, bersih, sopan dan secara perlahan menghilangkan sifat primitive yang sejauh ini melekat di masyarakat Kota Cirebon
Sebagai penutup izinkan saya mengutip satu kalimat penting mengenai perdamaian, bahwa “Tidak akan ada sebuah perdamaian sebelum anda melakukan gerakan menuju damai”. Kedamaian itu lekat dengan ilmu, kebersihan dan kerohanian maka dari itu mari kita berjuang bersama SOLIDARITAS menuju perdamain dan kesejahteraan yang menyeluruh.
Tulisan ini saya dedikasikan sebagai suatu pertanggungjawaban selaku Humas Di SOLIDARITAS yang tentunya memiliki kewajiban untuk mempromosikan SOLIDARITAS kepada khalayak luas.
Untuk kawan-kawanku dari “Bakhrul Amal”
Selasa, 18 Oktober 2011
Minggu, 28 Agustus 2011
Idul fitri- Hari Manusia dan Kemanusiaan
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله اكبر. الله اكبر. الله اكبر. الله اكبر. الله اكبر . الله اكبر . الله اكبر.
الله اكبر كلّما هلّ هلال وابدر. الله اكبر كلّما صام صائم وأفطر. وكلّما أطعام القانع المعتر. الله اكبر الله اكـــــبر الله اكـــــبر . لا اله الا الله والله اكـــــبر و لله الحمد.
الحمد لله الّذى سهّل للعباد طر يق العبادة ويسّر .ووفّاهم اجور أعمالهم من خز ائن جوده الّتى لا تحصر. وجعل لهم يوم عيد يعود عليهم فى كلّ سنة ويتكرّ ر.
أحمده سبحانه وهو المستحقّ لأن يُحمد ويُشكر. واشكره على نعم لا تعدّ ولا تحصر
واشهد أن لا اله إ لاّ الله وحده لا شر يك له الملك العظيم ا لأكبر. واشهد أنّ مـحــمّدا عبده ورسوله الشـّافع فى المخشـر. اللّهـمّ صلّ وسـلّم على سيدنا محمّد وعلى اله واصحابه الّذين اذهب عنهم الرّجس وطهّر .
امّا بعد , فيا ا يّهاالنّاس إتّقوا الله، و قال تبارك وتعالى يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ
مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ ( الحشر: 18 )
Ma’asiral ‘ied, Hadaniyallah wa Iyyakum
Baru saja kita bersama melaksanakan sholat ‘Iedul Fitri, ungkapan rasa syukur kehadirat Allah subhanahu wata’ala bahwa kita telah berhasil menunaikan salah satu kewajiban kita, perintah Allah, melaksanakan shaum ramadlan, satu bulan penuh. Sepanjang shalat kita berdo’a dan meyakini bahwa ibadah puasa kita dan amalan-amalan yang kita lakukan bersamanya diterima Allah Subhanahu wa ta’ala.
Puasa sebagai ibadah, sama seperti ibadah-ibadah lainnya, yaitu memiliki dua dimensi. Yaitu dimensi ilahi dan dimensi insani. Dimensi Ilahi dari puasa antara lain berupa pengakuan total terhadap kebesaran dan keagungan Allah serta kepasrahan mutlak kepadaNya, bahwa hidup ini berasal dari Sang Khaliq dan karenanya semuanya harus dikembalikan pada kehendak dan aturaNya.
Dengan berpuasa kita menyatakan bahwa makanan, minuman, dan kepuasan seks bukanlah kekuatan yang sesungguhnya, atau pemberi kekuatan pada kehidupan kita. Kekuatan hidup yang sesungguhnya hanya bersumber dari Yang Maha Pencipta. La khaola wa laa quwwata Illa Billah. Pernyataan itu diungkap dengan kemauan merasakaan dan membuktikan, bahwa segala aktivitas kehidupan kita sepanjang hari dapat dilakuak oleh kita dan setiap manusia beriman, sekalipun tidak makan dan minum selama satu hari penuh.
Kepasrahan mutlak kepada Sang Khaliq kita nyatakan dengan melepas apa yang telah diyakini menjadi hak kita, bahkan hak milik kita. Makanan, minuman dan kesempatan lainnya, yang telah kita peroleh dengan usaha kita yang halal dan telah kita miliki kita relakan untuk tidak kita nikmati, dikembailkan kepada pemilik yang sesungguhnya, selama satu hari penuh. Bahkan diri kita yang selama ini merasa kita miliki dipasrahkan juga kepada Allah dengan membiarkannya tidak tersentuh makanan dan minuman. Dengan itu kita menyatakan innalillahi wa inna ilaihi raaji’un. Semuanya bersal dari Allah dan kepadaNya jua semuanya akan kembali.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Jama’ah Ied yang berbahagia,
Dimensi ilahiah puasa yang diantaranya terpapar di atas seharusnya berimbas kepada dimensi insaniahnya. Keharusan mengaitkan dua dimensi itu ditandai oleh dua hal. Pertama, kewajiban membayar zakat fitra, Kedua, disunnatkannya sholat ‘Iedul Fitri seperti yang baru saja kita laksanakan.
Zakat fitra yang diwajibkan kepada kita, memang terkaitkan erat dengan dimensi ilahiyah puasa la haula wala quwwata illa billah dan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Zakat fitra adalah zakat yang harus dikeluarkan bagi manusia muslim yang berjumpa dengan (malam terakhir) bulan puasa, dan diberikan kepada mustahiq, orang-orang yang berhak. Jika dikaitkan dengan dimensi ilahiah puasa la haula wala quwwata illa billah, maka pemberian zakat menjelang shalat ‘ied itu hanyalah sebuah perlambang. Esensinya adalah agar sepanjang hayat, kita sebagai muslim selalu peka, care (pedul)i, terhadap kaum lemah dan du’afa, dengan segala permasalahannya, dengan tidak melihat hal-hal lain di luar kemanusiaan mereka, seperti ras, bahasa, agama. Dengan itu kita terhindar dan menghindarkan diri untuk menggunakan daya (haula) dan kekuatan (quwwata) kita, yang sesungguhnya dari Allah, untuk memperdayai, menganiaya, mendzalimi, dan mengeksploitasi orang lain yang daya dan kekuatannya kita anggap lemah, berada di bawah kita.
Zakat fitra ditakar dengan ukuran kebutuhan makan kita satu hari, disepakati satu setengah kilogram beras. Jika dihubungkan dengan dimensih ilahiyah puasa yang kedua, yaitu inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, maka niscaya dua setengah kilogram tersebut hanyalah sebuah perlambang. Esensi yang lebih dalam ialah pemberian itu tidak berjumlah dan tidak berbatas, tidak hanya beras untuk makan, tetapi pemberian itu haruslah berujud kesediaaan dan kesiapan untuk melepas apapun yang kita miliki demi kehidupan manusia yang lebih baik. Jika hendak dibuat tahapan, maka gambarannya adalah sebagai berikut : Pertama, dengan niatan baik, kita harus senantiasa berusaha guna memperoleh ilmu, harta, tahta dan manfaat bagi kehidupan kita. Kedua, menyatu dengan yang pertama, usaha kita itu harus dijauhkan atau bahkan bersih dan dibersihkan dari hal-hal yang menimbulkan kerugian pada orang lain, baik besar maupun kecil, baik langsung maupun tidak langsung. Ketiga, semua yang diperoleh itu kemudian dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan cara yang benar untuk memperkuat dan mempertegas penghindaran dari kerugian bagi apa dan siapaapun di sekiltar kita. Keempat, secara proaktif pemanfaatan tersebut harus bisa menyelamatkan dan membahagiakan orang lain dan siapapun di sekitar kita.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Sidang ‘Ied yang dimuliakan Allah,
Perspektif seperti di atas, dalam skala kecil sudah kita latih sendiri dan telah sukses kita laksanakan selama kita melakukan ibadah puasa sebulan penuh. Amanah kita berikutnya, adalah bagaimana kehidupan seperti itu dapat kita perteguh dalam spektrum yang lebih luas, dalam kehidupan keseharian kita.
‘Idul Fitri, Hari Raya Berbuka, dengan ritual shalat ‘ied yang baru saja kita lakukan, sebetulnya adalah ungkapan rasa kemenangan kita. Kita merayakannya dengan “berbuka” karena kita telah ber “puasa” dan selamat dalam menunaikannya. ‘Idul Fitri juga sering dianggap perayaan kemenangan karena kita telah berhasil menang dalam berperang melawi “hawa nafsu” kita, sehingga kita kembali kepada fitrah kita sebagai manusia. Dalam sebuah hadits memang disabdakan , “man shama ramadlona imaanan wa ichtishaban gufira lahu ma taqaddama min dzambih” dalam hadits lain diungkapkan “ka yaomi waladathu ummuh” (Barang siapa menunaikan ibadah puasa di bulan romadlan denga rasa iman (yang kuat) dan kesadaran (yang tinggi), akan diampuni segala dosanya (sehingga bersih kembali) seperti ketika baru dilahirkan oleh ibunya).
Bayi yang baru dilahirkan digambarkan sebagai manusia yang fitri, bukan hanya bersih dari dosa, melainkan potensi yang dimilikinya adalah potensi otentik, yaitu potensi untuk berbuat baik dan mencintai kebaikan, yang sering dikenal dengan fitrah manusia yang sejati. Pada bayi diyakini tidak dijumpai rasa permusuhan, keserakahan, dendam dan hal-hal yang merusak lainnya. Karena itu, ketika kita selesai menunaikan ibadah puasa denga penuh imaanan wa ichtisaaban, maka diyakini kita telah kembali seperti bayi, menjadi fitri, kembali ke fitrah kita sebagai manusia. Karena itu kita rayakan. Dari situ maka bersalaman, bermaaf-ma’afan, silaturrahmi, dan ungkapan minal a’idiin al faiziin betul-betul merupakan ekspresi dari fitrah kita yang sebenar-benarnya, tulus dan mengalir tanpa pamrih.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Muslimin yang berbahagia,
Dengan mengkoneksikan antara dimensi insani dengan dimensi ilahiyah pada ibadah puasa itu, yang kita harapkan untuk di raih bukan hanya keramaian di tingkat perlambang, atau di tingkat fisik dan formal, yang efeknya hanya sesaat. Yang ingin kita raih ialah keramaian di tingkat substansial dan mental yang lebih abadi dan memiliki dampak pada realitas kehidupan dan masa depan kita bersama. Dengan selesainya ibadah puasa ini yang ingin kita temuai adalah perubahan pada diri kita, dimana kita menjadi manusia yang autentik, mandiri, percaya diri, rela berkorban, suka memberi, menghargai orang lain, dan memafkan, daripada sebaliknya.
Bangsa kita ini sedang berjuang untuk menjadi bangsa yang sejajar, atau bahkan unggul dari bangsa-bangsa lain. Dalam perngkat-peringkat “kebaikan” dunia, negara kita berada pada peringkat yang belum menggembirakan. Bahkan dalam beberapa hal sangat memprihatinkan. Semangat berpuasa dengan ‘iedul fitri kita, diyakini akan dapat menghasilkan karakter manusia Indonesia yang positif dan berguna bagi pembangunan bangsa. Bangsa ini memang membutuhkan manusia yang mau berkorban, suka memberi, jauh dari serakah dan korupsi; manusia yang welas asih, jauh dari sikap memeras dan premanisme; manusia yang proaktif memberi maaf, jauh dari sikap bengis dan balas dendam, sehalus apapun karakter-karakter jelek itu ditampilkan.
بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ ، وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ . وَتَقَبَّلَ
مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Khotbah II
الله اكبر. الله اكبر. الله اكبر. الله اكبر. الله اكبر . الله اكبر . الله اكبر الله اكبر . الله اكبر.
اكبر و لله الحمد لا اله إ لاّ الله و الله
الحمد لله وسعت رحمته وتعالت قدرته و تجلت عظمته أشهد أن لا
إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلوات الله
وسلامه عليك يا رسول الله وإنك لعلى خلق عظيم بلغت الرسالة وأديت
الأمانة ونصحت الأمة وجاهدت في سبيل الله حق الجهاد حتى أتاك
اليقين وعلى آلك وأصحابك ومن اتبع سنتك واهتدى بهداك وسار على
نهجك إلى يوم الدين
. أما بعد
وقال تبارك وتعالى اتقوا الله حق تقاتع ولا تمو تن الا وآنتم مسلمون ،
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ
مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ ( الحشر: 18 )
Ma’asyiral ‘Ied Hadaniyallahu wa Iyyakum
Puasa yang kita lakukan salah satunya memiliki fungsi untuk instrospeksi diri. Hasil yang diperoleh adalah penguatan “konsep diri” kita. Konsep diri kita sebagai muslim semestinya berangkat dari fitrah kita sebagai manusia, berangkat dari semangat la haula walaa quwwata illa billah dan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Dengan landasan seperti itu, maka niscaya kita mempunyai gambaran yang jelas mengenai diri ( “self image”) kita. Kita akan menggambarkan diri kita sebagai khalifah dan ‘abd atau hamba Allah sekaligus. Tugasnya adalah mengabdi dan melayani.
Kikta sebagai khalifah dan ‘bd ialah kita yang mampu menebar kasih sayang kepada semua; kita yang mampu memekarkan kebahagiaan sesama; kita yang mampu mempersembahkan prestasi berharga; dan kita yang mampu menebarkan rahmat dan kedamaian bagi ummat manusia. Hanya kita seperti itulah yang disebut kita yang muttaqien, kita yang berhak dirayakan hari ini sebagai lambang kemenangan. Taqbbalallahu minna wa minkum, minal ‘aidiin al faiziin.
Dengan itu, maka jadilah ‘idul fitri ini sebagai hari raya manusia dan kemanusiaan. Hari kita menjadi diri sendiri, dan sekaligus hari menghidupkan potensi kemanusiaan kita.
Marilah kita akhiri khotbah ini dengan bersama-sama memanjatkan do’a dengan penuh khusyuk:
َاللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، .وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، فى العالمين إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مجيب الدعوات ، بِرَحْمِتِكَ ياَ أَرْحَمَ الرَاحِمِيْنَ
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلِّ الشِرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَك َأَعْدَاءَ الدِيْنِ
اَلَّلهُمَّ أَعِنَّا عَلىَ ذِكْرِكَ وَ شُكْرِكَ وَ حُسْنِ عِبَادَتِكَ
اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا صِيَامَنَا وَ قِيَامَنَا وَ قِرَاءَتَنَا وَ زَكَاتَنَا وَ عِبَادَتَنَا كُلَّهاَ . اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ يَا كَرِيْمُ
وَ تُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ.
رَبَّنَا آتِنَا فيِ الدُنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قَنَا عَذاَبَ النَارِ
رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى اْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ
أَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَأَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمَ لِى وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله اكبر. الله اكبر. الله اكبر. الله اكبر. الله اكبر . الله اكبر . الله اكبر.
الله اكبر كلّما هلّ هلال وابدر. الله اكبر كلّما صام صائم وأفطر. وكلّما أطعام القانع المعتر. الله اكبر الله اكـــــبر الله اكـــــبر . لا اله الا الله والله اكـــــبر و لله الحمد.
الحمد لله الّذى سهّل للعباد طر يق العبادة ويسّر .ووفّاهم اجور أعمالهم من خز ائن جوده الّتى لا تحصر. وجعل لهم يوم عيد يعود عليهم فى كلّ سنة ويتكرّ ر.
أحمده سبحانه وهو المستحقّ لأن يُحمد ويُشكر. واشكره على نعم لا تعدّ ولا تحصر
واشهد أن لا اله إ لاّ الله وحده لا شر يك له الملك العظيم ا لأكبر. واشهد أنّ مـحــمّدا عبده ورسوله الشـّافع فى المخشـر. اللّهـمّ صلّ وسـلّم على سيدنا محمّد وعلى اله واصحابه الّذين اذهب عنهم الرّجس وطهّر .
امّا بعد , فيا ا يّهاالنّاس إتّقوا الله، و قال تبارك وتعالى يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ
مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ ( الحشر: 18 )
Ma’asiral ‘ied, Hadaniyallah wa Iyyakum
Baru saja kita bersama melaksanakan sholat ‘Iedul Fitri, ungkapan rasa syukur kehadirat Allah subhanahu wata’ala bahwa kita telah berhasil menunaikan salah satu kewajiban kita, perintah Allah, melaksanakan shaum ramadlan, satu bulan penuh. Sepanjang shalat kita berdo’a dan meyakini bahwa ibadah puasa kita dan amalan-amalan yang kita lakukan bersamanya diterima Allah Subhanahu wa ta’ala.
Puasa sebagai ibadah, sama seperti ibadah-ibadah lainnya, yaitu memiliki dua dimensi. Yaitu dimensi ilahi dan dimensi insani. Dimensi Ilahi dari puasa antara lain berupa pengakuan total terhadap kebesaran dan keagungan Allah serta kepasrahan mutlak kepadaNya, bahwa hidup ini berasal dari Sang Khaliq dan karenanya semuanya harus dikembalikan pada kehendak dan aturaNya.
Dengan berpuasa kita menyatakan bahwa makanan, minuman, dan kepuasan seks bukanlah kekuatan yang sesungguhnya, atau pemberi kekuatan pada kehidupan kita. Kekuatan hidup yang sesungguhnya hanya bersumber dari Yang Maha Pencipta. La khaola wa laa quwwata Illa Billah. Pernyataan itu diungkap dengan kemauan merasakaan dan membuktikan, bahwa segala aktivitas kehidupan kita sepanjang hari dapat dilakuak oleh kita dan setiap manusia beriman, sekalipun tidak makan dan minum selama satu hari penuh.
Kepasrahan mutlak kepada Sang Khaliq kita nyatakan dengan melepas apa yang telah diyakini menjadi hak kita, bahkan hak milik kita. Makanan, minuman dan kesempatan lainnya, yang telah kita peroleh dengan usaha kita yang halal dan telah kita miliki kita relakan untuk tidak kita nikmati, dikembailkan kepada pemilik yang sesungguhnya, selama satu hari penuh. Bahkan diri kita yang selama ini merasa kita miliki dipasrahkan juga kepada Allah dengan membiarkannya tidak tersentuh makanan dan minuman. Dengan itu kita menyatakan innalillahi wa inna ilaihi raaji’un. Semuanya bersal dari Allah dan kepadaNya jua semuanya akan kembali.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Jama’ah Ied yang berbahagia,
Dimensi ilahiah puasa yang diantaranya terpapar di atas seharusnya berimbas kepada dimensi insaniahnya. Keharusan mengaitkan dua dimensi itu ditandai oleh dua hal. Pertama, kewajiban membayar zakat fitra, Kedua, disunnatkannya sholat ‘Iedul Fitri seperti yang baru saja kita laksanakan.
Zakat fitra yang diwajibkan kepada kita, memang terkaitkan erat dengan dimensi ilahiyah puasa la haula wala quwwata illa billah dan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Zakat fitra adalah zakat yang harus dikeluarkan bagi manusia muslim yang berjumpa dengan (malam terakhir) bulan puasa, dan diberikan kepada mustahiq, orang-orang yang berhak. Jika dikaitkan dengan dimensi ilahiah puasa la haula wala quwwata illa billah, maka pemberian zakat menjelang shalat ‘ied itu hanyalah sebuah perlambang. Esensinya adalah agar sepanjang hayat, kita sebagai muslim selalu peka, care (pedul)i, terhadap kaum lemah dan du’afa, dengan segala permasalahannya, dengan tidak melihat hal-hal lain di luar kemanusiaan mereka, seperti ras, bahasa, agama. Dengan itu kita terhindar dan menghindarkan diri untuk menggunakan daya (haula) dan kekuatan (quwwata) kita, yang sesungguhnya dari Allah, untuk memperdayai, menganiaya, mendzalimi, dan mengeksploitasi orang lain yang daya dan kekuatannya kita anggap lemah, berada di bawah kita.
Zakat fitra ditakar dengan ukuran kebutuhan makan kita satu hari, disepakati satu setengah kilogram beras. Jika dihubungkan dengan dimensih ilahiyah puasa yang kedua, yaitu inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, maka niscaya dua setengah kilogram tersebut hanyalah sebuah perlambang. Esensi yang lebih dalam ialah pemberian itu tidak berjumlah dan tidak berbatas, tidak hanya beras untuk makan, tetapi pemberian itu haruslah berujud kesediaaan dan kesiapan untuk melepas apapun yang kita miliki demi kehidupan manusia yang lebih baik. Jika hendak dibuat tahapan, maka gambarannya adalah sebagai berikut : Pertama, dengan niatan baik, kita harus senantiasa berusaha guna memperoleh ilmu, harta, tahta dan manfaat bagi kehidupan kita. Kedua, menyatu dengan yang pertama, usaha kita itu harus dijauhkan atau bahkan bersih dan dibersihkan dari hal-hal yang menimbulkan kerugian pada orang lain, baik besar maupun kecil, baik langsung maupun tidak langsung. Ketiga, semua yang diperoleh itu kemudian dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan cara yang benar untuk memperkuat dan mempertegas penghindaran dari kerugian bagi apa dan siapaapun di sekiltar kita. Keempat, secara proaktif pemanfaatan tersebut harus bisa menyelamatkan dan membahagiakan orang lain dan siapapun di sekitar kita.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Sidang ‘Ied yang dimuliakan Allah,
Perspektif seperti di atas, dalam skala kecil sudah kita latih sendiri dan telah sukses kita laksanakan selama kita melakukan ibadah puasa sebulan penuh. Amanah kita berikutnya, adalah bagaimana kehidupan seperti itu dapat kita perteguh dalam spektrum yang lebih luas, dalam kehidupan keseharian kita.
‘Idul Fitri, Hari Raya Berbuka, dengan ritual shalat ‘ied yang baru saja kita lakukan, sebetulnya adalah ungkapan rasa kemenangan kita. Kita merayakannya dengan “berbuka” karena kita telah ber “puasa” dan selamat dalam menunaikannya. ‘Idul Fitri juga sering dianggap perayaan kemenangan karena kita telah berhasil menang dalam berperang melawi “hawa nafsu” kita, sehingga kita kembali kepada fitrah kita sebagai manusia. Dalam sebuah hadits memang disabdakan , “man shama ramadlona imaanan wa ichtishaban gufira lahu ma taqaddama min dzambih” dalam hadits lain diungkapkan “ka yaomi waladathu ummuh” (Barang siapa menunaikan ibadah puasa di bulan romadlan denga rasa iman (yang kuat) dan kesadaran (yang tinggi), akan diampuni segala dosanya (sehingga bersih kembali) seperti ketika baru dilahirkan oleh ibunya).
Bayi yang baru dilahirkan digambarkan sebagai manusia yang fitri, bukan hanya bersih dari dosa, melainkan potensi yang dimilikinya adalah potensi otentik, yaitu potensi untuk berbuat baik dan mencintai kebaikan, yang sering dikenal dengan fitrah manusia yang sejati. Pada bayi diyakini tidak dijumpai rasa permusuhan, keserakahan, dendam dan hal-hal yang merusak lainnya. Karena itu, ketika kita selesai menunaikan ibadah puasa denga penuh imaanan wa ichtisaaban, maka diyakini kita telah kembali seperti bayi, menjadi fitri, kembali ke fitrah kita sebagai manusia. Karena itu kita rayakan. Dari situ maka bersalaman, bermaaf-ma’afan, silaturrahmi, dan ungkapan minal a’idiin al faiziin betul-betul merupakan ekspresi dari fitrah kita yang sebenar-benarnya, tulus dan mengalir tanpa pamrih.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Muslimin yang berbahagia,
Dengan mengkoneksikan antara dimensi insani dengan dimensi ilahiyah pada ibadah puasa itu, yang kita harapkan untuk di raih bukan hanya keramaian di tingkat perlambang, atau di tingkat fisik dan formal, yang efeknya hanya sesaat. Yang ingin kita raih ialah keramaian di tingkat substansial dan mental yang lebih abadi dan memiliki dampak pada realitas kehidupan dan masa depan kita bersama. Dengan selesainya ibadah puasa ini yang ingin kita temuai adalah perubahan pada diri kita, dimana kita menjadi manusia yang autentik, mandiri, percaya diri, rela berkorban, suka memberi, menghargai orang lain, dan memafkan, daripada sebaliknya.
Bangsa kita ini sedang berjuang untuk menjadi bangsa yang sejajar, atau bahkan unggul dari bangsa-bangsa lain. Dalam perngkat-peringkat “kebaikan” dunia, negara kita berada pada peringkat yang belum menggembirakan. Bahkan dalam beberapa hal sangat memprihatinkan. Semangat berpuasa dengan ‘iedul fitri kita, diyakini akan dapat menghasilkan karakter manusia Indonesia yang positif dan berguna bagi pembangunan bangsa. Bangsa ini memang membutuhkan manusia yang mau berkorban, suka memberi, jauh dari serakah dan korupsi; manusia yang welas asih, jauh dari sikap memeras dan premanisme; manusia yang proaktif memberi maaf, jauh dari sikap bengis dan balas dendam, sehalus apapun karakter-karakter jelek itu ditampilkan.
بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ ، وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ . وَتَقَبَّلَ
مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Khotbah II
الله اكبر. الله اكبر. الله اكبر. الله اكبر. الله اكبر . الله اكبر . الله اكبر الله اكبر . الله اكبر.
اكبر و لله الحمد لا اله إ لاّ الله و الله
الحمد لله وسعت رحمته وتعالت قدرته و تجلت عظمته أشهد أن لا
إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلوات الله
وسلامه عليك يا رسول الله وإنك لعلى خلق عظيم بلغت الرسالة وأديت
الأمانة ونصحت الأمة وجاهدت في سبيل الله حق الجهاد حتى أتاك
اليقين وعلى آلك وأصحابك ومن اتبع سنتك واهتدى بهداك وسار على
نهجك إلى يوم الدين
. أما بعد
وقال تبارك وتعالى اتقوا الله حق تقاتع ولا تمو تن الا وآنتم مسلمون ،
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ
مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ ( الحشر: 18 )
Ma’asyiral ‘Ied Hadaniyallahu wa Iyyakum
Puasa yang kita lakukan salah satunya memiliki fungsi untuk instrospeksi diri. Hasil yang diperoleh adalah penguatan “konsep diri” kita. Konsep diri kita sebagai muslim semestinya berangkat dari fitrah kita sebagai manusia, berangkat dari semangat la haula walaa quwwata illa billah dan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Dengan landasan seperti itu, maka niscaya kita mempunyai gambaran yang jelas mengenai diri ( “self image”) kita. Kita akan menggambarkan diri kita sebagai khalifah dan ‘abd atau hamba Allah sekaligus. Tugasnya adalah mengabdi dan melayani.
Kikta sebagai khalifah dan ‘bd ialah kita yang mampu menebar kasih sayang kepada semua; kita yang mampu memekarkan kebahagiaan sesama; kita yang mampu mempersembahkan prestasi berharga; dan kita yang mampu menebarkan rahmat dan kedamaian bagi ummat manusia. Hanya kita seperti itulah yang disebut kita yang muttaqien, kita yang berhak dirayakan hari ini sebagai lambang kemenangan. Taqbbalallahu minna wa minkum, minal ‘aidiin al faiziin.
Dengan itu, maka jadilah ‘idul fitri ini sebagai hari raya manusia dan kemanusiaan. Hari kita menjadi diri sendiri, dan sekaligus hari menghidupkan potensi kemanusiaan kita.
Marilah kita akhiri khotbah ini dengan bersama-sama memanjatkan do’a dengan penuh khusyuk:
َاللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، .وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، فى العالمين إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مجيب الدعوات ، بِرَحْمِتِكَ ياَ أَرْحَمَ الرَاحِمِيْنَ
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلِّ الشِرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَك َأَعْدَاءَ الدِيْنِ
اَلَّلهُمَّ أَعِنَّا عَلىَ ذِكْرِكَ وَ شُكْرِكَ وَ حُسْنِ عِبَادَتِكَ
اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا صِيَامَنَا وَ قِيَامَنَا وَ قِرَاءَتَنَا وَ زَكَاتَنَا وَ عِبَادَتَنَا كُلَّهاَ . اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ يَا كَرِيْمُ
وَ تُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ.
رَبَّنَا آتِنَا فيِ الدُنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قَنَا عَذاَبَ النَارِ
رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى اْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ
أَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَأَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمَ لِى وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
MASYARAKAT BHINEKA TUNGGA IKA: BELANEGARA, PENGALAMAN PESANTREN DAN IMPLEMENTASI KEKINIAN
A. Iftitach
Pesantren merupakan institusi strategis. Sekalipun sering dikelompokkan sebagai institusi pendidikan, pesantren sebetulnya lebih dari sekedar lembaga pendidikan. Sistem kehidupan yang dibina di dalamnya, dan karakter jalinan antar pesantren, dan bahkan variasi kepedulian ppesantren terhadap aspek-aspek kehidupan dalam masyarakatnya, menjadikan pesantren sebagai institusi yang unik yang dapat memberikan konstribusi dan mempengaruhi kehidupan masyarakat atau bahkan negara.
Posisinya yang amat strategis tersebut bukan tidak disadari oleh banyak kalangan, Tetapi, sebagian yang tidak berpandangan positif justru sering melihat posisi strategisnya itu sebagai ancaman, dan karenanya dicurigai dan bahkan dimusuhi dan dikucilkan. Realitas seperti itu tidak sulit untuk dicarikan catatannya dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Namun demikian, pengalaman yang seperti itu seringkali dijadikan pelajaran oleh kalanagn pesantren sendiri, sehingga menjadikan pesantren semakin matang dan menjadikan perannya dalam masyarakat semakin mantap. Reaksi pesantren dalam menghadapi tantangan dan “tantangan”nya memang tidak selalu sama, baik dari sisi kepekaan maupun dari sisi kemampuannya. Ragam dinamika pesantren yang seperti itu pada sisi tertentu ternyata merupakan kekayaan tersendiri bagi dunia pesantren. Ini adalah faktor strategis lain dari pesantren, sehingga pesantren (kebanyakannya) tetap survive. Sekalipun demikian, memang pula diakui bahwa penempatannya yang di “deskreditkan” juga telah menjadikan beberapa pesntren dalam posisi melemah.
Terakhir pesantren menghadapi “tantangan” terorisme. Bersamaan dengan itu, bangsa kita juga sedang mengkhawatirkan kelanjutan NKRI. Bisa jadi, kekhawatiran itu timbul karena dikaitkan dengan fenomena terorisme dan kekerasan-kekerasan lainnya. Dalam konteks ini, maka secara tidak langsung pesantren juga dikaitkan dengan pertanyaan bela negara dalam ranggka NKRI itu. Sebagai upaya preventif di satu sisi dan upaya memperkuat diposisi lain, maka sebetulnya pertanyaan kepada pesantren tentang kesiapan secara ajaran dan fisik terhadap bela negara untuk mempertahankan NKRI menjadi sesuatu yang harus dipandang positif.
1.Pluralisme dan Bhineka Tunggal Ika
Pluralisme dalam penggertian faham bahwa secara faktual bahwa manusia memang unik dan berbeda antara satu dengan yang lainnya, bukan hanya dalam kategori-kategori besar seperti rasnya, bahasanya, sukunya, tempat tinggalnya, agama atau keyakinannya, atau latar belakang lainnya, melainkan juga pada satuan-satuan yang lebih kecil, terkait antar individu saja, merupakan sesuatu yang secara alamiah adalah niscaya, tidak mungkin ditolak. Penolakan terhadap realitas justru tidak realistis dan harus ditolak.
Dari sisi fisik atau performance superfisialnya, al-Qur’an menggambarkan ide dan konsep pluralisme. Bahasa yang dipakai dan Kisah-kisah yang diangkat dalam al-Quran, dengan jelas menggambarkan semangat pluralisme.
Dari sisi jaran, Islam adalah ajaran yang rasional ilmiah. Karena itu, apa yang ilmiah dan rasional musti merupakan bagian dari ajaran Islam. Al-Qur’an senyatanya telah mengakui realitas seperti itu dan menegaskannya untuk dijadikan pijakan dalam kehidupan manusia. Diantara pernyataan al-Qur’an yang amat jelas misalnya al-Hujurat ayat 13. Begitu juga ayat-ayat Makkiyah yang memuat ajaran dan nilai universal yang menembus batas ras dan agama. Pernyatan al-Qur’an bahwa Rasul di utus semata-mata uuntuk menyebarkan Rahmat bagi alam semesta, adalah pernyataan yang amat tegas bahwa pamrih utama ajaran Islam adalah kedamaian alam semesta. Lebih lagi bahwa ajaran itu telah diimplementasikan dalam kehidupan Rasulullah di Madinah, yang kemudian kita kenal dengan kehhidupan masyarakat madany (Civil Sosiety)
Jika dicoba dihubungkan dengan konsep Bhineka Tunggal Ika, maka kelihatannya Bhineka Tunggal Ika adalah pluralisme sebatas negara Indonesia.
2. Jihad dan Belanegara
Konsep jihad dalam islam sering disalahfahami. Bagi fihak lain konsep ini sering ditangkap sebagai konsep genocide atau pemusnahan bagi mereka yang berbeda dengan (kebenaran, aqidah) Islam. Karena itu, kata jihad sering menjadi momok bago orang-orang yang tidak seiman dengan Islam. Maka lalu timbul Islamophobia, rasa takut dan anti terhadap Islam. Bagi kalangan muslim sendiri, sebagian mempersempit pengertian jihad dengan usaha menyingkirkan setiap yang berbeda dengan “diri”nya, dengan faham dan kkeyakinannya, bila perlu dengan kekerasan. Pengertian seperti inilah yang menyuburkan kesalahfahaman orang lain. Apalagi ada kalanya konsep seperti itu menjelma dalam tinndakan.
Islam telah memperkenalkan jihad dengan konsep yang unuversal. Jihad memang mengandung pengertian perlawanan. Namun perlawanan yang diusungnya adalah perlawanan terhadap nilai-nilai yang merugikan kehidupan manusia, perlawanan terhadap setiap yang tidak humanis. Seperti ketidak adilan, penganiayaan, perampasan hak dst, yang sifatnya universal. Karena itu, Islam telah menegaskan bahwa jihad yang utama adalah jihad terhadap tirani diri sendiri (jihad al-nafs). Dengan demikian, maka jihad dalam Islam tidak bertentangan dengan tujuan keberadaan Islam sendiri , yaitu rahmatan li al-alamiin. Dari itu, maka setiap aktivitas jihad tidak boleh melukai orang lain, termasuk diri sendiri, sebab yang dilawan adalah nilai, bukan orangnya atau fisiknya.
Belanegara diperlukan dalam hal menjaga dan mempertahankan. Mempertahankan apabila terdapat ancaman untuk mengambil dan merampas wilayah atau kekuasaan atau kekayaan negara. Daalam pengertian yang terakhir ini, maka jihad memang diperlukan, karena untuk melawan nilai-nilai yang tidak humanis tadi. Deangan demikian, belanegara adalah jihad sebatas kepentingan senegara.
3. Bhineka Tunggal Ika di Pesantren
Di pesantren Bhineka Tunggal Ika diajarkan di dalam semangat pluralisme. Pluralisme sendiri diajarkan di pesantren dengan berbagai cara. Pertama, melalui materi-materi yang diajarkan. Pelajaran Tafsir, Hadits, Sirah dan Akhlaq yang diajarkan di pesantren umumnya berisi materi-materi yang bersifat praktis dan menghadapi kehidupan nyata. Kitab-kitab yang dijadikan rujukan biasanya kitab muchtashar dan juga syarah yang semuaanya dikarang oleh para praktisinya, karena itu materinya bersifat praktis, atau terpilih dari materi-matteri yang dekat dengan realitas kehidupan. Dalam kepraktisan itu, semuanya diarahkan pada realitas kehidupan yang plural, atau bernuansa Bhineka Tunggal Ika. Sekalipun Bhineka Tunggal Ikha tidak dikatakan secara langsung, tetapi para guru dan kyai yang menjelaskannya, umumnya menyesuaikan dengan konteks lokal. Jadi pluralismenya bernuansa Bhineka Tunggal Ika. Kedua, melalui keteladanan. Para kyai yang umumnya menjdi teladan dan dijadikan teladan oleh para santrinya menunjukkan sikap uniiversal dalam kehidupan. Di kompleks pesantren siapa saja bisa datang ke kyai dan itu diterima dengan baik oleh sang kyai. Kyai juga biasa dengan senang hati menghadiri undangan dari siapa saja. Bahkan tidak jarang dalam kehadirannya itu mengajak santrinya.
Bagi orang-orang yang tidak mengenal kkultur pesantren, mungkin meragukan kesediaan kyai untuk menerima tamu dari orang-orang yang tidak seagama. Namun ini adalah realitas, karena kyai selalu meletakkan dirinya sebagai pengayom ummat. Ketiga, pengalaman langsung. Agak jarang, atau mungkin tidak ada pesantren yang hanya menampung santri yang hanya berasal dari satu daerah atau satu bahasa atau satu adat istiadat. Pesantren pada umumnya berisi santri-santtri yang lintas kultur dan plural. Sesuai dengan sistemnya mereka tingggal dalam satu komplek, yang disebut pondok dan bergaul sesamanya. Tradisi ini pasti akan menimbulkan bekas yang dalam, dalam artian salaing memahami dan saling mengerti diantara mereka, yang terus dijadikan pengalaman dalam kehidupan mereka setelah keluar dari pesantren.
Jadi secara umum pesantren mengenal ajaran dan mengimplementasikan kehidupan pluralisme dalam prakteknya. Dan itulah pengetahuan dan prakttek Bhineka Tunggal Ika yang terimplementasi dalam kehidupan pesantren.
4. Bela Negara dalam Sejarah Pesantren
Bela Negara dipesantren difahami sebagai kesadaran, sikap dan tindakan untuk memajukan dan mempertahan negara dalam perspektif mengembangkan kesejahteraan, menegakkan keadilan dan nilai-nilai universal lainnya yang terkandung dalam semangat jihad. Itulah sebabnya dikalangan pesanttren bela negara tidak semata ketundukan dalam mewujudkan tujuan negara, namun juga ttetap kritis terhadapnya.
Dalam sejarahnya, pesantren memang telah mengimplementasikan semangat bela negara yang demikian itu. Pada masa pennjajahan pesantren adalah pusat konsentrasi para pejuang dalam melawan penjajahan, bahkan di luar komando formal kekuasaan negara. Mereka sendiri yang mengambil inisiatif membela negara. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya para kyai dan santri yang melakukan perlawanan terhadap penjajah dan bahkan gugur di medan pembelaan tersebut. Akan tetapi, sayangnya, karena pesantren adalah masyarakat, bukan penguasa negara, rupanya perjuangan para kyai dan santri tersebut sedikit sekali, untuk mengatakan tidak ada, yang dicatat dalam sejarah. Kalaupun ada, catatan sejarah kita menempatkan perjuangan para santri dan kiyai itu dalam istilah umum yang mengkaburkan, yaitu “perlawanan rakyat”, menghindari penyebutan kyai atau pesanttren.
Jika ditelusur lebih jauh, lokasi pesantren-pesantren yang ada, yang umumnya di daerah yang terpencil, sulit dijangkau, pada sisi lain adalah tindakan defensif dan sekaligus strategis dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah. Selain dengan pemilihan lokasi, ppesantren juga melakukan perlawana kultural misalnya dengan menjauhkan diri dari kkultur penjajah. Bagi kalangan pesantren waktu itu, penolakan kkultur penjajah juga merupakan upaya menjauhi dan sekligus melawan penjajah.
5.Implementasi Kekinian
Secara faktual, memang dirasa perlu untuk melihat kembali konsep dan strategi pesantren dalam bela negara. Hal ini seiring dengan perubahan dan perkembangan situasi yang dihadapi. Penjajah misalnya bukan lagi berbentuk fisik, musuh negara tidak lagi berujud konkrit. Begitu juga negara. Pada masa lalu, para pejuang hanya melihat negara dari sisi domisili atau tempat tinggal. Selain sebetulnya secara psikologis negara dimaknai secara sempit, yaitu tempat kelahiran atau tempat tinggal, mereka belum melihat negara sebagai kesatuan organis yang didalammya terdapat komitmen, kebersamaan, iikatan-ikatan, aturan-aturan dan lainnya. Padahal, hal-hal demikian sekarang telah dirumuskan lebih jelas dari masa itu.
Berdasarkan itu, perlu dilihat kembali konsep-konsep menganai pluralisme, jihad dan hal-hal lain yang berimplikasi pada konsep Bhineka Tungggal Ika dan Bela Negara. Berikutnya, maka tentu strategi pencapaiannya, termasuk strategi pendidikan yang diterapkan juga pperlu dikaji lebih lanjut, agar partisipasinya menjadi lebih kena dan tepat.
B. Ikhtitam
Memang ada pekerjaan rumah yang ttidak ringan untuk pesantren agar perannya dalam membangun dan membela nnegara lebih efektif dan strategis di masa datang. Termasuk dalam PR itu ialah meyakinkan bebagai fihak bahwa disamping memang selama ini ada juga kekurangan-kekurangannya, pesantren memiliki banyak kelebihan yang dapat didayagunakan untuk membangun negara.
Wallahu A’lam bishshawab
Pesantren merupakan institusi strategis. Sekalipun sering dikelompokkan sebagai institusi pendidikan, pesantren sebetulnya lebih dari sekedar lembaga pendidikan. Sistem kehidupan yang dibina di dalamnya, dan karakter jalinan antar pesantren, dan bahkan variasi kepedulian ppesantren terhadap aspek-aspek kehidupan dalam masyarakatnya, menjadikan pesantren sebagai institusi yang unik yang dapat memberikan konstribusi dan mempengaruhi kehidupan masyarakat atau bahkan negara.
Posisinya yang amat strategis tersebut bukan tidak disadari oleh banyak kalangan, Tetapi, sebagian yang tidak berpandangan positif justru sering melihat posisi strategisnya itu sebagai ancaman, dan karenanya dicurigai dan bahkan dimusuhi dan dikucilkan. Realitas seperti itu tidak sulit untuk dicarikan catatannya dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Namun demikian, pengalaman yang seperti itu seringkali dijadikan pelajaran oleh kalanagn pesantren sendiri, sehingga menjadikan pesantren semakin matang dan menjadikan perannya dalam masyarakat semakin mantap. Reaksi pesantren dalam menghadapi tantangan dan “tantangan”nya memang tidak selalu sama, baik dari sisi kepekaan maupun dari sisi kemampuannya. Ragam dinamika pesantren yang seperti itu pada sisi tertentu ternyata merupakan kekayaan tersendiri bagi dunia pesantren. Ini adalah faktor strategis lain dari pesantren, sehingga pesantren (kebanyakannya) tetap survive. Sekalipun demikian, memang pula diakui bahwa penempatannya yang di “deskreditkan” juga telah menjadikan beberapa pesntren dalam posisi melemah.
Terakhir pesantren menghadapi “tantangan” terorisme. Bersamaan dengan itu, bangsa kita juga sedang mengkhawatirkan kelanjutan NKRI. Bisa jadi, kekhawatiran itu timbul karena dikaitkan dengan fenomena terorisme dan kekerasan-kekerasan lainnya. Dalam konteks ini, maka secara tidak langsung pesantren juga dikaitkan dengan pertanyaan bela negara dalam ranggka NKRI itu. Sebagai upaya preventif di satu sisi dan upaya memperkuat diposisi lain, maka sebetulnya pertanyaan kepada pesantren tentang kesiapan secara ajaran dan fisik terhadap bela negara untuk mempertahankan NKRI menjadi sesuatu yang harus dipandang positif.
1.Pluralisme dan Bhineka Tunggal Ika
Pluralisme dalam penggertian faham bahwa secara faktual bahwa manusia memang unik dan berbeda antara satu dengan yang lainnya, bukan hanya dalam kategori-kategori besar seperti rasnya, bahasanya, sukunya, tempat tinggalnya, agama atau keyakinannya, atau latar belakang lainnya, melainkan juga pada satuan-satuan yang lebih kecil, terkait antar individu saja, merupakan sesuatu yang secara alamiah adalah niscaya, tidak mungkin ditolak. Penolakan terhadap realitas justru tidak realistis dan harus ditolak.
Dari sisi fisik atau performance superfisialnya, al-Qur’an menggambarkan ide dan konsep pluralisme. Bahasa yang dipakai dan Kisah-kisah yang diangkat dalam al-Quran, dengan jelas menggambarkan semangat pluralisme.
Dari sisi jaran, Islam adalah ajaran yang rasional ilmiah. Karena itu, apa yang ilmiah dan rasional musti merupakan bagian dari ajaran Islam. Al-Qur’an senyatanya telah mengakui realitas seperti itu dan menegaskannya untuk dijadikan pijakan dalam kehidupan manusia. Diantara pernyataan al-Qur’an yang amat jelas misalnya al-Hujurat ayat 13. Begitu juga ayat-ayat Makkiyah yang memuat ajaran dan nilai universal yang menembus batas ras dan agama. Pernyatan al-Qur’an bahwa Rasul di utus semata-mata uuntuk menyebarkan Rahmat bagi alam semesta, adalah pernyataan yang amat tegas bahwa pamrih utama ajaran Islam adalah kedamaian alam semesta. Lebih lagi bahwa ajaran itu telah diimplementasikan dalam kehidupan Rasulullah di Madinah, yang kemudian kita kenal dengan kehhidupan masyarakat madany (Civil Sosiety)
Jika dicoba dihubungkan dengan konsep Bhineka Tunggal Ika, maka kelihatannya Bhineka Tunggal Ika adalah pluralisme sebatas negara Indonesia.
2. Jihad dan Belanegara
Konsep jihad dalam islam sering disalahfahami. Bagi fihak lain konsep ini sering ditangkap sebagai konsep genocide atau pemusnahan bagi mereka yang berbeda dengan (kebenaran, aqidah) Islam. Karena itu, kata jihad sering menjadi momok bago orang-orang yang tidak seiman dengan Islam. Maka lalu timbul Islamophobia, rasa takut dan anti terhadap Islam. Bagi kalangan muslim sendiri, sebagian mempersempit pengertian jihad dengan usaha menyingkirkan setiap yang berbeda dengan “diri”nya, dengan faham dan kkeyakinannya, bila perlu dengan kekerasan. Pengertian seperti inilah yang menyuburkan kesalahfahaman orang lain. Apalagi ada kalanya konsep seperti itu menjelma dalam tinndakan.
Islam telah memperkenalkan jihad dengan konsep yang unuversal. Jihad memang mengandung pengertian perlawanan. Namun perlawanan yang diusungnya adalah perlawanan terhadap nilai-nilai yang merugikan kehidupan manusia, perlawanan terhadap setiap yang tidak humanis. Seperti ketidak adilan, penganiayaan, perampasan hak dst, yang sifatnya universal. Karena itu, Islam telah menegaskan bahwa jihad yang utama adalah jihad terhadap tirani diri sendiri (jihad al-nafs). Dengan demikian, maka jihad dalam Islam tidak bertentangan dengan tujuan keberadaan Islam sendiri , yaitu rahmatan li al-alamiin. Dari itu, maka setiap aktivitas jihad tidak boleh melukai orang lain, termasuk diri sendiri, sebab yang dilawan adalah nilai, bukan orangnya atau fisiknya.
Belanegara diperlukan dalam hal menjaga dan mempertahankan. Mempertahankan apabila terdapat ancaman untuk mengambil dan merampas wilayah atau kekuasaan atau kekayaan negara. Daalam pengertian yang terakhir ini, maka jihad memang diperlukan, karena untuk melawan nilai-nilai yang tidak humanis tadi. Deangan demikian, belanegara adalah jihad sebatas kepentingan senegara.
3. Bhineka Tunggal Ika di Pesantren
Di pesantren Bhineka Tunggal Ika diajarkan di dalam semangat pluralisme. Pluralisme sendiri diajarkan di pesantren dengan berbagai cara. Pertama, melalui materi-materi yang diajarkan. Pelajaran Tafsir, Hadits, Sirah dan Akhlaq yang diajarkan di pesantren umumnya berisi materi-materi yang bersifat praktis dan menghadapi kehidupan nyata. Kitab-kitab yang dijadikan rujukan biasanya kitab muchtashar dan juga syarah yang semuaanya dikarang oleh para praktisinya, karena itu materinya bersifat praktis, atau terpilih dari materi-matteri yang dekat dengan realitas kehidupan. Dalam kepraktisan itu, semuanya diarahkan pada realitas kehidupan yang plural, atau bernuansa Bhineka Tunggal Ika. Sekalipun Bhineka Tunggal Ikha tidak dikatakan secara langsung, tetapi para guru dan kyai yang menjelaskannya, umumnya menyesuaikan dengan konteks lokal. Jadi pluralismenya bernuansa Bhineka Tunggal Ika. Kedua, melalui keteladanan. Para kyai yang umumnya menjdi teladan dan dijadikan teladan oleh para santrinya menunjukkan sikap uniiversal dalam kehidupan. Di kompleks pesantren siapa saja bisa datang ke kyai dan itu diterima dengan baik oleh sang kyai. Kyai juga biasa dengan senang hati menghadiri undangan dari siapa saja. Bahkan tidak jarang dalam kehadirannya itu mengajak santrinya.
Bagi orang-orang yang tidak mengenal kkultur pesantren, mungkin meragukan kesediaan kyai untuk menerima tamu dari orang-orang yang tidak seagama. Namun ini adalah realitas, karena kyai selalu meletakkan dirinya sebagai pengayom ummat. Ketiga, pengalaman langsung. Agak jarang, atau mungkin tidak ada pesantren yang hanya menampung santri yang hanya berasal dari satu daerah atau satu bahasa atau satu adat istiadat. Pesantren pada umumnya berisi santri-santtri yang lintas kultur dan plural. Sesuai dengan sistemnya mereka tingggal dalam satu komplek, yang disebut pondok dan bergaul sesamanya. Tradisi ini pasti akan menimbulkan bekas yang dalam, dalam artian salaing memahami dan saling mengerti diantara mereka, yang terus dijadikan pengalaman dalam kehidupan mereka setelah keluar dari pesantren.
Jadi secara umum pesantren mengenal ajaran dan mengimplementasikan kehidupan pluralisme dalam prakteknya. Dan itulah pengetahuan dan prakttek Bhineka Tunggal Ika yang terimplementasi dalam kehidupan pesantren.
4. Bela Negara dalam Sejarah Pesantren
Bela Negara dipesantren difahami sebagai kesadaran, sikap dan tindakan untuk memajukan dan mempertahan negara dalam perspektif mengembangkan kesejahteraan, menegakkan keadilan dan nilai-nilai universal lainnya yang terkandung dalam semangat jihad. Itulah sebabnya dikalangan pesanttren bela negara tidak semata ketundukan dalam mewujudkan tujuan negara, namun juga ttetap kritis terhadapnya.
Dalam sejarahnya, pesantren memang telah mengimplementasikan semangat bela negara yang demikian itu. Pada masa pennjajahan pesantren adalah pusat konsentrasi para pejuang dalam melawan penjajahan, bahkan di luar komando formal kekuasaan negara. Mereka sendiri yang mengambil inisiatif membela negara. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya para kyai dan santri yang melakukan perlawanan terhadap penjajah dan bahkan gugur di medan pembelaan tersebut. Akan tetapi, sayangnya, karena pesantren adalah masyarakat, bukan penguasa negara, rupanya perjuangan para kyai dan santri tersebut sedikit sekali, untuk mengatakan tidak ada, yang dicatat dalam sejarah. Kalaupun ada, catatan sejarah kita menempatkan perjuangan para santri dan kiyai itu dalam istilah umum yang mengkaburkan, yaitu “perlawanan rakyat”, menghindari penyebutan kyai atau pesanttren.
Jika ditelusur lebih jauh, lokasi pesantren-pesantren yang ada, yang umumnya di daerah yang terpencil, sulit dijangkau, pada sisi lain adalah tindakan defensif dan sekaligus strategis dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah. Selain dengan pemilihan lokasi, ppesantren juga melakukan perlawana kultural misalnya dengan menjauhkan diri dari kkultur penjajah. Bagi kalangan pesantren waktu itu, penolakan kkultur penjajah juga merupakan upaya menjauhi dan sekligus melawan penjajah.
5.Implementasi Kekinian
Secara faktual, memang dirasa perlu untuk melihat kembali konsep dan strategi pesantren dalam bela negara. Hal ini seiring dengan perubahan dan perkembangan situasi yang dihadapi. Penjajah misalnya bukan lagi berbentuk fisik, musuh negara tidak lagi berujud konkrit. Begitu juga negara. Pada masa lalu, para pejuang hanya melihat negara dari sisi domisili atau tempat tinggal. Selain sebetulnya secara psikologis negara dimaknai secara sempit, yaitu tempat kelahiran atau tempat tinggal, mereka belum melihat negara sebagai kesatuan organis yang didalammya terdapat komitmen, kebersamaan, iikatan-ikatan, aturan-aturan dan lainnya. Padahal, hal-hal demikian sekarang telah dirumuskan lebih jelas dari masa itu.
Berdasarkan itu, perlu dilihat kembali konsep-konsep menganai pluralisme, jihad dan hal-hal lain yang berimplikasi pada konsep Bhineka Tungggal Ika dan Bela Negara. Berikutnya, maka tentu strategi pencapaiannya, termasuk strategi pendidikan yang diterapkan juga pperlu dikaji lebih lanjut, agar partisipasinya menjadi lebih kena dan tepat.
B. Ikhtitam
Memang ada pekerjaan rumah yang ttidak ringan untuk pesantren agar perannya dalam membangun dan membela nnegara lebih efektif dan strategis di masa datang. Termasuk dalam PR itu ialah meyakinkan bebagai fihak bahwa disamping memang selama ini ada juga kekurangan-kekurangannya, pesantren memiliki banyak kelebihan yang dapat didayagunakan untuk membangun negara.
Wallahu A’lam bishshawab
Jumat, 26 Agustus 2011
Resourcefulness
Yang kita namakan dialektika ialah gerakan pikiran (rohani), ketika yang berbentuk saling terpisah itu, olehnya sendiri artinya terbawa oleh sifatnya sendiri saling berpindahan, dan dengan begitu, maka yang berbentuk keterpisahan itu ditiadakan (artinya bersatu kembali).
Indonesia dewasa ini terasa semakin mengiris hati mengingat rendahnya atau lunturnya rasa percaya diri yang menjadi identitas bangsa ini. Dari dulu hingga sekarang semua tau bahwa bangsa kita adalah bangsa yang paling mudah di pecah belah. Karakter kuat yang sering memfanatikan suatu gerakan, kelompok atau organisasi tanpa disadari membawa kita kedalam permainan "Politik Adu Domba" kaum kapitalis. Keterbukaan atau Demokrasi yang mereka bawa hanyalah omong kosong, Konsep Sosialis hanya di ujung lidah sedangkan sosialisme sesungguhnya dapat ditemukan dalam kerohanian yang tinggi sehingga mampu menghayatinya di dalam hati dan menuangkanya dalam civilization.
Bayangkan dari milion act yang pernah di lakukan di negeri ini, paling hanya seperempat atau bahkan tidak sampai segitu yang berhasil. Kemauan untuk belajar anak muda kita yang begitu tinggi terpaksa di tutupi atau bahkan di batasi hingga menjadi pemerhati karena hanya menyerap setengahnya. Padahal ilmu yang setengah-setengah itu sungguh berbahaya ketika fanatisme mulai meracuni. Sosialis dan kapitalis seolah menjadi tidak ada bedanya ketika lidah dan hati tidak bersatu dan hanya menghasil trouble mind. Ucapan dan hati mereka mudah melejit seperti anak panah keluar dari busurnya atau seperti pemicu yang di nyalakan sedikit saja terbakar.
Jutaan calon penerus bangsa ini hancur dalam majelis ta'lim perpolitikan dadakan. Mereka mengerti akan adanya propaganda tetapi mereka tidak tahu bahwa mereka adalah korban propaganda. Semangat keangkuhan individualitas merengganggak jarak antara "emotional fact" dari moderinesme. Tertutupnya diri dari segala yang berbeda adalah suatu bentuk atau hasil dari berhasilnya propaganda.
Teriakan "anti kapitalism" berkumandang di seluruh seantero negeri gatot kaca ini. Seolah memangku serta menuntun kelas menengah kebawah. Tetapi merujuk pada kepribadian masing-masing dalam menjalani hidup tidaklah selaras dengan apa yang mereka ucapkan. Mereka berteriak berjuang di luar menentang kapitalis, tetapi tetangga mereka sendiri ada yang tidak makan (apa ini). Aksi menuntut sebuah kondisi yang lebih baik hendaklah mereka pikirkan dengan matang, karena tidak sedikit penyesalan yang terjadi akibat teori propaganda yang tak mereka sadari.
Perlu kita pelajari, dahulu seorang kolenel khadafy menuntut sebuah kemerdekaan dari seorang diktator keras. Tetapi ternyata pada akhirnya dia tidak pernah sistem atau caranya memimpin rakyat seperti yang dijanjikan. Hasil dari Aksi yang di lakukan rakyat libiya 40 tahun lalu hanyalah pergantian wajah atau seni tetapi sama-sama dalam koridor diktator.
Menarik memang kita jika menyimak sejarah panjang negeri yang tak pernah sanggup di kuasai Belanda ini. Kesuksesan era 98 di jadikan sebagai senjata atau ancaman yang di tebarkan untuk mengintimidasi atau bahkan senjata bagi pemilik massa untuk merebut mimpinya. Memunculkan dendam baru dalam skala Nasional yang sama sekali tidak di pikirkan jelas menunjukan ketidak intelektualan.
Yang terbaik adalah melakukan suatu hal yang nyata dan real. Terjun langsung mengawasi apa yang menjadi sorotan masyarakat. Memberikan suatu kontribusi secara actual bukan membakar ban ataupun aksi penuh emosi yang justru memecah belah. Jangan pernah lupakan cita-cita luhur pemimpin kita dahulu "Bhineka Tunggal Ika". Di situ di selipkan makna kesabaran, keyakinan, di siplin dan menyampingkan ego pribadi.
Tuntutan untuk mengharapkan semua harus sesuai dengan apa yang kita inginkan bukanlah suatu penyelesaian. Justru kita hidup adalah untuk bersama-sama dan berusaha memahami orang lain. Sekalipun perlu koreksi masing-masing tetapi dengan cara yang Muasaroh Bil Ma'ruf. Bukankah kita ini negara yang menjunjung tinggi musyawarah untuk mencapai mufakat.
Indonesia dewasa ini terasa semakin mengiris hati mengingat rendahnya atau lunturnya rasa percaya diri yang menjadi identitas bangsa ini. Dari dulu hingga sekarang semua tau bahwa bangsa kita adalah bangsa yang paling mudah di pecah belah. Karakter kuat yang sering memfanatikan suatu gerakan, kelompok atau organisasi tanpa disadari membawa kita kedalam permainan "Politik Adu Domba" kaum kapitalis. Keterbukaan atau Demokrasi yang mereka bawa hanyalah omong kosong, Konsep Sosialis hanya di ujung lidah sedangkan sosialisme sesungguhnya dapat ditemukan dalam kerohanian yang tinggi sehingga mampu menghayatinya di dalam hati dan menuangkanya dalam civilization.
Bayangkan dari milion act yang pernah di lakukan di negeri ini, paling hanya seperempat atau bahkan tidak sampai segitu yang berhasil. Kemauan untuk belajar anak muda kita yang begitu tinggi terpaksa di tutupi atau bahkan di batasi hingga menjadi pemerhati karena hanya menyerap setengahnya. Padahal ilmu yang setengah-setengah itu sungguh berbahaya ketika fanatisme mulai meracuni. Sosialis dan kapitalis seolah menjadi tidak ada bedanya ketika lidah dan hati tidak bersatu dan hanya menghasil trouble mind. Ucapan dan hati mereka mudah melejit seperti anak panah keluar dari busurnya atau seperti pemicu yang di nyalakan sedikit saja terbakar.
Jutaan calon penerus bangsa ini hancur dalam majelis ta'lim perpolitikan dadakan. Mereka mengerti akan adanya propaganda tetapi mereka tidak tahu bahwa mereka adalah korban propaganda. Semangat keangkuhan individualitas merengganggak jarak antara "emotional fact" dari moderinesme. Tertutupnya diri dari segala yang berbeda adalah suatu bentuk atau hasil dari berhasilnya propaganda.
Teriakan "anti kapitalism" berkumandang di seluruh seantero negeri gatot kaca ini. Seolah memangku serta menuntun kelas menengah kebawah. Tetapi merujuk pada kepribadian masing-masing dalam menjalani hidup tidaklah selaras dengan apa yang mereka ucapkan. Mereka berteriak berjuang di luar menentang kapitalis, tetapi tetangga mereka sendiri ada yang tidak makan (apa ini). Aksi menuntut sebuah kondisi yang lebih baik hendaklah mereka pikirkan dengan matang, karena tidak sedikit penyesalan yang terjadi akibat teori propaganda yang tak mereka sadari.
Perlu kita pelajari, dahulu seorang kolenel khadafy menuntut sebuah kemerdekaan dari seorang diktator keras. Tetapi ternyata pada akhirnya dia tidak pernah sistem atau caranya memimpin rakyat seperti yang dijanjikan. Hasil dari Aksi yang di lakukan rakyat libiya 40 tahun lalu hanyalah pergantian wajah atau seni tetapi sama-sama dalam koridor diktator.
Menarik memang kita jika menyimak sejarah panjang negeri yang tak pernah sanggup di kuasai Belanda ini. Kesuksesan era 98 di jadikan sebagai senjata atau ancaman yang di tebarkan untuk mengintimidasi atau bahkan senjata bagi pemilik massa untuk merebut mimpinya. Memunculkan dendam baru dalam skala Nasional yang sama sekali tidak di pikirkan jelas menunjukan ketidak intelektualan.
Yang terbaik adalah melakukan suatu hal yang nyata dan real. Terjun langsung mengawasi apa yang menjadi sorotan masyarakat. Memberikan suatu kontribusi secara actual bukan membakar ban ataupun aksi penuh emosi yang justru memecah belah. Jangan pernah lupakan cita-cita luhur pemimpin kita dahulu "Bhineka Tunggal Ika". Di situ di selipkan makna kesabaran, keyakinan, di siplin dan menyampingkan ego pribadi.
Tuntutan untuk mengharapkan semua harus sesuai dengan apa yang kita inginkan bukanlah suatu penyelesaian. Justru kita hidup adalah untuk bersama-sama dan berusaha memahami orang lain. Sekalipun perlu koreksi masing-masing tetapi dengan cara yang Muasaroh Bil Ma'ruf. Bukankah kita ini negara yang menjunjung tinggi musyawarah untuk mencapai mufakat.
Selasa, 23 Agustus 2011
Pemimpin Motivasi
Sosok pemimpin yang di butuhkan saat ini adalah sosok pemimpin yang mampu memotivasi memberi semangat kepada rakyat Indonesia.Negara ini adalah Negara yang sangat luar biasa.Karena rakyatnya luar biasa malasnya,luas biasa menghinanya,luar biasa sok pintarnya hanya sebagian kecil yang berpikiran dewasa.Disini terlihat dari segala pengalaman yang pernah saya alami tidak sedikit rakyat kita yang pintar berfikir dan berpendapat namun di tempatkan pada porsinya yang salah.
Mereka mampu mengatakan mana yang baik dan yang benar tapi tidak melakukanya.Mereka mampu bermimpi yang tingi setinggi langit namun tak punya cara untuk mewujudkanya. Yang terjadi adalah saling mengkritik dan mencemooh yang mengakibatkan semakin terpuruknya negara ini. Padahal mereka tahu jika itu yang mereka lakukan maka efek yang terjadi bukan membuat jera malah menambah permusuhan itu semakin memanas. Ketidak konsistenan berpikir menjadi penyebab masalah yang terjadi saat-saat ini.
Tidak sedikit pula para pengamat politik atau peuang revolusi dadakan yang justru berubah menjadi Profokator. Mereka pikir apa yang mereka tuliskan adalah suatu kebenaran memang itu benar tapi jika tujuan dan inti dari tulisanya menyinggung sebagian pihak justru kebenaranya hilang berubah menjadi keburukan.Seharusnya sebagai seorang yang memliki ilmu lebih itu adalah berbagi cerita tentang pemikiranya tanpa menyinggung sebagian pihak.
Lepas dari masalah itu saya ingin menjelaskan maksud saya bahwa Indonesia perlu pemimpin yang mampu memberi motivasi dan semangat. Seseorang rata-rata lebih bersemangat ketika dia di beri ilmu secara gratis oleh orang yang dipandangnya lebih pandai. Dan biasanya motivasi itu akan selalu ia ingat untuk hidup yang lebih baik kedepanya. Bayangkan saja jika pemimpin kita memiliki kapasitas seperti itu. Contoh saja Presiden kita Ir.Soekarno di setiap sela pidatonya selalu ada kata-kata motivasi yang sangat membakar semangat rakyat Indonesia pada saat itu. Yang terjadi adalah rakyat bersatu dan semakin semangat dalam menjalani hidupnya kedepan.
Betapa sedihnya saya ketika melihat debat Presiden tahun-tahun ini yang terkesan mencontohkan sifat-sifat sailing menjelakan satu sama lain tanpa akal sehat.Kita sendiri tahu bahwa yang dilakukan itu adalah buruk namun apa yang terjadi kita saat ini malah mencontohnya. Apa yang mungkin terjadi pada saat itu jika calon Presiden saat itu saling memotivasi satu sama lain tentu warga Negara Indonesia mungkin akan saling memotivasi dan bersatu. Banyak contoh yang kita dapat dari Nabi MuhammadIr.Soekarno,Panglima-panglima perang China dan masih banyak lagi. Mereka selalu menggunakan media memotivasi untuk mensejahterakan apa yang mereka pimpin pada saat itu.
Ini contoh nyata yang hasilnya memang sudah terbukti dan kita pun tidak bisa mengingkarinya. Mulai dari sekarang kita rubah pemikiran kita yang selalu ingin berada di atas atau sifat kita yang sering kali gatal untuk mengkritik sesuatu yang memang bukan kapasitas kita. Mari kita bersama-sama untuk saling memotivasi agar yang terjadi adalah persatuan bangsa dan negara,keinginan untuk hidup yang lebih baik dan semangat menjalani hari-hari yang cerah dan berarti Bukankah orang pintar itu banyak berbuat buakn banyak bicara dan orang pintar itu selalu memotivasi bukan malah mematikan semangat. Untuk Indonesia yang lebih baik saya ucapkan selamat pagi untuk menjalani hari esok yang lebih baik terima kasih.
KREATIVITAS
Kreativitas berasal dari kata dasar kreatif atau to create yang artinya mencipta. Inilah sesungguhnya suatu kelebihan atas kekuasaan tuhan yang di berikan kepada manusia berupa berupa akan dan pikiran. Dengan pemberian tuhan ini kita di sebut manusia yang sempurna sekaligus menjadi sesuatu yang membedakan manusia dengan ciptaan Tuhan yang lainnya. Kita diberi kemampuan untuk mencipta, termasuk menciptakan realitas baru dalam kehidupan kita.
Seperti apa yang di jelaskan oleh Elizabeth Hurlock (1978) kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru. Artinya bahwa kreatifitas adalah suatu patokan dalam menilai apakah orang itu berprlaku secara aktif ataukah pasif.
Berprilaku aktif adalah berprilaku menggunakan seluruh kekuatanan kemampuan yang ada dalam membentuk, menciptakan, memberikan atau bahkan menyelesaikan sesuatu. Setiap manusia memiliki suatu pengalaman dalam hidupnya dan tidak sedikit yang menceritakan kepada keluarga atau sahabat dekatnya. Keinginan menceritakan ini menunjukan bahwa bila suatu saat nanti keluarga atau sahabat dekatnya mengalami hal yang sama mereka sudah dalam kondisi yang siap.
Manusia yang berprilaku secara aktif tidak hanya menerima tetapi dia mencari info dan cara yang bervariasi menurut dirinya untuk menyelesaikan pengalaman tersebut dengan cara yang lebih mudah dan efisien. Berbeda dengan manusia berprilaku pasif yang mungkin sekedar mengikuti saja atau mencoba berada di titik yang aman yang jelas-jelas sudah menguntungkan. Manusia berprilaku kreatif aktif cenderung tidak mudah terpengaruh ataupun bertindak yang merugikan.
Kreatifitas dapat di artikan juga sebagai seni berfikir dalam menanggapi masalah dan menciptakan suatu karya baru. Dalam berfikir sendiri terbagi dua jenis yaitu berfikir divergen dan konvergen.
Berfikir Divergen : bentuk pemikiran terbuka, yang menjajagi macam-macam kemungkinan jawaban terhadap suatu persoalan/ masalah.
Berfikir Konvergen: sebaliknya berfokus pada tercapainya satu jawaban yang paling tepat terhadap suatu persoalan atau masalah
Dalam pendidikan formal pada umumnya menekankan berfikir konvergen dan kurang memikirkan berfikir divergen. Tetapi Torrance (1979) dalam memandang sebuah kreatifitas dia selalu menekankan adanya ketekunan, keuletan, kerja keras, sehingga tidak terlalu terlalu tergantung dari kapan timbulnya inspirasi untuk dapat bertindak secara kreatif.
Kretaivitas juga dapat di artikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Kreatifitas merupakan ungkapan unik dari seluruh pribadi sebagai hasil interaksi individu, perasaan, sikap dan perilakunya. Biasanya seorang individu yang kreatif memiliki sifat yang mandiri. Ia tidak merasa terikat pada nilai-nilai dan norma-norma umum yang berlaku dalam bidang keahliannya. Ia memiliki system nilai dan system apresiasi hidup sendiri yang mungkin tidak sama yang dianut oleh masyarakat ramai. Seperti apa yang dikatakan oleh Selo Soemardjan “Kreativitas merupakan sifat pribadi seorang individu (dan bukan merupakan sifat social yang dihayati oleh masyarakat) yang tercermin dari kemampuannya untuk menciptakan sesuatu yang baru.
Setiap orang memang memiliki potensi kreatif dalam derajat masing-masing dan dalam bidang yang berbeda-beda. Dan kenyataan inilah yang perlu kita pupuk sejak dini agar dapat direalisasikan. Sehingga diperlukan dorongan-dorongan yang dapat mendukung baik dari luar (lingkungan) maupun dari dalam individu sendiri.
Agar kreativitas ini tumbuh memang perlu diciptakan kondisi lingkungan yang dapat memupuk daya kreatif individu, dalam hal ini mencakup baik dari lingkungan dalam arti sempit (keluarga, sekolah) maupun dalam arti kata luas (masyarakat, kebudayaan). Karena Timbul dan tumbuhnya serta berkembangnya suatu kresi yang diciptakan oleh seseorang individu tidak dapat lepas dari pengaruh kebudayaan serta pengaruh masyarakat tempat individu itu hidup dan bekerja.
Mayarakat memang dapat manyediakan berbagai kemudahan, sarana dan prasarana untuk menumbuhkan daya cipta anggotanya, tetapi akhirnya semua kembali pada bagaimana individu itu sendiri, sejauh mana ia merasakan kebutuhan dan dorongan untuk bersibuk diri secara kretif, suatu pengikatan untuk melibatkan diri dalam suatu kegiatan lreatif, yang mungkin memerlukan waktu lama. Hal ini sudah menyangkut pada motivasi internal individu.
Seperti apa yang di jelaskan oleh Elizabeth Hurlock (1978) kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru. Artinya bahwa kreatifitas adalah suatu patokan dalam menilai apakah orang itu berprlaku secara aktif ataukah pasif.
Berprilaku aktif adalah berprilaku menggunakan seluruh kekuatanan kemampuan yang ada dalam membentuk, menciptakan, memberikan atau bahkan menyelesaikan sesuatu. Setiap manusia memiliki suatu pengalaman dalam hidupnya dan tidak sedikit yang menceritakan kepada keluarga atau sahabat dekatnya. Keinginan menceritakan ini menunjukan bahwa bila suatu saat nanti keluarga atau sahabat dekatnya mengalami hal yang sama mereka sudah dalam kondisi yang siap.
Manusia yang berprilaku secara aktif tidak hanya menerima tetapi dia mencari info dan cara yang bervariasi menurut dirinya untuk menyelesaikan pengalaman tersebut dengan cara yang lebih mudah dan efisien. Berbeda dengan manusia berprilaku pasif yang mungkin sekedar mengikuti saja atau mencoba berada di titik yang aman yang jelas-jelas sudah menguntungkan. Manusia berprilaku kreatif aktif cenderung tidak mudah terpengaruh ataupun bertindak yang merugikan.
Kreatifitas dapat di artikan juga sebagai seni berfikir dalam menanggapi masalah dan menciptakan suatu karya baru. Dalam berfikir sendiri terbagi dua jenis yaitu berfikir divergen dan konvergen.
Berfikir Divergen : bentuk pemikiran terbuka, yang menjajagi macam-macam kemungkinan jawaban terhadap suatu persoalan/ masalah.
Berfikir Konvergen: sebaliknya berfokus pada tercapainya satu jawaban yang paling tepat terhadap suatu persoalan atau masalah
Dalam pendidikan formal pada umumnya menekankan berfikir konvergen dan kurang memikirkan berfikir divergen. Tetapi Torrance (1979) dalam memandang sebuah kreatifitas dia selalu menekankan adanya ketekunan, keuletan, kerja keras, sehingga tidak terlalu terlalu tergantung dari kapan timbulnya inspirasi untuk dapat bertindak secara kreatif.
Kretaivitas juga dapat di artikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Kreatifitas merupakan ungkapan unik dari seluruh pribadi sebagai hasil interaksi individu, perasaan, sikap dan perilakunya. Biasanya seorang individu yang kreatif memiliki sifat yang mandiri. Ia tidak merasa terikat pada nilai-nilai dan norma-norma umum yang berlaku dalam bidang keahliannya. Ia memiliki system nilai dan system apresiasi hidup sendiri yang mungkin tidak sama yang dianut oleh masyarakat ramai. Seperti apa yang dikatakan oleh Selo Soemardjan “Kreativitas merupakan sifat pribadi seorang individu (dan bukan merupakan sifat social yang dihayati oleh masyarakat) yang tercermin dari kemampuannya untuk menciptakan sesuatu yang baru.
Setiap orang memang memiliki potensi kreatif dalam derajat masing-masing dan dalam bidang yang berbeda-beda. Dan kenyataan inilah yang perlu kita pupuk sejak dini agar dapat direalisasikan. Sehingga diperlukan dorongan-dorongan yang dapat mendukung baik dari luar (lingkungan) maupun dari dalam individu sendiri.
Agar kreativitas ini tumbuh memang perlu diciptakan kondisi lingkungan yang dapat memupuk daya kreatif individu, dalam hal ini mencakup baik dari lingkungan dalam arti sempit (keluarga, sekolah) maupun dalam arti kata luas (masyarakat, kebudayaan). Karena Timbul dan tumbuhnya serta berkembangnya suatu kresi yang diciptakan oleh seseorang individu tidak dapat lepas dari pengaruh kebudayaan serta pengaruh masyarakat tempat individu itu hidup dan bekerja.
Mayarakat memang dapat manyediakan berbagai kemudahan, sarana dan prasarana untuk menumbuhkan daya cipta anggotanya, tetapi akhirnya semua kembali pada bagaimana individu itu sendiri, sejauh mana ia merasakan kebutuhan dan dorongan untuk bersibuk diri secara kretif, suatu pengikatan untuk melibatkan diri dalam suatu kegiatan lreatif, yang mungkin memerlukan waktu lama. Hal ini sudah menyangkut pada motivasi internal individu.
Langganan:
Postingan (Atom)