Minggu, 19 September 2010

Mengambil Jalan Yang Bijaksana

Sudah kita ketahui dalam setiap permasalahan terutama masalah keagamaan itu saling menyalahkan bahkan tidak hanya berbeda agama tetapi sesama agama. Yang kadang berbeda persepsi dalam penyelesain masalah yang satu merasa benar dengan alasanya yang satu merasa lebih benar atas dasar kebijaksanaan. Dalam dunia binatang saling menyalahkan ini memang tidak asing, bahkan mereka terbiasa dengan hal itu.

Ketika diantara dua orang terjadi konflik, apakah harus mencari kesalahan dan kelemahan orang lain atau mengintropeksi diri sendiri? dari kedua cara penyelesaian dapat jelas terlihat jiwa seseorang. Pepatah mengatakan : bertepuk sebelah tangan tidak akan berbunyi. Konflik dan pertikaian didunia ini bukan disebabkan karena kurangnya etika sepihak, tetapi kedua pihak yang bertikai harus mengintropeksi diri sendiri. Oleh sebab itu, ketika terjadi konflik dan pertikaian memilih cara mengintropeksi diri atau menyalahkan orang lain dapat menentukan keputusan akhir yang dicapai.

Sekalipun kita mengatahui kebeneran mengapa kita tidak mencoba untuk mengambil sesuatu cara yang lebih bijaksana. Dengan cara saling menyalahkan sekalipun benar itu sudah hal yang sangat biasa. Tetapi dengan cara yang bijak itu lebih dari sekedar keistimewaan tersendir. Bukankah jika kita berbalik menyalahkan yang terjadi adalah saling menyalahkan. Jadi apa bedanya sikap yang kita lakukan dengan apa yang mereka lakukan sungguh tiada bedanya sama sekali.



Yang terbaik adalah kita seharusnya belajar bahwa cara seperti itu tidak pernah mempan atau tidak ampuh. Bahkan yang terjadi adalah sesuatu masalah yang sangat teramat lebih berani di banding sebelumnya. Pendekatan yang kita lakukan sering kali salah cara,kita terkadang tidak mau mendengarkan atau menyela apa yang mereka ungkapkan.Sedangkan apa yang kita utarakan terkadang harus mereka terima tanpa perlu ada bantahan. Karena kita merasa lebih benar dengan segala kekuatan ilmu yang kita miliki.

Bukankah itu sebuah kitidak adilan dalam sebuah kehidupan yang katanya saling menghormati atau bebas berpendapat. Coba kita pikirkan dengan akal sehat kita sendiri apakah itu sesuatu yang benar,sesuatu yang bijaksana dan saling menghormati. Ada baiknya jika kita mengetahui yang benar tidak usah kita ungkapkan dengan menyerang balik dengan menyalahkan lewat kebenaran yang kita ketahui.

Cara yang terbaik adalah kita mengintropeksi diri sendiri Apakah kita seperti mereka?Apakah kita sudah lebih baik dari mereka?Apa yang harus kita lakukan agar tidak seperti mereka?. Hanya dengan cara intropeksi mencari kesalahan diri sendiri yang dapat menyelesaikan konflik menjadi damai, yang dapat membuat orang mempunyai hati tulus terhadap orang lain.

Oleh karena itu bisa disimpulkan orang bijaksana mencari kesalahan diri sendiri sedangkan orang picik mencari kesalahan orang lain. Orang bijak mengintropeksi diri sendiri, orang picik selalu menyalahkan dan tidak puas terhadap orang lain, melemparkan kesalahan pada pihak lain. Seorang bijaksana, jika dia dapat setiap saat mencari kekurangan diri sendiri dan tidak menyalahkan orang lain, dia sudah termasuk setengah dewa

Kamis, 02 September 2010

INSPIRASI SAYA (MAKSUM MUKHTAR)


Saya tidak terpikir sebelumnya kalo saya harus jatuh hati kepada orang yang dulu saya kira menghambat saya,tidak membuka kebebasan bagi saya, dan mengajarkan pengalaman baru pada saya.Caranya berfikir bagaikan seorang pelatih sepakbola sekelas jose mourinho,ketika saya melakukan drible yang baik tanpa terkena lawan dia tersenyum manis,ketika saya membawa bola berputar2 seakan tidak tahu mana tujuan sya dia langsung berteriak "buang-buang",begitu pula saat saya mencoba menendang bola langsung mengarah gawang sekalipun belum mengenai sasaran dia bertepuk tangan sambil tersenyum dan berkata "coba lagi" dan sampai saat saya melakukan kesalahan hingga membuat tim kita kalah dia masih bisa berkata "jangan menyerah terus semangat masih banayak pertandingan dan kita masih punya kesempatan untuk memperbaikinya "

Tidak hanya sekedar melihat kelebihan individualku saja tapi dia jga mengajarkan kerja sama tim.Dia selalu mengajarkanku bagaimana caranya ber interaksi dan bersikap dengan orang lain.Dia selalu berkata "besar otot tidak ada gunanya,tapi besar ini(sambil menunjuk ke hati)akan berguna untukmu".Dan itu memang dia lakukan setiap ada masalah atau urusan apapun dia selalu bereaksi dengan kebesaran hatinya bukan dengan otot,nada kasar,kemarahan dan emosinya.Dia selalu memaafkan sekalipun disakiti bahkan dia selalu balas dengan kebaikanya.SUBHANALLAH.

Ketika ada acara renungan malam di sekolahku tiba-tiba sosoknya muncul dalam pikiranku dan meraba hatiku.Dia seakan tersenyum melihatku dengan matanya yg teduh menaruh sejuta harapan.Yang menggingatkanku ketika aku kecil dia selalu ada untuku menemani setiap waktu hari-hariku.Aku ingat saat dulu aku kecil dia selalu mengajaku untuk pergi ke toko buku dan membebaskan saya membeli buku apa saja yang saya inginkan.Yang selalu dia katakan sejak kecil adalah "untuk menjadi manusia yang sukses harus sadar diri,berusaha dan sabar".

Dan "dia" itu adalah ayah ku,ayah yang sangat bertanggung jawab bagi keluarga yang memberikan sejuta insprisai dari sikapnya,kegigihanya,pantang menyerahnya dan ibadahnya.Terima kasih bah atas semangatmu yang sangat istimewa bagi amal.Kaulah inspirasi hidupku selama-lamanya.


SUBHANALLAH untuk setiap peluh yang kau teteskan, untuk
setiap kerut dahimu yang tak sempat kuhitung, untuk setiap waktu
sepanjang malam ketika aku sakit dan ketika kau merindukanku, untuk
tumis kangkung paling lezat sedunia, untuk tempat duduk terbaik di
bahumu yang begitu kekar ketika aku ingin melihat pawai sewaktu, untuk tetes
"air mata laki-laki" yang begitu mahal ketika kau khawatirkan aku,
untuk kepercayaanmu padaku, meski seringkali ku hianati.
Tak akan pernah bisa terbalas segalanya, kecuali dengan
SUBHANALLAH " semoga Allah mengganti semuanya
dengan syurga, semoga bisa kubayar dengan syurga yang Alloh beri,
semoga...... .."

TEKNIK SOROGAN DI PESANTREN

Salah satu teknik pembelajaran yang ada di pesanttren adalah "Sorogan". Sorogan biasanya dilakukan dengan cara peserta didik atau santri menunjukkan kemampuan, atau penguasaan atas materi yang telah ditentukan sebelumnya. Penentuan materi itu sendiri bisa otomatis, mengikuti urutan materi dalam "kitab kuning", atau atas materi tertentu yang dipilih secara acak oleh kyai, atau dipilih sesuai dengan keinginan santri. Dalam kasus ini penguasan dimaksud adalah kemampuan membaca secara benar (dalam tataran nahwunya), kemampuan memaknainya dengan cara yang benar (utawi-iki-ikunya, atau sesuai kode nahwu), dan kemampuan mengambil intisarinya. Sesudah bacaan itu dinyatakan benar, maka biasanya diberi tugas baru, yang harus disorogkan pada hari berikutnya. Jadi teknik ini semacam teknik perivikasi kompetensi santri.
Teknik ini kiranya dapat dikembangkan misalnya untuk memverivikasi kemampuan penguasaan science atau keterampilan tertentu, seperti keterampilan elektro, montir dst. Jika ini dikembangkan, maka pesanttren dapat menjadi pusat uji penguasaan pengetahuan dan keterampilan teknis. Tentu saja, jika mau, pesantren dapat dijadikan tempat bagi siapa saja yang ingin menguji kemampuan dan keterampilannya. Apabila dapat diprogram lebih lanjut, siapa pun dapat melakukan ujian terhadap satu set kemampuan dan keterampilan, dan kepadanya dapat diberikan sertifikat sebagai tanda telah menguasai kemampuan dan keterampilan itu. Pesantren dengan demikian akan berkembang melebihi sekedar tempat belajar kitab kuning, melainkan dapat menjadi tempat menguji penguasaan science dan keterampilan teknologi.
http://www.docstoc.com/docs/4821079/Dakwah-dan-Masyarakat