Salah satu teknik pembelajaran yang ada di pesanttren adalah "Sorogan". Sorogan biasanya dilakukan dengan cara peserta didik atau santri menunjukkan kemampuan, atau penguasaan atas materi yang telah ditentukan sebelumnya. Penentuan materi itu sendiri bisa otomatis, mengikuti urutan materi dalam "kitab kuning", atau atas materi tertentu yang dipilih secara acak oleh kyai, atau dipilih sesuai dengan keinginan santri. Dalam kasus ini penguasan dimaksud adalah kemampuan membaca secara benar (dalam tataran nahwunya), kemampuan memaknainya dengan cara yang benar (utawi-iki-ikunya, atau sesuai kode nahwu), dan kemampuan mengambil intisarinya. Sesudah bacaan itu dinyatakan benar, maka biasanya diberi tugas baru, yang harus disorogkan pada hari berikutnya. Jadi teknik ini semacam teknik perivikasi kompetensi santri.
Teknik ini kiranya dapat dikembangkan misalnya untuk memverivikasi kemampuan penguasaan science atau keterampilan tertentu, seperti keterampilan elektro, montir dst. Jika ini dikembangkan, maka pesanttren dapat menjadi pusat uji penguasaan pengetahuan dan keterampilan teknis. Tentu saja, jika mau, pesantren dapat dijadikan tempat bagi siapa saja yang ingin menguji kemampuan dan keterampilannya. Apabila dapat diprogram lebih lanjut, siapa pun dapat melakukan ujian terhadap satu set kemampuan dan keterampilan, dan kepadanya dapat diberikan sertifikat sebagai tanda telah menguasai kemampuan dan keterampilan itu. Pesantren dengan demikian akan berkembang melebihi sekedar tempat belajar kitab kuning, melainkan dapat menjadi tempat menguji penguasaan science dan keterampilan teknologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar